Mohon tunggu...
Florentina Retno Parwiyati
Florentina Retno Parwiyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Simple life to be a better person

Menulis sejak 2015 Menulis untuk menumpahkan rasa. Menulis dengan cara sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur: Jejak Peninggalan Kesenian Nenek Moyang

4 Juli 2021   05:37 Diperbarui: 4 Juli 2021   20:16 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian Peserta International Conference Sound of Borobudur. docpri

Musik adalah bahasa universal yang mempersatukan tanpa melihat suku, agama dan ras

Nyanyian dalam Bahasa Jawa, Bali dan Sunda menjadi pembuka yang mengawali rangkaian puncak International Conference Sound of Borobudur (24/6) dengan mengangkat tema, "Music over Nations". Alunan suara merdu dengan iringan musik minimalis, langsung menghipnotis saya, mencoba mencerna arti tembang geguritan yang di suarakan. 

Angan  mulai melayang kapan terakhir saya mendengar suara alunan merdu tembang tradisional. Mungkin sudah lama sekali apalagi di acara besar bertaraf internasional. Rasanya tembang Indonesia menjadi lebih megah saat tampil di acara Dunia, seperti waktu saya melihat langsung penampilan  kesenian Indonesia di Aichi Expo beberapa tahun silam.

Sound of Borobudur lahir dari pemikirann para seniman yang sangat jeli memperhatikan gambaran relief yang terpahat di Candi Borobudur. Dari ribuan relief yang ada ternyata ada beberapa pahatan yang menggambarkan kegiatan berkesenian nenek moyang Bangsa Indonesia pada zaman dahulu. Kegiatan berkesenian ini diperkirakan lahir seiring dengan terjadinya pertemuan dagang atau kegiatan berkumpul bersama, memainkan berbagai alat musik, menari dan bernyanyi. 

Berbagai gambaran alat musik terpahat di Candi Borobudur menggambarkan aneka alat musik yang sekarang ada di Nusantara bahkan di belahan dunia. Membangkitkan pemikiran dalam benak saya ini lah bagian dari Wonderful Indonesia.  

Penggambaran berkesenian dilakukan secara kelompok, dengan penuh ekspresi. Acara jamuan kerajaan semacam pesta atau selebrasi juga nampak terlihat di  40 relief Candi Borobudur.  Dari sini sangat jelas terlihat betapa mengagumkan kegiatan nenek moyang kita berabad-abad yang lalu melalui kesenian. Kemegahan Indonesia jaman dahulu bukanlah bualan, tapi terekam dan tergambar nyata menjadi warisan budaya.

Tak heran jika International Conference Sound of Borobudur ini mendapat dukungan dari banyak pihak, terlebih dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno. Dalam pidatonya beliau menyampaikan kekagumannya akan kekayaan budaya nenek moyang Bangsa Indonesia. Musik adalah bahasa universal yang menyatukan tanpa melihat latar belakang suku, agama. 

Musik menjadi diplomasi budaya melintasi bangsa-bangsa. Berdasarkan sejarah panjang kearifan lokal budaya Bangsa Indonesia, Borobudur menjadi suatu kekuatan dan magnet untuk menghidupkan kembali kejayaan masa lampau. Borobudur menjadi bukti nyata akan kekuatan besar leluhur kita. Candi Borobudur diharapkan menjadi pusat dimana segala kegiatan diawali dari masyarakat dan diakhiri oleh masyarakat. 

Melalui konferensi ini diharapkan jiwa berkesenian bisa dihidupkan kembali di masyarakat sekitar Candi Borobudur. Kegiatan berkesenian melalui kelompok masyarakat atau sanggar seni bisa kembali hidup dan menghidupi masyarakat di sekitar. Mengembangkan potensi budaya menjadi daya tarik wisata sekaligus meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi untuk masyarakat sekitar Candi Borobudur.

Pembicara kedua adalah pengampu utama Yayasan Padma Sada Svargantara yaitu Ir. Purwa Caraka. Mendengar namanya tentu tak asing bagi saya dan anda semua. Seorang maestro musik yang tetap eksis dari zaman saya masih kanak-kanak hingga sekarang. Satu kata yang bisa menggambarkan Purwa Caraka adalah totalitas. Ya totalitasnya dalam berkesenian tak diragukan lagi. Memulai dari menjadi pemain musik kemudian menjadi komposer hebat. Mendirikan sekolah musik dan menjadi inisiator menyelenggarakan workshop Sound of Borobudur. 

Di mata Purwa Caraka Borobudur adalah aset yang tak ternilai harganya. Yang membuka wawasan dan menjadi saksi peradaban sejarah kesenian dan kebudayaan Indonesia. Dari Borobudur kita bisa membuat atraksi pariwisata yang dicari orang seluruh dunia.

Bukan hanya dari sisi pariwisata Borobudur menjadi bagian dari keajaiban dunia. Tetapi Borobudur sebagai pusat musik dunia. Jika Borobudur dipoles menjadi salah satu pusat Pariwisata Indonesia yang kembangkan secara sungguh-sungguh, maka akan bisa menjadi kekayaan budaya yang tak ternilai harganya.

Senada dengan Purwa Caraka, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengatakan bahwa masyarakat Indonesia mempunyai jiwa bermusik dan berkesenian yang diwarisi dari leluhur. Maka ini perlu dikembangkan kepada generasi muda dan juga anak-anak. 

Membayangkan anak-anak di sekitar Candi Borobudur memainkan alat musik, berkesenian bersama dilatih secara terus menerus dan pada akhirnya bisa berkembang menjadi aset yang dimiliki oleh Borobudur dan sekitarnya tentu akan sangat membanggakan. Ini adalah impian dan akan diupayakan untuk mengarah kesana. Membuat cerita sejarah dengan musikalisasi tentu akan membuat belajar sejarah semakin menarik dan menyenangkan.

Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia/dokpri
Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia/dokpri
Profesor Margaret Kartomi seorang warga negara Australia yang menikah dengan pria Indonesia kelahiran Banyumas sangat mengagumi kekayaan budaya Indonesia. Bahkan beliau juga belajar dan mendalami etnomusikologi. Beliau memiliki gambar detail relief Candi Borobudur yang menggambarkan kegiatan bermusik dan berkesenian bangsa Indonesia. 

Margaret Kartomi juga mengagumi Kerajaan Sriwijaya yang menjadi salah satu bukti kejayaan Nusantara pada masanya. Bukan saja kekayaan alam Indonesia yang sangat kaya dan luar biasa, tetapi juga karena sejarah kehidupan masyarakat dan budayanya.  Membangun musik menjadi bahasa yang mempersatukan dan mendamaikan. 

Menjadikan musik sebagai sarana berkomunikasi antar bangsa. 40 an panel relief di Candi Borobudur membuktikan kegiatan bermusik secara komunal atau bersama. Kegiatan komunal menjadi lambang persatuan, persaudaraan dan kerukunan yang terjadi pada masa itu. Borobudur juga bisa disebut sebagai lumbung budaya Bangsa Indonesia. 

Gabriel Laufer (moderator) dan Adi MS (komposer, narasumber)/ dokpri
Gabriel Laufer (moderator) dan Adi MS (komposer, narasumber)/ dokpri
Borobudur menjadi pusat kegiatan kolektif, inklusif yang tidak terkotak-kotak karena perbedaan agama dan etnis. Borobudur menjadi warisan dunia yang saling terhubung dan demikian dekat melalui kesenian. Karena di sini terpahat aneka alat musik yang justru tidak ada di Indonesia saat ini tetapi ada di luar negeri. Musik adalah hadiah dari Tuhan sebagai salah satu solusi yang merubah perbedaan menjadi persatuan. 

Karena dalam musik perbedaan adalah aset. Perbedaan nada menghasilkan irama yang indah. Perbedaan alat musik yang dimainkan menghasilkan harmoni. Harmoni menciptakan keindahan. Harmoni dalam bermusik dihasilkan dari perbedaan nada dan alat musik yang dimainkan. Tidak akan tercipta harmoni jika yang dimainkan hanya satu nada dan satu alat musik. (Adi MS)

Melihat pahatan di Candi Borobudur menguatkan keyakinan bahwa Indonesia dulu adalah negara adidaya kebudayaan dunia. Kejelian Purwa Caraka dan Trie Utami dan dukungan dari pemerintah dan para seniman diharapkan mampu memberikan atmosfer baru untuk Borobudur dan sekitarnya. Membangun wisata yang berkelanjutan melalui musik yang berkualitas. 

Menciptakan kebangkitan baru bahwa tourism adalah silaturahmi antar budaya dan keragaman. Relasi peradaban dan tourism menghasilkan strategi marketing dan pengembangan pariwisata dan destinasi. Kecenderungan meningkatnya pariwisata beberapa waktu lalu sangat berdampak terhadap pengembangan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup.

Badai covid yang terjadi sampai sekarang juga memberikan pelajaran berharga bagi semua pelaku wisata. Ketika kita diharuskan untuk mengurangi mobilitas, mengurangi aktivitas, melakukan konsolidasi dan introspeksi. Product tourism harus diciptakan dan dikembangkan supaya pariwisata tetap berjalan dengan mengikuti protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. 

Lokal natural menjadi daya jual sekaligus keunikan yang harus diperhatikan dan dikembangkan termasuk dalam bidang kesenian untuk mendukung pariwisata. 

Teknologi saat ini juga sudah sangat mendukung untuk mempromosikan kekuatan lokal diangkat ke global melalui digital world. Mengembangkan potensi Borobudur melalui musik lokal, ecofrenly pendekatan dengan lingkungan hidup, memperbaiki ekosistem untuk menghasilkan kawasan wisata Borobudur yang bersih tanpa polusi.

Sebagian Peserta International Conference Sound of Borobudur. docpri
Sebagian Peserta International Conference Sound of Borobudur. docpri
Melalui Sound of Borobudur mari kita hidupkan lagi sejarah wisata kesenian di Indonesia. Menjadikan borobudur pusat musik dunia. Karena musik bukan hanya sekedar hiburan, musik dapat difungsikan semaksimal mungkin dalam berbagai sisi kehidupan. Mengenalkan kepada dunia bahwa Borobudur menjadi saksi sejarah Pusat musik Dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun