Perjalanan Frater Amadea di dalam menanggapi panggilan Tuhan.
Menjadi calon imam di dalam Gereja Katolik harus menempuh perjalanan yang panjang dan penuh tantangan.
Pendidikan yang ditempuh menghabiskan waktu hingga bertahun-tahun lamanya. Selain itu, banyak tantangan yang harus dihadapi sehingga diperlukan ambisi dan ketekunan di dalam menjalani segala prosesnya.
Fr. Amadea Prajna Putra Mahardika, SJ., seorang Frater yang saat ini sedang menempuh pendidikan Studi Teologi di Fakultas Teologi Wedabhakti, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menceritakan pengalamannya menjadi seorang imam.
Pergulatan Menjadi Imam
Tanda-tanda panggilan menjadi seorang imam setiap orang berbeda dan tidak dapat disamaratakan.
"Masing-masing orang punya pengalaman panggilannya sendiri, tidak ada tanda-tanda yang universal. Jangan dibayangkan ada panggilan mistis langsung dari Allah Bapa di surga. Semua pengalaman merasa terpanggil harus diolah, direfleksikan, dan dimantapkan dalam proses yang panjang," ujar Fr. Amadea saat diwawancara.
Fr. Amadea merupakan anak tunggal yang tertarik dan terpanggil untuk menjadi imam.
Awalnya ia tertarik karena merasa terkesan dan terinspirasi oleh figur pastor paroki yang ramah, baik hati, dan disenangi umat karena homilinya yang bagus.