Bagi anak-anak tahun 2000-an ke atas mungkin tidak banyak yang mengenal aktor dan pelawak bernama H. Benyamin Sueb.
Beliau merupakan salah satu tokoh legendaris pada masanya.
Benyamin lahir pada tanggal 5 Maret 1939 di Jakarta. Beliau merupakan aktor, penyanyi, pelawak, bahkan sutradara yang jasanya dikenang hingga saat ini.
Sepanjang hidupnya, beliau telah berhasil menciptakan ratusan lagu, 75 album, bahkan hingga membintangi 53 judul film.
Salah satu judul film yang terkenal ada Benyamin Biang Kerok yang tayang pada tahun 1972.
Benyamin Biang Kerok (1972)
Film ini diperankan oleh Benyamin sendiri sebagai Pengki atau Mr. Franky, Ida Royani, A. Hamid Arief, dll.
Film ini pada tahun 70-an sangat ramai menjadi perbincangan karena dianggap sangat lucu dan menghibur.
Film ini menceritakan mengenai kejahilan dan keusilan Pengki terhadap banyak orang, termasuk terhadap majikannya sendiri bernama Pak Johan (A. Hamid Arief).
Pengki sempat dipecat sebagai sopir dari perusahaan Pak Johan karena kelakuannya yang membuat keributan (biang kerok).
Walaupun begitu, Pengki pun kemudian mendapatkan keberuntungan, yaitu diangkat menjadi pembantu peramal oleh Wan Bakar (Husin Lubis).
Namun, pada saat yang bersamaan, perusahaan Pak Johan mengalami kebangkrutan yang menyebabkan dirinya mencoba mencari peramal untuk meminta bantuan dan meramal nasib perusahaan ke depannya.
Dengan bantuan supirnya, Gombloh, akhirnya dapat menemukan tempat peramal yang dicari Pak Johan.
Tetapi, pada saat itu Wan Bakar sedang pergi dan Pengki berpura-pura menjadi Wan Bakar.
Pengki yang menyamar itu kemudian mencoba memberikan jalan keluar kepada Pak Johan yang ternyata dewa penyelamat perusahaan Pak Johan adalah Pengki yang sempat beliau pecat menjadi sopir.
Keisengannya ini justru membuat Pengki mengalami banyak keberuntungan.
Walaupun memang kualitas gambar tidaklah sebagus sekarang, namun kualitas film Benyamin Biang Kerok ini patut diacungi jempol.
Guyonnannya yang khas dan menggelitik serta akting para aktor dan aktrisnya yang memukau membuat film ini masih layak untuk ditonton di tahun 2022 ini.
Lagu-lagu dan fashion jaman dulu sungguh membuat penonton serasa kembali ke zaman 70-an.
Namun, sangat disayangkan kualitas audionya masih kurang begitu jelas.
Suara sang aktor seringkali tertutup dengan backsound musik sehingga apa yang diucapkan sang aktor tidak dapat begitu jelas terdengar di telinga.
Walaupun memang ini adalah film jadul, namun tetap dapat bisa dinikmati oleh anak-anak 2000-an.
Benyamin Biang Kerok (2018)
Film ini terinspirasi dari film Benyamin Biang Kerok yang dirilis pada tahun 1972, namun dibawakan dengan alur cerita yang berbeda dan tentunya lebih kekinian.
Film komedi ini diperankan oleh Reza Rahadian sebagai Pengki, Rano Karno sebagai Babe dari Pengki, Meriam Bellina sebagai Mami dari Pengki dan masih banyak lagi aktor serta aktris yang menghiasi film ini.
Benyamin Biang Kerok (2018) menceritakan mengenai kisah Pengki dan teman-temannya bernama Somad dan Achie yang berusaha menyabotase kasino ilegal di Jakarta.
Mereka bertiga menguras seluruh uang taruhan dengan tujuan untuk menebus tanah warga betawi yang akan digusur.
Said merupakan pemilik kasino yang mereka sabotase.
Aksi sabotase yang dilakukan Pengki dan teman-temannya dilakukan pada saat Said dan Hengki sedang berjudi.
Said dan Hengki ini adalah mafia terbesar yang menguasai bisnis judi.
Masalah menjadi bertambah rumit ketika Pengki jatuh cinta kepada Aida yang merupakan simpanan Said.
Selain itu, Said juga sudah mengetahui kalau yang menyabotase kasino miliknya adalah Pengki yang pada kala itu menyamar menjadi Tora Sudiro.
Film dengan durasi 95 menit ini dibawakan dengan cukup baik oleh Reza Rahadian yang berperan sebagai Pengki alias Benyamin Sueb sang legendaris.
Film ini cenderung lebih menampilkan teknologi terkini, seperti komputer, AI, mobil sport, bahkan robot sehingga film ini penuh dengan balutan genre sci-fi.
Hal ini membuat film ini menjadi sangat berbeda jika dibandingkan dengan Benyamin Biang Kerok yang dirilis pada tahun 1972.
Dari segi alur cerita sebenarnya juga masih sangat kurang.
Selain itu, komedi dan lawakannya tidak cukup berhasil mengundang tawa sehingga terkesan flat dan membosankan untuk ditonton.
Bahkan dapat dikatakan bahwa film ini seperti kehilangan arah dan tidak istimewa sama sekali.
Unsur betawinya juga tidak begitu terlihat dan hanya ditampilkan dalam beberapa scene saja, seperti menampilkan ondel-ondel, gambang kromong, lagu-lagu khas jakarta, dll. sehingga terkesan hanya tempelan saja.
Perbedaan Benyamin Biang Kerok (1972) dengan Benyamin Biang Kerok (2018)
A. Perbedaan Paradigma
Paradigma merupakan kumpulan pedoman yang membentuk batas-batas dan memaparkan bagaimana suatu hal harus dilakukan dalam batas-batas tersebut agar tercapai (Moleong, 2004: 49 dalam Astuti, 2022: 17).
Selain itu, Harmon (dalam Astuti, 2022: 17) juga menjelaskan bahwa paradigma adalah sebuah cara untuk mempersepsi suatu hal yang berkaitan dengan realitas.
Dari kedua film ini, walaupun memiliki judul yang sama, namun ternyata memiliki paradigma yang tentunya berbeda.
Pada film Benyamin Biang Kerok (1972) menggunakan paradigma empirisme.
Paradigma ini berarti bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Di dalam film ini ditunjukkan pada awalnya Pengki sempat dipecat sebagai sopir oleh Pak Johan.
Namun, karena kecerdikan dan pengalamannya, ia bisa berhasil mengelabui Pak Johan sehingga bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan termasuk bekerja kembali di perusahaan Pak Johan.
Sedangkan, di dalam film Benyamin Biang Kerok (2018) menggunakan paradigma fungsionalisme.
Paradigma ini mempercayai bahwa masyakarat berubah secara evolusioner.
Di dalam film ini ditunjukkan bagaimana masyarakat dulu dengan masyarakat sekarang mengalami banyak sekali perubahan, salah satunya dalam penggunaan teknologi.
Jika dibandingkan dengan film Benyamin Biang Kerok (1972), film Benyamin Biang Kerok (2018) ini lebih banyak menunjukkan kemunculan banyak teknologi baru, seperti komputer, AI, robot, dll.
Hal ini membuktikkan bahwa masyarakat berubah secara evolusioner sebagai masyarakat modern yang bergaya hidup mewah dan dikelilingi oleh teknologi yang maju.
B. Perbedaan Genre
Genre berasal dari bahasa Prancis dan Latin yang berarti jenis khusus dari sebuah karya seni, seperti karya sastra novel atau puisi (dalam Astuti, 2022: 23).
Jika dari sisi genre, kedua film ini masuk ke dalam genre utama, yaitu genre drama.
Genre drama sendiri merupakan jenis film yang menampilkan konflik drama dari beberapa tokoh yang terdapat dalam suatu film.
Kemudian, pada bagian sub-genre Benyamin Biang Kerok (1972) lebih menonjolkan kepada genre comedy musical. Namun, pada film Benyamin Biang Kerok (2018) ini lebih menonjolkan sub-genre action comedy, namun dibalut dengan sedikit genre musikal dan Sci-Fi.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, R. A. V. N. P. (2022). Buku Ajar: Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press
Wirachmi, A. (2022, Juli 15). Profil Benyamin Sueb, Seniman Betawi Legendaris yang Jadi Nama Jalan di Kemayoran. SINDOnews.com. https://metro.sindonews.com/read/826825/173/profil-benyamin-sueb-seniman-betawi-legendaris-yang-jadi-nama-jalan-di-kemayoran-1657811237
Zakky. (2019, September 9). Macam-Macam Genre Film Beserta Pengertian dan Contohnya. Seluncur.id. https://www.seluncur.id/macam-macam-genre-film/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H