Mohon tunggu...
Retno Ningtiyas
Retno Ningtiyas Mohon Tunggu... Lainnya - Human

Secangkir kopi tanpa gula

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Retinol, Marine Collagen, dan Perjuangan Menghadapi Breakout

31 Mei 2021   09:24 Diperbarui: 2 Juni 2021   21:43 2521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengikuti tren skincare atau perawatan kulit memang tidak ada habisnya. Seiring perkembangan teknologi, banyak bermunculan produk skincare baru dengan bahan aktif dari alam maupun buatan, yang diekstraksi menjadi toner, serum, essence, cream dan keluarganya.

Dulu, selepas kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, seringnya kulit wajah berakhir merah padam karena terbakar matahari. 

Biasanya, aku membuat masker jus mentimun campur lidah buaya (aloe vera) dan dioleskan di wajah untuk menenangkan dan mencegahnya dari iritasi.

Kini, dengan ditemukannya si gemas bernama soothing gel, khasiat dari aloe vera dapat langsung dirasakan tanpa perlu repot mengupas kulit dan memisahkan dagingnya untuk dijadikan masker.

Lambat laun, menjelajahi dunia skincare menjadi kegiatan yang penuh adiksi. Berawal dari produk dengan branding halal, kemudian hijrah ke krim dokter dari klinik kecantikan, sampai produk yang diiklankan oppa-oppa tampan. Setidaknya, mereka sempat mendarat di kulit wajahku, yang sebenarnya normal dan baik-baik saja.

Hasilnya, ada yang berhasil mencerahkan, ada yang berhasil membuat kilang dadakan karena produksi minyak berlebihan, ada juga yang berakhir bruntusan.

Apa tujuan dari berbagai macam perawatan itu? Kulit putih? Kulit mulus? Atau kulit glowing bak aktris korea yang lalat pun takut terpeleset ketika mendarat di hidungnya? Hahaha enggak lah, bukan.

Kulit sehat dan terhidrasi, aku beranggapan jika memiliki kulit sehat dan terhidrasi optimal merupakan sebuah investasi jangka panjang. 

Seiring semakin tercemarnya lingkungan hidup akibat polusi, memiliki kulit sehat merupakan pelindung dari agen penyebab penyakit yang paparannya melalui permukaan kulit.

Breakout, Retinol, dan Marine Collagen

Quarter life crisis nampaknya bukan hanya tentang kegalauan mengenai tujuan hidup. Bagiku, memasuki usia 25 berarti rambu siaga terhadap kesehatan harus mulai diperhatikan, termasuk urusan kulit wajah.

Karena sadar metabolisme tubuh mulai menurun, disusul kulit wajah mulai mengering dan kasar, sebagai tanda penuaan mulai berjalan. 

Aku tergiur mencoba produk anti-aging berbahan Retinol, yang bermanfaat memeperlambat penuaan kulit.

Setelah mencari di beberapa sumber, aku memantapkan diri untuk membeli produk Retinol merk A, yang produknya berupa serum dan krim malam. Selepas produk tiba, malam harinya aku mulai mengaplikasikan serum dan krim malam yang kupesan.

Keesokan paginya, timbul beberapa jerawat kecil berwarna putih di wajah, tetapi tidak terasa sakit. Pikirku, mungkin ini purging, lantas jerawat itu ku abaikan dan kegiatan mengaplikasikan skincare rutin tetap ku lakukan seperti biasa.

Seminggu berlalu, aku merasa jerawat yang timbul tak kunjung kering dan malah bermunculan jerawat baru yang besar dan meradang. Panik ngga? Panik ngga? Ya panik lah, masa engga.

Lekas lah, aku mencari pertolongan ke dokter kulit. Setibanya di sana, aku berkonsultasi terkait masalah yang kumiliki, beliau menyimpulkan kulitku cukup sensitive dan tidak siap menerima Retinol sehingga muncul iritasi dan peradangan. Deg, rasanya ingin menangis

Kemudian beliau melakukan perawatan dan memberikanku obat oles juga obat telan yang harus diminum secara rutin untuk menghentikan peradangannya. Apakah peradangannya langsung sembuh? Sabar, ceritanya masaih panjang

Obat telan yang diberikan terdiri dari antibiotik dan vitamin C. Selama ini, aku merasa tidak ada pantangan terhadap makanan pun obat-obatan tertentu. Tetapi tidak untuk kali ini, setiap kali aku minum obat, 10 menit kemudian perutku rasanya seperti diaduk dan ada sesuatu yang selalu mengganjal di kerongkongan, yang selanjutnya keluar sudah semua makanan dan obat yang ditelan tanpa tersisa.

Akhirnya, aku memilih untuk berhenti mengonsumsi obat telannya dan hanya menggunakan obat oles saja. Untuk beberapa waktu aku pun menghentikan penggunaan skincare rutine dan menyisakan pencuci muka C yang memiliki PH (derajat keasaman) seimbang untuk meradakan iritasi.

Berangangsur-angsur, jerawat itu berhenti meradang dan tidak timbul jerawat baru. Setelah kulit wajah sedikit lebih tenang, aku memberanikan diri untuk mulai menggunakan skincare rutin kembali. Namun, kali ini berbeda, tujuan utamanya bukan lagi untuk mencegah penuaan dini tetapi untuk perawatan luka  paska peradangan.

Kali ini, bahan aktif yang kugunakan adalah Marine Collagen. Marine Collagen merupakan protein kolagen tipe-1 yang terbuat dari peptide yang berasal dari ikan. 

Klaimnya, zat ini mampu mengatasi masalah kulit kering, meningkatkan elastisitas kulit, mengurangi inflamasi dan memiliki sifat antibakteri.

Awalnya cukup ragu, takut breakout dan kulit meradang kembali. Namun setelah beberapa kali pemakaian, kulit justru terasa lembab, kenyal dan sepertinya bekas-bekas jerawat sedikit tersamar.

Kondisi kulit wajah setelah penggunaan Marine Collagen | Dokumen pribadi
Kondisi kulit wajah setelah penggunaan Marine Collagen | Dokumen pribadi

Tips memakai produk skincare baru

Risiko untuk mengalami breakout tentu membayangi calon pemakai produk skincare baru, untuk mencegahnya, sebelum berganti dan mengaplikasikan skin care idamanmu, boleh lah K-ners memperhatikan beberapa tips di bawah ini

Memilih produk perawatan kulit yang sesuai dengan tipikal kulit
Penting sekali mengetahui jenis kulit kita, apakah tipe normal, kering, berminyak, atau kombinasi. Mengetahui tipe kulit sangat membantu dalam menentukan zat aktif apa yang boleh dan tidak boleh diaplikasikan.

Selain itu, ketahui juga apakah tubuh kita alergi terhadap zat tertentu. Misal K-ners alergi dengan bahan yang mengandung wewangian, pilih produk yang berlabel fragrance free atau  alergi produk yang mengandung bahan pengawet paraben pilih yang berlabel paraben free.

Jangan mencoba produk baru dalam waktu yang bersamaan
Kulit membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan zat baru, jika zat tersebut tidak cocok, maka akan timbul  gejala penolakan seperti jerawat, iritasi, kulit mengelupas, ruam dsb. 

Mencoba produk baru satu-persatu, akan memudahkan kita dalam mengidentifikasi apakah bahan itu cocok untuk kulit kita atau tidak. Sehingga, dapat segera dihentikan ketika terjadi reaksi penolakan oleh kulit.

Jadwalkan penggunaan produk baru
Untuk mengetahui apakah produk baru yang kita aplikasikan cocok di kulit kita, kita juga dapat mengatur jadwal penggunaanya untuk mengamati reaksi yang muncul. Penjadwalan juga berfungsi mencegah bahan yang kontradiktif dipakai dalam waktu yang bersamaan.

Misal, dalam seminggu produk tersebut dipakai dua atau tiga hari sekali, atau dipakai selang-seling dengan produk perawatan lain. Jika, dalam masa pengamatan tidak ditemukan reaksi penolakan pada kulit, boleh lah ditingkatkan intensitas penggunaannya.

****
Skincare tak ubahnya sebuah investasi, perlu waktu tertentu untuk melihat hasilnya.

Terima kasih sudah membaca

Daftar istilah

Breakout: Kulit mengalami iritasi dan berjerawat, yang disebabkan zat atau bahan tertentu, perubahan hormon juga stress

Purging : Reaksi ketika kulit membuang lapisan kulit mati dan menggantinya dengan lapisan kulit baru

Sumber 1,2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun