Pusat musik dunia, jika mendengar kalimat itu, negara mana yang pertama kali terlintas? Inggris? Yang terkenal dengan band-band abadinya seperti: Rolling Stones, Beatles, Led Zeppelin, Queen sampai eranya Cold Play.
Atau Amerika Serikat? rumah bagi musik country, jazz, blues, Rock n Roll, EDM dan sebagainya.
Jauh sebelum budaya musik dunia mengakar di belahan bumi barat, sekitar 13 abad lalu, ada sebuah peradaban besar di Asia yang memiliki budaya bermusik tinggi. Hal ini dibuktikan lewat lebih dari 200 relief alat musik dan 40 relief ansamble musik yang tergambar di panil Candi Borobudur yang konon hingga kini, alat musik tersebut masih dimainkan dan tersebar di nusantara juga seluruh dunia.
Serpihan peradaban seni suara yang tergambar di relief Borobudur tersebut, yang  kemudian menjadi ruh dan coba untuk dihidupkan kembali oleh Tri Utami, Ir. Purwacaraka, Dewa Budjana dkk,  lewat Sound of Borobudur (SOB). Agar dapat dinikmati secara kekinian oleh masyarakat dunia.
Musik pada Perdaban Mataram Kuna
Candi Borobudur dibangun sekitar abad ke-9 pada Dinasti Syailendra kerajaan Mataram. Sempat menghilang, pada tahun 1814 ditemukan kembali oleh Gubernur Letnan S.T Rafles.
Pada masa Mataram Kuna, musik tidak hanya dijadikan sebagai sarana hiburan semata. Dengan menunjukkan jati diri yang harmonis, lembut dan dinamis, musik menjadi lambang persatuan dan merupakan persembahan kepada alam semesta (pertiwi).
Tidak heran jika dalam sarana keagamaan, pemujaan terhadap Bodhisatwa dan upacara penetapan sima, selalu ada musik yang mengiringi.
Dari sisi ekonomi, menjadi seniman musik sudah digeluti masyarakat  Mataram Kuna untuk mendapatkan penghasilan. Pada prasasti cane (1021 M), tersebutlah profesi pekerja seni musik antara lain: Mapadahi (penabuh gendang), Macarita, widu, manidung (seni suara).
Alat musik yang diceritaka lewat relief
Pada relief Karmawibhangga yang bercerita tentang hukum sebab-akibat, terdapat 10 panil relief alat musik. Alat musik yang muncul pada panil ini antara lain, kendang, simbal gentha, gendang tanah liat, damaru.
Alat-alat musik yang tergambar di relief tersebut dapat digolongkan menjadi 4 yakni alat musik tiup (aerophone), alat musik petik (cordopohone), alat musik pukul (idiophone), dan alat musik membranophone.
Sound of Borobudur Movement, Potensi, dan Entitas Pemersatu Bangsa-Bangsa
Mbak I'ik (Tri Utami) dan tim SOB (sejarawan, arkeolog, antropolog, seniman dsb) , dalam 5 tahun telah bekerja dengan luar biasa dan berhasil menghidupkan 195 buah instrumen yang dapat dimainkan 30-40 musisi secara ansamble.
Dengan semangat Wonderful Indonesia yang digaungkan kemenparenkraf, kedepannya gelaran program SOB Movement juga akan berfokus ke beberapa tahap pengembangan, secara nasional dan internasional. Seperti yang di paparkan Ir. Purwacaraka:
- Tahapan pertama berfokus pada merekatkan persaudaraan lintas suku bangsa yang berwawasan, berbudaya dan bercita rasa dunia lewat Indonesia Cultural Summit
- Tahapan kedua, mengaktualisasi kejayaan peradaban Asia masa lalu, lewat Asian Cultural Summit
- Tahapan ketiga, menghadirkan kembali semangat bandung, dengan membagikan music lintas budaya ke tataran Asia-Afrika dan dapat berujung pada World Summit
Bukan tidak mungkin jika beberapa tahun kedepan kita akan sangat familiar dengan pelajar dari berbagai belahan dunia yang datang khusus untuk belajar musik dari peradaban Borobudur pusat musik dunia, lewat Sound of Borobudur Learning Centre.
****
Jadi sudah tahu sebenarnya dimana letak pusat musik dunia?
Terima kasih sudah membaca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H