Memiliki hobi berkendara memang menyenangkan, apalagi jika didukung dengan armada yang stabil, gesit dan tidak rewel.Â
Bad mood gass, jenuh dengan kerjaan cuss jalan, engga perlu jauh-jauh juga, muter kota, atau menepi ke desa pun bisa. Luntur sudah kepenatan disapu angin jalanan.
Seperti seorang teman, di balik helm dan gelakan motornya, jalanan menjadi saksi tumpahnya air mata seorang mahasiwi angkatan tua yang nyaris gagal yudisium lantaran LoA (Leter of Acceptance) jurnalnya tak kunjung terbit.
Pun sama halnya saat kegabutannya mengantarkan seorang anak kos di Gubeng-Surabaya mencari makan, dan berakhir andok di Pos Ketan Durian Alun-Alun Batu Malang. Engga kurang jauh tuh nyari makannya
Menurut pendapat pribadi, berkendara dengan sepedah motor dirasa lebih santai. Ada pemandangan bagus tinggal menepi, ada tempat makan yang menarik perhatian, langsung sign kiri. Engga perlu bingung nyari tempat parkir seperti kalau membawa mobil (emang anaknya engga bisa nyetir juga sih) atau engga leluasa mendadak minta berhenti seperti kalau naik bus dan kereta api .
Solo riding ibaratnya sebuah proses perjalanan kehidupan, kamu sebagai penumpang, kamu juga yang mengendalikan. Tidak ada orang lain yang bisa kamu andalkan, yaa hanya kamu sendiri.
Tidak tertera tiket yang menunjukkan tujuanmu kemana, sampai di tempat tujuan pukul berapa atau SOP yang memastikan perjalananmu akan baik-baik saja.
Yang ada hanya kamu berusaha untuk sampai di tempat yang kamu inginkan, perkara cepat atau lambatnya waktu sampai, itu tergantung kemampuanmu memacu kuda besi dan titah dari yang Maha berkehendak.
Hobi berkendara tidak melulu tentang kecepatan, siapa sangka hobi ini juga banyak memberikan pelajaran, seperti di bawah ini. Yuuk, lanjuut
Lebih perhatian dengan kondisi kendaraan
Kalau selama ini beberapa orang sering abai perkara service kendaraan, dan baru ke bengkel ketika kendaraannya sudah terbatuk-batuk rewel. Tentu tidak bagi seseorang yang memiliki hobi berkendara. Perawatan kendaraan secara rutin menjadi prioritas untuk menjaga tungganggannya tetap sehat terawat.
Apakah oli mesinnya masih bagus? Apakah air akinya masih menggenang? Apakah rantai atau Van belt-nya sudah aus?
Hobi berkendara sedikit banyak mengajarkan untuk tahu beda fungsi antara oli mesin dan oli samping, kampas rem dengan kampas kopling, juga lampu kota dan lampu utama.
Apalagi jika mau mengulik lebih, sesederhana bisa memperbaiki sendiri plat motor yang miring karena bautnya terlepas, memompa ban atau mengganti oli mesin. Percayalah, hal ini akan meningkatkan efikasi terhadap diri sendiri.
Mengasah sistem navigasi otakÂ
Pernah tersesat padahal sudah pakai GPS? Atau pernah dilewatkan rute ajaib yang jalannya di luar dugaanmu? Dilewatkan jalur lahar misalnya. Tidak perlu panik, ikuti instingmu saja.
Dengan demikian otak mampu menambahkan input database dan membuat peta sendiri di dalam sistemnya. Sebaliknya, ketika seseorang menggunakan GPS, seseorang tidak memanfaatkan hippocampus-nya dengan baik, yang justru memperburuk kinerjanya dalam mencari arah ketika tanpa bantuan GPS.
Untuk tetap memantik kinerja hippocampus, yuk sekali-kali berkendara tanpa GPS digital, boleh diganti dengan GPS lainnya, GPS (Gunakan Penduduk Sekitar) alias tanya warga misalnya.
Manajemen problem solving
Bagi sebagian orang, aktivitas solo riding untuk tujuan yang jauh, nampaknya memang berat dan penuh risiko, khususnya bagi perempuan. Untuk mengurangi risiko yang ada, selain memastikan kondisi kendaraan prima sebelum berangkat, ada juga yang sudah siap sedia dengan spare part-nya sendiri.
Jangan kaget kalau saat memeriksa tas amunisi mereka, kalian akan menemukan ban dalam, atau busi misalnya. Buat berjaga-jaga saja kalau sewaktu-waktu ban bocor dan tempat tambalnya tidak menyediakan ban baru.
Mental dan kemampuan menyelesaikan masalah juga akan diuji ketika kita menghadapi keadaan darurat, misal melihat atau terlibat kecelakaan kecil. Empatimu akan dikelitik, ikut membantu atau langsung berlalu, tanggung jawab dengan diselesaikan baik-baik atau ngacir aja karena memang sepi kondisinya.
Ya kembali lagi, solo riding akan sangat erat dengan persoalan semacam ini jadi tinggal bagaimana kedewasaanmu untuk menghadapi.
Mengenal kapasitas pribadi agar lebih mawas diri
Kalau sudah naik motor, ngebut, biasanya suka lupa diri. Engga sadar kecepatan udah diatas 100 km/aja, engga sadar kalau kesenggol truk molen di depan sudah bisa pindah kavling ke ukuran 2m x 1m alias kuburan, atau engga sadar kalau sebenarnya badan sudah minta diistirahatkan, tapi ego masih susah untuk diredam, alhasil fokus pengendara terganggu, penglihatan menjadi buram.
Justru hal itu yang bahaya, karena human error masih menyumbang penyebab kecelakaan tertinggi di jalan raya.
Bagaimana cara mengendalikannya?
"Sak beja-bejane wong lali, isih bejo wong kang eling lan waspodo"- Prabu Jayabaya
"Artinya:Seberuntung-beruntungnya orang yang lupa, masih beruntung orang yang ingat dan waspada"- Prabu Jayabaya
Menurut pengalaman pribadi, mengingat target hidup dan mengingat orang-orang yang dicintai bisa meredam ego pribadi, dan ini engga hanya berlaku ketika berkendara saja ya.
 Coba saja sewaktu ngebut tetiba bayangan ibu terlintas,
"Kalau aku ngebut terus kenapa-napa, ibu khawatirnya seperti apa ya?"
terbukti, mantra itu selalu berhasil untuk merenggangkan gas tangan dan menurunkan kecepatan.
****
Terima kasih sudah membaca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H