Bencana yang melanda Ibu Pertiwi pada awal tahun ini memang bertubi-tubi. Duka semakin bertambah ketika banyak korban berjatuhan, nyawa melayang, harta benda raib, dan datangnya musibah susulan.
Tetapi bukankah bersamaan dengan kesulitan itu ada kemudahan?
Berbondong-bondong masyarakat membuka donasi untuk meringankan beban dari saudara kita yang sedang ditimpa kemalangan. Kebutuhan dasar seperti sandang, pangan papan menjadi fokus utama yang harus segara dicukupi.
Kebutuhan sandang layak pakai bagi pengungsi menjadi pendorong donatur untuk menyumbangkan pakaian lamanya. Tetapi seringkali kegiatan donasi pakaian ini justru tidak tepat sasaran.
Bukan, bukan karena donasinya tidak sampai di camp pengungsian. Justru pakaian tersebut membludak keberadaannya karena terus berdatangan. Sementara, kualifikasi dari pakaiannya itu sendiri dipertanyakan kelayakannya.
Seperti artikel milik Mang Pram (artikel:ini), yang bercerita jika pakaian yang disumbangkan banyak yang tidak layak dan jumlahnya berlebihan. Niat hati donatur ingin membantu, justru menjadi sampah baru yang menambah semrawut tempat pengungsian karena berserakan dan tidak terurus.
Bukan berarti mendonasikan pakaian tidak diperlukan ya, hanya saja kita harus cermat dalam memilah pakaian yang akan diberikan dan tidak berlebihan. Paling tidak sebelum berdonasi kita harus:
- Memilah modelnya dan memastikan pakaian masih layak, tidak sobek, dan jahitannya masih utuh. Serius jangan mendonasikan pakaian dengan model yang aneh-aneh, terbuka dan semeriwing.
- Menjamin kebersihan pakaian, jangan mendonasikan pakaian dalam keadaan kotor dan bau. Cuci terlebih dahulu, semprot dengan disinfektan dan lipat yang rapi. Walaupun dalam keadaan bencana, kita tidak boleh lupa jika pandemi juga masih ada. Jangan sampai pakaian yang kita donasikan, malah menjadi host bagi agen infeksius penyebab covid-19 dan penyakit menular lainnya.
- Memisahkan antara pakaian wanita dan pakaian pria, serta memberi label agar lebih mudah pendistribusiannya. Wa bil khusus untuk pakaian dalam, lebih baik menyumbangkan dalam keaadaan baru
- Melakukan koordinasi dengan petugas ditempat bencana akan kebutuhan jumlah pakaian. Agar supaya kebutuhan pakaian pengungsi tercukupi, dan tidak ada ketimpangan jumlah pakaian antara pria dan wanita.
Selain didonasikan ke tempat bencana, sebenarnya masih banyak jalan lain untuk memanfaatkan pakaian lamamu. Mungkin cara-cara berikut dapat kamu ikuti agar pakaian lamamu tidak berjejalan lagi  di almari
1. Menjualnya Kembali
Sering ditemui di media sosial dengan nama akun preloved by, atau second hand by.
Jika pakaian yang sudah tidak kamu pakai masih sangat layak dan didukung dengan label-label komersial, tidak ada salahnya menjualnya kembali. Buatkan akun di media sosial, foto dengan angel terbaik dan mendetail, berikan hastag thrifting, preloved, second dan semacamnya. Maka ia akan menemukan konsumennya sendiri. Anda percaya?
Usaha second hand ini sempat saya geluti ketika duduk di bangku kuliah. Berawal dari keluh kesah Mbak kos yang berprofesi sebagai model, dan merasa kamarnya penuh sesak dengan pakaian. Kami pun mencoba memilah pakaian-pakaiannya, dan memasarkannya di e-commerce.
Demi menjaga kualitas second hand yang kami jual, pewarnaan dan penjahitan ulang kerap kami lakukan agar barang tetap bebas cacat meskipun bukan barang baru.
Akhirnya, tidak hanya dijual, beberapa pakaian yang berpotongan glamour juga kami sewakan untuk pentas seniman lokal.
Bukan hanya kamarnya yang menjadi sedikit lengang, tapi untung-untung ada cuan yang datangÂ
Pucuk dicinta cuan pun tiba...
2. Mendaur ulang menjadi barang baru yang berguna
Bosan dengan bantal yang bermotif itu-itu saja? Ada daster atau kain sarung lama yang sudah tak terpakai? Yuk mari kita bermain sulap. Sim salabim jadi apaaa
- Potong pinggiran kain yang ingin di sulap, bentuk dengan pola segi empat sesuai ukuran yang diinginkan, dan jahit rapi pinggirannya. (Sisakan rongga untuk memasukkan isian)
- Membuat Isian Bantal
- Ambil pakaian bekas yang lain, potong menjadi bagian kecil-kecil dan campur dengan dakron
- Terakhir, masukkan isian bantal dan jahit dengan rapi
- Ulangi step pertama untuk membuat sarung bantalnya
Selain disulap menjadi bantal, bisa juga didaur ulang menjadi masker kain, keset, tas dan cempal. Kreasi dari pakaian bekas seperti ini banyak dijumpai di akun-akun swakriya yang tersebar di Intagram, Youtube, Pinterest. Â
3. Mengubahnya menjadi potongan kain perca
Pakaian yang sobek, usang, lapuk dan tak berbentuk jangan langsung dibuang begitu saja. Gunting menjadi bagian yang lebih kecil dan kumpulkan di dalam karung. Kain perca ini masih bisa dijadikan majun untuk membersihkan lantai atau lap untuk tangan.
Jika kalian tidak mau menggunakannya, boleh tawarkan ke tetangga yang memiliki usaha reparasi kendaraan, pengelasan atau pengecatan. Saya yakin sekali mereka akan dengan senang hati menerimanya. Lumayan, daripada harus membeli majun dari kain sisa konveksi kannn..
Membantu berdonasi pakaian layak pakai untuk korban bencana memang hal yang mulia, tapi jangan juga dijadikan momentum untuk membuang pakaian lapukmu ya. Karena bagaimanapun, mereka juga sama seperti kita, menginginkan sesuatu yang layak juga.
Lagipula masih banyak jalan menuju Roma, untuk memanfaatkan si pakaian lama.