Dua tahun adalah waktu yang cukup lama untuk sebuah penurunan kualitas pendidikan di semua jenjang pendidikan. Orangtua mendandak menjadi orang yang serba bisa. Bisa matematika, bisa ilmu biologi, bisa pendidikan jasmani dan lain-lain. Demikian juga pada jenjang strata 1 yang dialami oleh para mahasiswa... contohnya pada mahasiswa di bidang ilmu peternakan.. dan pastinya juga ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang lain yang memerlukan praktek nyata tidak hanya simulasi.. karena seringkali praktek berbeda dengan teori.. misalnya pada cara handling kambing/domba/sapi.. pemahaman pada saat membaca petunjuk pasti tidak bisa sama untuk setiap mahasiswa tanpa ada penjelasan dan pendampingan dari pengajar..... akibatnya pada saat harus melaksanakan praktek magang pada peternak dan penelitian, ada saja faktor-faktor teknis yang menjadi kendala... ada yang ternaknya jadi stres kemudian tidak mau makan... ada yang ternaknya jatuh atau tercekik tali karena cara menambatkan yang tidak benar... tidak jarang ada mahasiswa yang kena tendang sapi dan lain-lain..
Repot lagi pada saat pemberlakuan PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), penelitian yang mestinya bisa dilakukan oleh 6-8 mahasiswa menjadi dibatasi jadi 2-3 mahasiswa saja, sehingga pengambilan data menjadi kurang maksimal. Laboratorium yang tidak beroperasional pun menjadi hal yang sangat membingungkan manakala ada beberapa sampel penelitian yang harus segera dianalisa dan tidak bisa disimpan sampai jangka waktu lama menunggu PPKM selesai.. sedangkan waktu studi mahasiswa ada batasnya... Modifikasi terhadap pengolahan data baik secara laboratorium maupun statistika harus diupayakan dengan tanpa mengurangi tujuan dari sebuah penelitian. Sudah pasti bahwa kualitas yang dihasilkan pun tidak  bisa maksimal, meskipun selanjutnya dengan modal literatur pustaka pembahasan terhadap data hasil penelitian dapat diselesaikan.
Sayangnya, banyak juga penguji pada ujian akhir sarjana yang tidak mau tau dengan kondisi yang demikian, sehingga keberatan untuk memberikan nilai maksimal pada ujian akhir para mahasiswa di era pandemi ini. Setidaknya dapatlah memahami bahwa para mahasiswa itu mempertaruhkan nyawa juga dalam mengerjakan penelitiannya ... karena mereka juga sambil menghindari covid. Mengerjakan draft skripsi, thesis dan disertasi di antara tugas2 lain yang diberikan oleh para dosen... yang seringkali bingung juga dosennya bagaimana bisa mentransfer ilmunya pada mahasiswa secara maksimal. Harapannya mahasiswa bisa belajar mandiri.... sementara mahasiswa pun jenuh jika harus terus menerus menyimak laptop, hp dan komputer hampir 20 jam setiap hari...Â
Harapannya, ada keinginan untuk saling memahami satu sama lain, antara para pengajar dan mahasiswanya. Tidak bisa menuntut kualitas mahasiswa maksimal sesuai standar jika para pengajar juga tidak menyajikan materi yang maksimal. Memberi tugas, tapi tidak dibimbing atau dikoreksi dan dievaluasi. Sementara mahasiswa juga harus memacu diri untuk rajin membaca dan konsultasi dengan para pengajarnya melalui media yang disepakati... Semoga saja pandemi segera berlalu, dan kualitas pendidikan dapat kembali ditingkatkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H