Mohon tunggu...
Retno kurniawati
Retno kurniawati Mohon Tunggu... Freelancer - Analis Muslimah Voice

Pekerjaan freelance I 085.732.016.371 I Jasa aqiqah siap saji I Jasa Kambing guling pesta I Supplier Arang kayu

Selanjutnya

Tutup

Financial

Digital Sebagai Tumpuan Ekonomi saat Pandemi

19 Mei 2020   08:53 Diperbarui: 19 Mei 2020   08:43 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika tentang perbuatan jahat yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan barang madaniyah amm,  hukumnya tergantung perbuatannya.Misalnya tentang persoalan kondisi ekonomi negara yang berhutang besar, dan dinamika transaksi digital dan bisnis big data yang menimbulkan kemungkinan monopoli, bahkan kolonialisasi ekonomi. Dilihat dulu fakta kasusnya. Kasus apapun. Karena memang hukum asal perbuatan manusia itu terikat dengan hukum syara'.

Bagaimana jika umat islam merintis dan membuat Social Media dan Marketplace sendiri, bukankah umat Islam harus bisa membuat terobosan?. Sebenarnya bukan karena umat Islam tidak mampu menciptakan berbagai macam teknologi maju. Sebab kalau kita teliti, tidak sedikit di antara umat Islam yang cerdas, pandai serta berstatus ilmuwan.

Contoh yang paling tersohor di negeri kita sendiri. Kita punya Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie, yang pakar di bidang pembuatan pesawat terbang. Dahulu beliau sudah pernah membuat banyak berbagai jenis pesawat terbang. Kepakaran beliau sangat dihargai oleh para ahli di Eropa, bahkan pabrik pesawat terbang di manca negara pun mempercayakan pembelian sparepart dari negeri kita.

Atau belum lama ini, Khoirul Anwar adalah orang yang di gadang-gadang menemukan dan sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing).

Bukankah para hacker di negeri ini juga sangat terkenal handal dengan berbagai prestasinya menjebol berbagai macam sekuriti sistem? Bahkan situs KPU pun dengan mudah bisa digerayangi. Milik negara lho ini. Selain itu, dalam kasus carding pun bangsa kita sangat terkenal di manca negara. Ini membuktikan bahwa kita sama sekali tidak tertinggal di bidang IT, meski contoh ini bukan contoh yang baik dan memerlukan perhatian serta pembinaan.

Itu artinya bahwa SDM bangsa kita sebenarnya sangat mampu untuk melakukan eksplorasi di bidang teknologi. Sesungguhnya pandai dan kaya dengan beragam terobosan di bidang iptek. Tapi yang seringkali menjadi kendala justru pada masalah kebijakan pemerintah yang punya kekuasaan. Dan biasanya, semua itu sangat dipengaruhi oleh para pemilik modal dan pemain bisnis. Bahkan bukan tidak mungkin juga faktor kepentingan negara lain, meski lewat tangan-tangan tersembunyi. Tangan-tangan siluman yang bermain di balik layar.

Bukankah bangsa Indonesia tadinya punya berbagai macam perusahan berbasis teknologi? Tapi sekarang sudah bukan milik kita lagi, lantaran adanya kebijakan privatisasi yang sangat merugikan. Bangsa-bangsa muslim bukannya tidak punya para ahli di bidang teknologi, tapi yang sangat menjadi masalah justru kebijakan para penguasa di negeri-negeri muslim itu sendiri. Entah karena pola pikirnya atau karena tekanan pihak luar.

Maka kesimpulannya,  meski umat Islam punya begitu banyak SDM berkualitas serta potensi alam yang luar biasa, tapi selama masih dipimpin oleh 'antek-antek kapitalis' yang fikrahnya berantakan, sampai kapan pun bangsa-bangsa Islam tidak akan pernah bangkit. Selama pemegang kebijakan hanyalah orang-orang yang tidak punya nasionalisme, apalagi ghirah ke-Islaman yang benar, maka selama itu punya bangsa kita masih akan terus terpuruk.

Saatnya mempersiapkan diri kita untuk memulai proses perubahan besar tata cara berkehidupan yang mungkin akan terjadi. Sudah saatnya para Ulama memberikan penafsiran tentang ajaran Islam yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan tersebut. Mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan sesuai Al Qur'an dan Hadits.

Kediri, 19 mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun