Ntah apa yang aku pikirkan. Ntah apa yang aku inginkan, aku pun tidak paham. Ingin rasanya paham dengan diri sendiri untuk segala kondisi. Bukan seperti ini. Hatiku mulai kacau ketika ditinggalkan oleh kakek terhebatku. Tenang dalam pangkuannya. Duduk dengan obrolan santai dengan arah yang tidak tahu kemana.
Nara. Namaku Nara, gadis kecil beranjak dewasa. Si paling bingung dengan perasaan sendiri. Banyak orang bilang bahwa aku adalah orang yang sulit untuk ditebak. Haha hihi yang selalu aku munculkan disegala kondisi tuk menutupi segala yang aku rasakan.
"Nara. Ke kantin yuk" ajak lia kepadaku.
"Wah boleh tu, aku juga sudah nggak kuat menahan rasa lapar." Jawabku.
"Oh iya Ra, kamu tadi aku lihat serius banget sih, tiap kali aku lihat kamu, kamu masih aja fokus menatap dan menggoreskan penamu dilembar kertas. Padahal yang lain santai banget loh.."
"Emm.. Maaf ya aku tadi nggak merhatiin kamu. Gimana ya... Sebenarnya aku tadi pengin buru-buru nyelesain tugasku. Karna aku udah laper banget hehe".
" Nggak salah lagi sih kalo banyak orang yang bilang kamu itu anak ambis. Dimana- mana kalo orang-orang udah lapar tu nggak bisa berfikir lagi loh. Kamu memang beda sih Ra".
"Ih.. nggak tau.. Aku itu juga siswi yang biasa aja, sama kayak kalian".
"Tuh kan sudah ku duga kalo kamu mau jawab itu. Emang ya kamu itu selalu aja nggak mau mengakui".
Obrolan-obrolan berlanjut sampai kantin.
"Bu, nasi seperti biasa ya, sama es the tentunya" ucapku kepada Ibu Sri.