Mohon tunggu...
Retno Iswandari
Retno Iswandari Mohon Tunggu... -

Retno Iswandari menyelesaikan studinya di magister Ilmu Sastra, Universitas Gadjah Mada. \r\n\r\nYou can visit her on:\r\nwww.retno-iswandari.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wajah Malam Jogja di Nol Kilometer

8 Februari 2012   07:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:55 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malioboro dikenal sebagai jantung kota Yogyakarta. Di sanalah perekonomian tumbuh dengan pesat. Pasar Beringharjo serta mall-mall di kawasan Malioboro selalu ramai oleh pengunjung. Namun, ada sisi lain yang menarik untuk dijelajahi pada malam hari, yakni Nol Kilometer, sebuah titik selatan kawasan Malioboro. Nol kilometer menawarkan suasana malam yang santai khas kota Jogja.

Para pejalan kaki nampak leluasa berada di area ini. Di pinggir-pinggir jalan, tersedia kursi-kursi lebar yang masing-masing dapat menampung 6-8 orang, sebuah ruang publik yang nyaman. Silakan bersantai di sana sambil menikmati aneka menu kuliner yang dijajakan oleh para pedagang kaki lima, seperti wedang ronde, sate ayam, atau jagung bakar. Di tengah menyantap hidangan, alunan musik biasa mengalun dari tangan anak-anak muda atau para seniman jalanan. Suara gitar dan jimbe berbaur dengan bunyi klakson dan mesin kendaraan menjadi musik malam yang wajar. Jika beruntung, pengunjung bisa menyaksikan hiburan musik yang kerap diselenggarakan di panggung Monumen Sebelas Maret.

Sambil duduk menikmati hidangan serta musik, edarkan pandangan ke segala penjuru. Berbagai bangunan kuno bersejarah mengitari kawasan Nol Kilometer. Benteng Vredeburg berdiri di sebelah timur jalan Malioboro, dan Gedung Agung di sebelah barat. Di sisi selatan, dapat disaksikan sisa bangunan kolonial pada Kantor Pos Besar dan Bank Indonesia. Tidak heran jika arena ini merupakan salah satu pilihan favorit bagi para forografer. Selain bangunan-bangunan kuno, berbagai objek yang tersorot lampu kota Jogja pun menarik perhatian. Ada juga sebuah replika bungkusan raksasa bergambar Sri Sultan Hamengku Buwana X yang mengenakan blangkon dan busana Jawa.

13286911861952517005
13286911861952517005

Di sampingnya, beberapa pengayuh becak siap mengantarkan penumpang ke mana saja: berkeliling kota malam hari, atau hanya menjelajah sampai alun-alun Kraton Yogyakart yang tak jauh dari lokasi. Jika berminat menjelajah sampai alun-alun Kraton, di sepanjang jalan dapat kita jumpai deretan toko buku dan majalah. Ada juga yang menjual mainan anak-anak seperti balon dan boneka. Tak lupa bolang-baling manis dan gurih yang semakin menghidupkan malam. Bahkan di pojok timur keraton, ada bakmi dan balungan Pak Pele untuk dinikmati. Demikianlah wajah malam Jogja yang santai dan terbuka dengan Nol Kilometer-nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun