Mohon tunggu...
Retno Iswandari
Retno Iswandari Mohon Tunggu... -

Retno Iswandari menyelesaikan studinya di magister Ilmu Sastra, Universitas Gadjah Mada. \r\n\r\nYou can visit her on:\r\nwww.retno-iswandari.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jazz Mben Senen: Dari Dan Untuk Semua

8 Februari 2012   09:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:54 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika membayangkan jazz sebagai musik kelas menengah atas yang disajikan di cafe-cafe atau panggung tertutup dengan patokan tiket yang mahal, anggapan tersebut akan luntur ketika sampai di Yogyakarta. Kota unik ini menyajikan musik jazz dengan cara unik pula di Jazz Mben Senen, sebuah nama berbahasa Jawa yang artinya Jazz Tiap Senin. Sebagaimana namanya, acara ini digelar setiap hari Senin dari pukul 21.00-24.00 di halaman depan Bentara Budaya Yogyakarta.

Konsep acara ini sangat terbuka dan digelar di area terbuka pula, sehingga para pengendara yang berlalu-lalang di depan Bentara pun dapat menoleh sejenak ke arahnya. Sesekali ada tukang becak yang berhenti sejenak di pinggir jalan dan menyaksikan acara ini dari luar. Para penonton bisa duduk di deretan kursi lipat di bawah tenda, ataupun di atas tikar yang digelar di utara panggung.

Keunikan lain dari acara yang didukung oleh Djaduk Ferianto ini adalah panggungnya yang dibuat sejajar dengan para penonton sehingga menyatu dan menghilangkan eksklusivitas. Dengan begitu, semua orang dapat menjangkaunya tanpa canggung, sebab setiap pengunjung diberi kesempatan terbuka untuk tampil, baik menyanyi maupun bermain musik. Tidak ada yang tampak sungkan sekalipun belum mahir, sebab acara ini juga merupakan ajang belajar bagi para musisi dan penikmat jazz di Jogja. Panggung jazz menjadi milik semuanya.

Selain terbuka, acara jazz ini juga kental dengan aroma lokal yang merakyat, sehingga tak mengherankan jika pembawa acaranya sering berbicara dalam bahasa Jawa. Jika haus, di bagian belakang arena, dapat dijumpai sebuah angkringan khas Jogja yang menjual aneka minuman (teh, jeruk, kopi, jahe) dan gorengan. Pengunjung dapat mampir ke sana berbekal kesabaran, sebab angkringan selalu penuh oleh pembeli. Selain warga lokal dan para mahasiswa yang belajar di Jogja, jazz yang telah diadakan sejak pertengahan 2009 ini juga sering dikunjungi wisatawan.

Semakin malam, acara jazz semakin panas dan penuh improvisasi. Kadang, penonton juga dapat me-request lagu mulai dari jazz swing, bebop, fusion, sampai smooth jazz dalam maupun luar negeri. Silakan nge-jam di Jogja. Sebagai tambahan, acara ini punya yel-yel keakraban sendiri: jika pembawa acara berteriak “Jazz Mben Senen?”, penonton akan menyahut “Kancaku...!”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun