Sobat Kompasiana, tidak hanya ayah, ibu dan anak yang memiliki hari selebrasi, setiap tanggal 12 Agustus diperingati sebagai Hari Remaja Internasional. Hikmah apa yang bisa diambil dalam merefleksikan hari remaja ini?
Ibun Enok cukup bangga saat ini masih banyak remaja yang berprestasi di bidangnya, dari bidang akademik, olahraga, sampai dengan seni dan kreativitas.Â
Namun, diluar remaja-remaja yang berprestasi itu mirisnya masih banyak juga fenomena-fenomena perilaku negatif remaja yang perlu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak, baik orang tua, masyarakat, sekolah maupun pemerintah. Perilaku negatif tersebut diantaranya kenakalan remaja yang terlibat tawuran, klithih, gank motor, prostitusi remaja serta perilaku seks beresiko.
Berbincang tentang perilaku seks beresiko, Ibun Enok sangat prihatin membaca dan mendengar berbagai kabar cerita terkait hal ini. Tidak hanya remaja, bahkan mulai dari anak usia SD pun sudah ada yang berpacaran dan berperilaku seks, bahkan menyimpang.Â
Suatu saat ada teman sharing bahwa anaknya yang masih duduk di kelas 6 SD menceritakan temannya yang sudah pernah melakukan aktivitas seks di luar pernikahan, parahnya dengan saudara kandung sendiri. Remaja usia SMP ada yang terlibat prostitusi dengan menawarkan diri secara online.Â
Ada juga cerita anak laki-laki usia 8 tahun sudah pernah menggesek kemaluannya ke anak yang lain. Lebih parah lagi anak usia  11 tahun yang saat ini sedang mengikuti program pendampingan psikologis karena melakukan sodomi dengan teman seusianya sekolah.
Sebut saja Bunga, anak kelas 9 yang terpaksa dikeluarkan dari sekolah karena membuat video porno dan tersebar di internet. Ada dugaan bahwa Bunga adalah korban "child grooming".  Dalam perilaku umumnya sehari-hari, Bunga memang terlihat berbeda dengan  anak-anak seusianya. Boleh dibilang dewasa lebih cepat daripada anak seusianya. Konon kabarnya,  kejadian ini terjadi saat pandemi Covid-19 yang lalu dimana sekolah dilakukan dengan pembelajaran online, dan sekolah pun kecolongan. Ya, tak dapat dipungkiri itulah beberapa contoh realita yang terjadi di lapangan.Â
Pengaruh Internet, Manga dan Anime
Arus informasi melalui internet di jaman yang serba terbuka saat ini disinyalir menjadi salah satu trigger munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja. Remaja dengan mudahnya mengakses tayangan-tayangan pornografi, meskipun sebenarnya pemerintah sudah berupaya memblokir beberapa situs pornografi.Â
Namun, bisa saja remaja mengaksesnya dari aplikasi-aplikasi penyedia film. Terkadang sensor film dengan informasi tayangan 13+ pun ternyata masih terdapat tayangan yang belum disensor sepenuhnya.Â