Sobat Kompasiana, suka dengan film misteri, menyeramkan alias horor? atau sekedar mendengarkan cerita horor dari teman atau media sosial?Â
Ibun Enok lebih memilih opsi yang kedua. Kalau film horor tidak terlalu suka, hanya terkadang penasaran saja saat ada yang viral. Selain itu, kadang muncul rasa takut apabila menonton sendirian. Apalagi film horor versi Indonesia atau Asia, menurut Ibun Enok lebih menyeramkan daripada film horor ala Barat. Mungkin karena ceritanya lebih familiar dan dekat dengan keseharian kita. Kalau versi Barat, jenis film thriller menurut Ibun Enok lebih membuat senam jantung daripada film horornya.Â
Kembali ke cerita horor, terkadang ada teman kita atau media sosial yang membagikan cerita horor dalam kehidupan sehari-hari. Sesekali Ibun Enok berdiskusi seru dengan teman, topiknya cerita-cerita horor. Kesimpulannya, pertama memang kita harus percaya atau mengakui fakta bahwa "dunia lain" itu ada. Tuhan tidak menciptakan makhluk hidup saja, akan tetapi juga makhluk gaib seperti malaikat, jin, iblis, dan setan. Hanya saja mereka tinggal di alam yang berbeda dengan manusia.
Kedua, orang meninggal tidak akan menjadi "hantu" seperti yang digambarkan pada film-film horor atau konten berburu hantu. Dalam diskusi kami sepakat bahwa "hantu" hanyalah setan atau jin yang menjelma atau menyerupai wujud orang yang sudah meninggal sebagai upaya tipu daya untuk mengganggu manusia. Umat muslim percaya bahwa kematian adalah peristiwa terpisahnya jasad dengan ruh, ruh menuju alam barzah. Dengan demikian, ruh orang yang sudah meninggal tidak ada lagi sangkut pautnya dengan dunia.
Namun, mungkin itu tidak berlaku di negara lain yang masih meyakini roh orang meninggal, terutama yang dibunuh atau bunuh diri dapat menjelma menjadi hantu untuk membalas dendam atau menyelesaikan urusan yang belum selesai. Seperti halnya yang digambarkan di film-film. Bahkan ada yang mempengaruhi terhadap penjualan sebuah properti. Misalnya sebuah fakta unik di Jepang, rumah atau apartemen yang merupakan bekas lokasi orang bunuh diri biasanya dihargai lebih murah dan iklannya jujur mengatakan bahwa lokasi pernah menjadi lokasi bunuh diri.Â
Makhluk jin dapat menjelma menjadi wujud makhluk lainnya misalnya menjadi ular, anjing, termasuk menjadi manusia. Akan tetapi apabila menjelma menjadi manusia jin tidak dapat memiliki bentuk sempurna, misalnya tidak memiliki mata, tidak memiliki kepalanya dan sebagainya. Itulah sebabnya semakin banyak gambaran penampakan makhluk dunia lain dalam cerita horor di sekitar kita.Â
Ketiga, manusia pada umumnya sebenarnya tidak bisa melihat makhluk gaib. Adapun kalau ada yang bisa di dalamnya ada jin atau memang mempunyai kelebihan khusus dari lahir yang sering disebut indigo atau memiliki indera keenam.Â
Suatu ketika Ibun Enok dan kawan kerja sedang menginap di sebuah hotel di Lombok. Setelah menginap semalam, keesokan harinya salah satu teman menceritakan kalau semalam mendengar suara di atas kamar seperti kursi digeser dan langkah kaki seperti orang yang sedang berlari. Tak hanya itu, ia menambahkan suara ketok-ketok dari arah jendela kamar. Teman Ibun Enok itu juga bercerita bahwa di dalam laci kamarnya ada beberapa macam kitab suci dari 3 agama. Hal ini semakin memperjelas benang merah dengan peristiwa yang dialami Ibun Enok dan teman-teman.Â
Saat itu, awalnya Ibun Enok sempat berkata dalam hati tidak mungkin terjadi dan tidak takut, lalu berkata kepada teman mungkin ada petugas yang sedang menyiapkan acara di ruangan atas. Namun, keesokan harinya ternyata Ibun Enok mendengar hal yang sama itu. Seketika Ibun Enok merinding dan berdoa minta perlindungan-Nya. Teman yang satunya lagi ternyata mendegar hal serupa.
Pengalaman tersebut merupakan pengalaman pertama Ibun Enok terkait dunia lain. Hikmah yang dapat diambil, bahwa kita tidak boleh "sombong" sebagai manusia, meskipun hanya berkata dalam hati tidak percaya dan harus tetap mengakui keberadaan dunia tak kasat mata itu.Â