Bunga sakura juga pernah punya masa lalu yang kelam karena dimanfaatkan sebagai simbol nasionalis dalam propaganda selama terjadinya Perang Dunia II. Namun, reputasinya sudah membaik hingga sekarang.Â
Warga Jepang baik di kota maupun desa biasanya melakukan tradisi hanami secara bersama-sama di sebuah taman atau lahan yang banyak pohon sakura di musim semi.Â
Mereka akan berbondong-bondong berkumpul dan menggelar tikar atau duduk-duduk di sekitar area pohon sakura itu dengan membawa macam-macam makanan dan minuman ringan serta sake.Â
Ada yang sekedar berkumpul sambil berbincang-bincang, ada pula yang mengadakan acara kecil seperti pertunjukan menyanyi atau bermain alat musik khas Jepang.Â
Ibun Enok jadi teringat kenangan saat berhanami di Jepang dan Korea. Hanami yang merupakan budaya asli Jepang sangat dikenal pada saat musim semi berlangsung.Â
Kita dapat menikmati indahnya bunga sakura saat bermekaran sambil berkumpul bersama. Selain itu, momentum bunga sakura saat berguguran juga tak kalah cantik dan menciptakan suasana romantis bak salju berwarna pink.
Saat berhanami dengan beberapa teman kuliah WNI dan teman warga Jepang, rasanya menyenangkan sekali dapat berkumpul bersama sambil menikmati keindahan sakura di taman terdekat, saling mengobrol, berfoto bersama, bermain sepakbola, dan bertukar makanan yang kami bawa masing-masing.Â
Beberapa orang teman membawa makanan khas Indonesia yang pedas, seperti mpek-mpek, pecel, asinan dan rujak. Teman dari Jepang pun penasaran untuk mencoba makanan Indonesia, namun sayangnya mereka tidak kuat makan makanan yang pedas.Â
Hanami di Jepang sebenarnya tidak hanya sebatas melihat sakura di musim semi yang jatuh bulan Maret-Mei. Setelah musim semi, datang musim panas (Juni-Agustus). Di musim panas bermekaran berbagai macam bunga yang indah seperti lili, lotus, bakung, mawar dan sebagainya.Â