Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Memahami Anak Laki-laki Melalui Pendekatan Neuro Parenting

17 Januari 2024   15:30 Diperbarui: 20 Januari 2024   13:33 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sobat Kompasiana, pernahkah mendengar Men are from Mars and Women are from Venus? Sebuah ungkapan klasik yang menggambarkan perbedaan karakter kaum Adam dam kaum Hawa. Secara kodrati laki-laki dan perempuan memang berbeda. Tentunya hal ini juga berpengaruh pada bagaimana pembentukan karakter pada pola asuh dari anak-anak sesuai jenis kelaminnya. 

Memang kalau dilihat dari 4 gaya pola asuh yang pernah Ibun Enok bahas pada artikel sebelumnya, yaitu otoriter, otoritatif, permisif dan pengabaian, tidak ada pembedaan gender dalam hal ini. Namun, dalam sebuah pendekatan parenting saat ini yang cukup populer yaitu neuro parenting, kita dapat menerapkan pola asuh berdasarkan perbedaan struktur otak yang dimiliki oleh anak laki-laki dan perempuan.

Oleh karena Ibun Enok anaknya laki-laki semua, sehingga tergelitik untuk mengupas bagaimana sebenarnya menerapkan pola asuh yang sesuai khususnya untuk anak laki-laki.

Apa itu Neuro Parenting?

Neuro parenting atau ada yang mengistilahkan brain-based parenting merupakan pendekatan baru dalam parenting yang didasari oleh pemahaman cara kerja otak. Pendekatan ini mengkombinasikan ilmu neurosains dan prinsip psikologi. Neuro Parenting bermanfaat untuk membantu orang tua dalam memahami bagaimana cara kerja otak pada anak dan bagaimana interaksi lingkungan dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya.  

Perbedaan Otak Anak Laki-laki dan Perempuan

Pada dasarnya perkembangan otak anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan, dalam hal bahasa, pemrosesan ingatan, visual spasial, ekspresi emosi, pengenalan wajah, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Masing-masing menggunakan dominasi bagian otak yang berbeda. Perbedaan perkembangan otak anak laki-laki dan perempuan ini nantinya dapat mempengaruhi bagaimana pola belajar dan kerja otak sejak masa kanak-kanak.  

Wajar saja apabila anak perempuan biasanya akan lebih cepat dalam hal kemampuan linguistik atau bahasa, sedangkan anak laki-laki lebih baik dalam kemampuan visual.

Secara anatomi, biochemical  dan fungsional otak anak laki-laki dan perempuan berbeda (new.yesdok.com). Secara anatomi, otak anak laki-laki berbeda pada volume dan berat dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih besar ketimbang anak perempuan sekitar 12-20%. Dengan demikian, ukuran kepala anak laki-laki lebih besar 2% daripada anak perempuan.

Secara biochemical, otak anak perempuan lebih banyak mengandung hormon serotonin sehingga anak perempuan biasanya mampu lebih tenang daripada anak laki-laki. Sedangkan secara fungsional, perkembangan otak bagian kanan anak laki-laki tumbuh dan berkembang lebih cepat dibandingkan otak kirinya karena adanya hormon testosteron yang menghambat pertumbuhan otak kiri. Hal ini membuat anak laki-laki akan lebih baik dalam kemampuan spasial.

Memahami Otak Anak Laki-laki dan Implikasinya pada Pola Asuh

Oleh karena otak anak laki-laki lebih cepat perkembangan bagian otak kanannya maka harus dapat dipahami bahwa pada masa kanak-kanak mereka akan lebih dominan menggunakan otak kanannya. Lalu apa implikasinya pada pola asuh dengan memahami hal ini?

dr. Aisah Dahlan, seorang dokter dan pakar neuroparenting mengemukakan bahwa dominasi penggunaan otak kanan pada usia anak laki-laki sampai dengan sekitar usia 18 tahun. Maka orang tua jangan heran kalau pada usia kanak-kanak sampai remaja anak laki-laki masih inginnya bermain terus, apabila dikasih tahu biasanya juga cenderung akan keras kepala dibandingkan anak perempuan yang lebih penurut. Anak laki-laki juga kelihatan kurang rajin belajar secara akademis. Ibun Enok pun jadi ingat dengan teman-teman semasa sekolah dulu (SD-SMA), anak laki-laki di kelas terkadang membuat heran bisa mengerjakan ujian dan  mendapat hasil nilai yang bagus padahal mereka tidak kelihatan rajin belajar dan banyak bermain. 

Sebaliknya, beberapa kelebihan akibat penggunaan dominasi otak kanan akan kelihatan pada anak laki-laki. Selain kemampuan spasial dan penalaran matematis, anak laki-laki lebih hebat dalam problem solving (pemecahan masalah) dan decision making (pengambilan keputusan).

Melalui pendekatan neuroparenting dan memahami bagaimana kerja otak anak laki-laki tersebut, maka Ibun Enok kini sebagai orang tua dapat lebih memahami anak laki-laki dan mengambil manfaat pada pola asuhnya antara lain:

1. Dengan memahami perkembangan otak anak, orang tua dapat menyusun stimulasi aktivitas dan interaksi yang sesuai dengan tahapan tersebut. Anak laki-laki akan lebih senang dengan stimulasi aktivitas belajar sambil bermain yang butuh kemampuan spasial, penalaran, maupun pemecahan masalah. Anak laki-laki dapat lebih didorong dengan pembelajaran melalui pengalaman langsung, memberi kesempatan untuk bereksplorasi dan memecahkan masalah dapat merangsang interkoneksi saraf yang kuat. Jadi, biarkan saja atau beri kesempatan anak laki-laki untuk bermain dan bereksplorasi, selagi positif dan tidak berbahaya.

2. Orang tua dapat lebih merespons anak laki-laki dengan cara yang positif, lebih memahami dan empatik agar dapat membentuk dasar kepercayaan diri dan interaksi sosial yang sehat. 

3. Oleh karena anak laki-laki cenderung kurang dalam kemampuan bahasa, maka orang tua dapat sering membacakan buku dan berkomunikasi dengan anak untuk memperluas kosa kata serta meningkatkan kemampuan bahasa mereka.

4. Anak laki-laki diajak berdiskusi dengan tentang minat dan aspirasi mereka. Berkolaborasi dalam menetapkan tujuan dan mendukung minat mereka dapat membantu perkembangan diri. Jangan sampai memaksakan misalnya untuk kemampuan akademik padahal anak lebih senang berolahraga, robotika, atau bermain game.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip neuro parenting dalam pola pengasuhan, orang tua dapat membantu anak tumbuh dengan baik, yaitu berpengetahuan/cerdas, empatik dan tangguh/berdaya saing di dunia yang semakin kompleks ini.

Happy Positive Parenting!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun