Memahami Otak Anak Laki-laki dan Implikasinya pada Pola Asuh
Oleh karena otak anak laki-laki lebih cepat perkembangan bagian otak kanannya maka harus dapat dipahami bahwa pada masa kanak-kanak mereka akan lebih dominan menggunakan otak kanannya. Lalu apa implikasinya pada pola asuh dengan memahami hal ini?
dr. Aisah Dahlan, seorang dokter dan pakar neuroparenting mengemukakan bahwa dominasi penggunaan otak kanan pada usia anak laki-laki sampai dengan sekitar usia 18 tahun. Maka orang tua jangan heran kalau pada usia kanak-kanak sampai remaja anak laki-laki masih inginnya bermain terus, apabila dikasih tahu biasanya juga cenderung akan keras kepala dibandingkan anak perempuan yang lebih penurut. Anak laki-laki juga kelihatan kurang rajin belajar secara akademis. Ibun Enok pun jadi ingat dengan teman-teman semasa sekolah dulu (SD-SMA), anak laki-laki di kelas terkadang membuat heran bisa mengerjakan ujian dan  mendapat hasil nilai yang bagus padahal mereka tidak kelihatan rajin belajar dan banyak bermain.Â
Sebaliknya, beberapa kelebihan akibat penggunaan dominasi otak kanan akan kelihatan pada anak laki-laki. Selain kemampuan spasial dan penalaran matematis, anak laki-laki lebih hebat dalam problem solving (pemecahan masalah) dan decision making (pengambilan keputusan).
Melalui pendekatan neuroparenting dan memahami bagaimana kerja otak anak laki-laki tersebut, maka Ibun Enok kini sebagai orang tua dapat lebih memahami anak laki-laki dan mengambil manfaat pada pola asuhnya antara lain:
1. Dengan memahami perkembangan otak anak, orang tua dapat menyusun stimulasi aktivitas dan interaksi yang sesuai dengan tahapan tersebut. Anak laki-laki akan lebih senang dengan stimulasi aktivitas belajar sambil bermain yang butuh kemampuan spasial, penalaran, maupun pemecahan masalah. Anak laki-laki dapat lebih didorong dengan pembelajaran melalui pengalaman langsung, memberi kesempatan untuk bereksplorasi dan memecahkan masalah dapat merangsang interkoneksi saraf yang kuat. Jadi, biarkan saja atau beri kesempatan anak laki-laki untuk bermain dan bereksplorasi, selagi positif dan tidak berbahaya.
2. Orang tua dapat lebih merespons anak laki-laki dengan cara yang positif, lebih memahami dan empatik agar dapat membentuk dasar kepercayaan diri dan interaksi sosial yang sehat.Â
3. Oleh karena anak laki-laki cenderung kurang dalam kemampuan bahasa, maka orang tua dapat sering membacakan buku dan berkomunikasi dengan anak untuk memperluas kosa kata serta meningkatkan kemampuan bahasa mereka.
4. Anak laki-laki diajak berdiskusi dengan tentang minat dan aspirasi mereka. Berkolaborasi dalam menetapkan tujuan dan mendukung minat mereka dapat membantu perkembangan diri. Jangan sampai memaksakan misalnya untuk kemampuan akademik padahal anak lebih senang berolahraga, robotika, atau bermain game.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip neuro parenting dalam pola pengasuhan, orang tua dapat membantu anak tumbuh dengan baik, yaitu berpengetahuan/cerdas, empatik dan tangguh/berdaya saing di dunia yang semakin kompleks ini.
Happy Positive Parenting!