Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengaji Jangan Asal Mengikuti Kohesivitas Kelompok

28 November 2023   04:00 Diperbarui: 28 November 2023   06:57 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mengaji (Sumber: bekesah.co)

Sobat Kompasiana, saat ini Ibun Enok amati telah  berkembang banyak kelompok pengajian dari berbagai komunitas dari usia muda sampai lansia. Pengajian yang dimaksud disini adalah mengkaji materi agama Islam, tidak hanya mengaji Al Qur'an. Bagi sobat muslim, ini merupakan angin segar atau hal yang positif karena semakin banyak kesempatan untuk mengaji materi agama. 

Namun, hal yang amat disayangkan bahwa ternyata ada yang hanya sekedar mengikuti kohesivitas kelompok pengajiannya. Misalnya yang Ibun Enok amati dalam kehidupan sehari-hari, ada anggota kelompok pengajian langsung share konten hoaks dalam WAG pengajian tanpa terlebih dahulu mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya (bertabayyun). Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa mengikuti suatu kelompok pengajian pun membutuhkan literasi digital. 

Contoh lainnya yang riil terjadi adalah kelompok pengajian yang membudayakan "sedekah seikhlasnya" untuk kelompok pengajiannya. Dari sisi sedekah adalah positif, tetapi realitanya ada anggota yang sebenarnya kurang mampu menjadi memaksakan diri untuk bersedekah sesuai standar yang tercipta otomatis dalam kelompoknya (menjadi tidak seikhlasnya ketika anggota dalam kelompok mengetahui berapa rata-rata anggota kelompok lainnya memberi). Mungkin masih banyak contoh lainnya di sekitar kita.

Lantas apa itu kohesivitas? Seorang sosiolog bernama Myers mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai perasaan dimana anggota kelompok saling terikat satu sama lain. Keterikatan dalam kelompok dapat terjadi karena ketertarikan antar anggota dan saling percaya. Semakin kohesif suatu kelompok, berarti kelompok tersebut memiliki kekuatan terhadap anggotanya.

Kohesivitas kelompok dapat menimbulkan dampak negatif yaitu berkembangnya groupthink. Artinya dalam kelompok kohesif para anggotanya mempunyai ketergantungan yang besar sehingga terdapat tekanan untuk menyesuaikan dalam kelompok. Pengaruh dalam kelompok yang sangat kuat dapat mempengaruhi pembuatan keputusan yang salah. 

Keterikatan dalam kelompok pengajian yang sangat kuat, tekanan untuk menyesuaikan dalam kelompok dan rasa saling percaya itulah yang menyebabkan fenomena-fenomena yang terjadi tersebut di atas. Miris memang, kelompok pengajian yang seharusnya menjadi hal positif malah bisa menjadi hal yang negatif dalam kasus tertentu. 

Nah, agar kita tidak terjebak dalam pengaruh kuatnya kohesivitas kelompok dan dapat mengambil hikmah positif dari kegiatan mengaji untuk diterapkan dalam keseharian kita, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:

1. Pertimbangkan dengan baik sebelum bergabung dengan suatu kelompok pengajian. Apakah bisa mendatangkan manfaat besar bagi kita atau malah bisa menjadi mudhorot. 

2. Pilih kelompok pengajian yang benar-benar sesuai dengan keyakinan dan hati nurani kita. Sebelumnya cari kejelasan atau kroscek terkait kelompok pengajian yang akan kita ikuti. Hati-hati dengan kelompok pengajian yang mengajarkan aliran sesat. 

3. Tetap asertif atau berani berkata tidak apabila ada hal yang tidak sesuai dengan keyakinan kita terhadap apa yang disampaikan maupun aktivitas dalam kelompok pengajian. 

4. Jangan lupa tetap tingkatkan literasi atau selalu bertabayyun, sebelum membagi ilmu atau materi yang diperoleh dalam kelompok pengajian. Tetap memegang teguh Al Qur'an dan Hadits shohih sebagai sumber literasi. Alih-alih maksud kita baik membagikan hal yang menurut kita benar dan baik, namun bisa jadi malah sebaliknya di mata orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun