Kejadian ini terjadi ketika aku bekerja di sebuah pabrik roti di kota X.
Aku adalah seorang karyawan produksi sebuah pabrik di kota X, tepatnya aku adalah karyawan di bagian kue basah (gorengan). Sehari-harinya aku bekerja shift malam, jam nya tidak tentu tergantung banyak sedikitnya pesanan yang masuk di hari tersebut, jam standarnya kami masuk jam 7 malam dan berakhir di jam 7 pagi. Â Jika pesenan banyak, maka kami mulai kerja lebih awal. Biasanyaa jam 6 atau 5 sore tergantung banyaknya jumlah pesanan, dan shift berakhir 12 jam kemudian.
Hari itu pesenan normal, jadi kami masuk biasa jam 7 malam. Jam 7 malam pun aku bersiap masuk kerja, aku berangkat dari kosan mepet jam 7 karena jaraknya yang sangat dekat hanya berjarak beberapa langkah saja. Kemudian aku melakukan presensi masuk lalu masuk ruangan. Semua berjalan normal sampai aku mengambil daging ayam di kulkas lantai 3, hawanya sangat berbeda dengan ruangan lain. Aku Kembali turun ke ruanganku untuk mencuci daging  ayam tersebut dan merajangnya menjadi bagian yang lebih kecil agar memudahkan proses penggilingan daging, aku pun Kembali ke atas dan menggiling daging ayam itu. Tidak ada hal aneh yang terjadi, sampai aku merasa kebelet pipis dan aku bergegas ke toilet.
Aku terlebih dulu bercermin dan berniat membenahi kerudungku, Ketika aku melepas peniti, ada sebuah tangan yang menepuk pundakku. Aku pun say hai untuk mencoba mengakrabkan diri. Tetapi sampai sekian detik tidak ada jawaban, aku pun menoleh dan alangkah terkejutnya aku karena tidak ada siapapun dibelakangku.Bulu kudukku berdiri, merinding, dengan Langkah pelan tapi pasti.. kuterdiam seribu Bahasa dan aku pun balik kanan Kembali ke ruanganku tanpa memikirkan Hasrat buang air kecilku yang belum terlaksana.
Aku Kembali dengan wajah yang entah bagaimana rupanya. Rasa tepukannya masih terasa di pundakku.
"ono opo nduk? Kok raine pucet ditekuk ngono?" (ada apa? Kok wajah kamu pucat dan ditekuk gitu? Â Tanya sang mandor padaku, aku hanya terdiam dan menjawab dengan senyumanku. Rasanya masih terlalu takut untuk bercerita, tapi nyatanya aku merasa takut setengah mati.
Sampai tengah malam aku tidak bisa tenang, karena rasa tepukannya masih terasa jelas di pundakku. Aku berusaha focus dalam menjalankan pekerjaanku, sesekali aku bengong saat teringat kejadian tadi.
Ditengah lamunanku..
"aaaa..."
Terdengar suara jeritan seorang perempuan dari arah timur, mungkin kamar mandi. Beberapa orang pun spontan berbondong-bondong berlari ke arah sumber suara, aku hanya mengamati karena aku sedang menggoreng dan tidak bisa ditinggalkan, atau gorenganku akan gosong di wajan penggorengan.
Beberapa menit kemudian, suasana berubah menjadi ramai layaknya pasar dadakan di malam hari yang sunyi.
"Si ibu sedang duduk santai beristirahat di depan toilet, di sela-sela mobil box yang diparkir di depan toilet. tiba-tiba saja terlihat sebuah bayangan berjalan dari bawah mobil, si ibu mikirnya ada orang lewat, tetapi alangkah terkejutnya si ibu itu kalau ternyata yang lewat adalah sosok hantu tanpa kepala. Spontan si ibu menjerit kemudian menutup muka dengan telapak tangannya dan hantu itu malah menengok ke arahnya. Tetapi hantu itu sudah menghilang Ketika beberapa orang mulai mendatangi si ibu."
Aku yang mendengar itu langsung kena mental, keringat dingin keluar bercucuran di tengah  hawa panas berada di depan kompor dan wajan penggorengan. Befikir kalau-kalau tadi yang menepuk pundakku adalah sosok itu. Aku tak sanggup membayangkannya, aku ingin bercerita untuk mengurangi rasa takutku, tapi rasanya terlalu takut dan mulutku terlalu berat untuk bersuara. Apakah aku bisa melewati malam ini?
Pagi hari pun tiba, aku memberanikan diri becerita kepada ibu mandorku yang notabene dia bekerja di sampingku sepanjang jam kerja. Aku pun menceritakan apa yang aku alami tadi malam, dan mengucapkan satu kalimat kekhawatiranku perihal apakah mungkin yang menepuk pundakku tadi malam adalah sosok itu?. Â Dia menjawab, "di pabrik ini memang ada sosok hantu tanpa kepala yang berkeliaran sejak dahulu, entah dari tahun berapa dia eksis. Konon katanya dia berkelana dari pabrik sebelah dan ke pabrik ini untuk mencari kepalanya. Ada juga hantu yang kehilangan tangannya, kakinya, ada desas desus hantu itu dari pabrik ban sebelah yang sudah tutup sejak tahun 90an. Ada juga beberapa hantu yang dulunya pas mereka masih hidup dijadikan tumbal di pabrik ini, karena pemiliknya yang melakukan ritual pesugihan di gunung X. missal suatu hari di pabrik ada seseorang yang terluka dan mengeluarkan darah, nah itu biasanya untuk pemancing. Biasanya hari berikutnya pesenan akan membludak sampai puluhan ribu. Itulah mengapa kalau malam jumat pabrik ini banyak Bunga bertebaran." Aku tetap bergidik merinding mendengarnya walaupun ini adalah pagi hari. "bisa jadi, yang menepuk pundakmu tadi malam adalah sosok itu nduk, memikirkan kemungkinan hantu yang muncul malam itu adalah si sosok itu. Berhati-hatilah besok lain kali kalau ke kamar mandi, kalau takut ajaklah teman biar merasa lebih aman. Agar tidak ada lagi teror tepukan tangan di pundakmu!"
Aku pun menutup shift kerjaku dengan perasaan takut dan masih tetap meriniding, karena kosanku berada tepat di samping pabrik, dengan segala overthingking yang ada kalau-kalau si sosok itu main-main keluar pabrik dan sampai ke area kosanku, serta memikirka ucapan sang mandor tentang kemungkinan teror tepukan tangan yang mendarat dipundakku lagi..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H