Mohon tunggu...
Retno Ambarwaty
Retno Ambarwaty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Biologi Angkatan 2021

Memiliki kepribadian ISFJ, Saya adalah seorang yang selalu termotivasi untuk mencoba hal baru. Awalnya, mencoba hal baru tampak menakutkan bagi Saya namun ada rasa kepuasan tersendiri setelah melakukannya. Karena untuk menjadi seorang pemberani saya harus mencoba hal baru dan tidak takut salah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tahi Lalat Awal dari Kanker Melanoma, Kok Bisa?

8 Mei 2023   10:32 Diperbarui: 8 Mei 2023   10:33 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahi lalat bukan merupakan sesuatu yang asing lagi ditelinga masyarakat. Bahkan, rata-rata setiap orang memiliki 10-40 tahi lalat pada tubuhnya. Umumnya tahi lalat adalah bawaan lahir, namun ada pula yang baru timbul setelah lahir. Sebagian besar tahi lalat muncul selama 20 tahun pertama kehidupan, walaupun ada juga yang terus berkembang hingga usia 40-an. 

Umumnya sebagian tahi lalat akan menghilang seiring dengan pertambahan usia seseorang. Tahi lalat merupakan tumor jinak di kulit yang paling umum dijumpai pada seseorang. 

Dalam dunia kedokteran tahi lalat dikenal dengan sebutan nevus pigmentosus. Ciri khas tahi lalat adalah warnanya gelap, sebagian memiliki ukuran tetap, namun sebagian lagi terus membesar hingga mengkhawatirkan pemiliknya. Perkembangan ukuran tahi lalat disebabkan oleh paparan sinar matahari.

Penyebab timbulnya tahi lalat adalah akibat paparan sinar matahari secara terbuka, akibatnya berdampak dengan meningkatnya pigmen melanin sebagai berlebih. Umumnya tahi lalat bukanlah hal yang berbahaya, namun tahi lalat dapat berubah sifat menjadi ganas yaitu kanker kulit, yang disebut dengan melanoma maligna. 

Seseorang dengan kulit putih cenderung lebih rentan terkena melanoma dibandingkan orang Asia atau Afrika karena orang berkulit putih memiliki jumlah melanin yang lebih sedikit sehingga proteksi terhadap sinar ultraviolet lebih rendah. Tapi, apakah benar tahi lalat merupakan awal dari kanker melanoma? Berarti bahaya dong? Untuk lebih jelasnya pertama-tama kita harus mengetahui apa sih sebenarnya melanoma itu?

Melanoma maligna merupakan kelainan pada kulit yang disebabkan degenerasi sel pigmen melanosit ke arah keganasan. Kelainan ini ditandai oleh adanya perubahan warna yang semakin melebar dan membesar dengan tepi tidak teratur dan lebih menonjol. 

Di Indonesia, Melanoma maligna menempati urutan ke-5 pada laki laki dan urutan ke-7 pada wanita dari keganasan yang sering ditemukan. Tingkat kematian akibat kanker Melanoma maligna sekitar 1 -- 2%. Melanoma maligna mempunyai sifat cepat menyebar (metastasis) dan lebih ganas dari kanker kulit yang lain. Namun, terkadang tidak ditemukan adanya tanda penyebaran pada beberapa kasus. Berdasarkan penelitian, apabila keadaan penyebarannya sudah pada tahap yang cukup parah, maka kemungkinan daya tahan hidup 5 tahun penderita kurang lebih 40 -- 90 %. 

Buruknya harapan hidup penderita melanoma maligna berhubungan dengan jarangnya penderita berkonsultasi ke dokter ketika penyakitnya masih berada pada stadium awal penyakit. Adapun faktor resiko yang menyebabkan melanoma maligna yaitu terpapar sinar ultra violet, dijumpai nevus dalam jumlah yang banyak, adanya nevus kongenital, pernah menderita melanoma maligna, penderita tranplantasi dan immunosupresi, wanita hamil atau pengguna hormon estrogen dan penderita xeroderma pigmentosa (Muhartono dan Rizki, 207).

Tanda-tanda awal dari melanoma maligna adalah munculnya tahi lalat baru atau perubahan pada tahi lalat yang sudah ada. Hal ini dapat terjadi diseluruh tubuh, namun ada beberapa bagian tubuh yang sering menjadi tempat munculnya melanoma yaitu wajah, tangan, punggung, dan kaki. Melanoma mempunyai bentuk yang tidak beraturan dan lebih dari satu warna. Tahi lalat yang terserang melanoma biasanya akan terasa gatal dan bisa mengalami pendarahan, selain itu ukuran juga bisa melebihi tahi lalat normal (Saputro dkk, 2022).  Ahli dermatolog berpendapat bahwa sekitar 80% kasus melanoma dapat dikenali dari ciri fisiknya yang disebut dengan ABCDE untuk menilai apakah tahi lalat tersebut termasuk melanoma. ABCDE yaitu :

  • Asymmetry, tahi lalat biasanya memiliki bentuk simetris dan melanoma memiliki bentuk asimetris sehingga keduanya tidak sama.
  • Border, dapat dianalisis dengan menghitung dimensi fraktal. Dimensi fraktal menunjukkan tingkat kepadatan objek tersebut. Tahi lalat biasanya memiliki batas yang jelas dan rata yang memisahkan antara tahi lalat dengan kulit. Sedangkan melanoma batasnya tidak jelas dan menyatu dengan kulit.
  • Colors, munculnya variasi warna pada tahi lalat merupakan tanda awal melanoma. Karena sel melanoma tumbuh di pigmen penumbuh. Tahi lalat biasanya berwarna seragam seperti cokelat dan hitam sedangkan melanoma memiliki warna yang bervariasi.
  • Diameter, Menurut The American Society Cancer, tahi lalat biasanya berukuran kecil dan tidak lebih dari 6 milimeter. Sedangkan Melanoma biasanya memiliki diameter yang lebih besar dari 6 milimeter.
  • Evolution, tahi lalat umumnya terlihat sama dari waktu ke waktu dan tidak berubah ukuran, bentuk maupun warna. Namun, beberapa tahi lalat berkembang di masa kanak-kanak atau remaja dan bahkan sebagian tahi lalat memudar atau menghilang seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Sedangkan melanoma dapat berubah seriring berjalannya waktu. Perubahan itu dapat dilihat dari bentuk yang menonjol, warna, ukuran dan juga dapat menimbulkan pendarahan jika digaruk.

Dari pemaparan diatas tidak semua tahi lalat berbahaya dan tidak semua tahi lalat merupakan awal dari kanker melanoma. Tahi lalat tergolong berbahaya apabila Anda menemukan tanda-tanda seperti yang disebutkan diatas. Jika Anda mendapati tanda-tanda tersebut pada tahi lalat Anda maka, segeralah berkonsultasi ke dokter. Dokter kemungkinan akan meminta informasi tentang perkembangan tahi lalat serta riwayat keluarga, untuk memperkirakan risiko yang Anda miliki. Karena apabila Anda memiliki keluarga yang merupakan penderita dari penyakit tersebut maka risiko melanoma akan meningkat.

Sumber :

Muhartono dan Rizki. H. (2017). Sosialisasi Bahaya Kanker Kulit (Melanoma Maligna) dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Bagi Masyarakat di Kecamatan Kemiling Bandar Lampung. JPM Ruwa Jurai. 3(1). 81-84.

Saputro, dkk. (2022). Klasifikasi Penyakit Kanker Kulit Menggunakan Metode Convolutional Neural Network (Studi Kasus: Melanoma). Journal of DINDA : Data Science, Information Technology, and Data Analytics. 2 (1). 52-57.

Widhyanti, D dan Dwi. J. (2020). Clustering Jenis Tumor Kulit Menggunakan Metode FCM (Fuzzy C-Means). Jurnal Ilmiah Matematika. 8(1). 65-68.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun