Mohon tunggu...
retno Kusuma wardani
retno Kusuma wardani Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

apa adanya Blogger at www.lemaripojok.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Akhirnya Satu Demi Satu Benda Impian Terwujud

8 Mei 2024   17:22 Diperbarui: 8 Mei 2024   17:57 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajar kiranya jika kita mempunyai keinginan untuk memiliki suatu barang. Begitu juga dengan anak saya yang sejak lama ingin memiliki kursi kantor yang ada rodanya untuk melengkapi meja belajarnya. 

Sebenarnya ayahnya sudah membelikan kursi, namun karena kurang perhitungan, kursi tersebut tidak tepat bila dipasangkan dengan meja belajar anak saya. Kursinya terlalu rendah,  kurang nyaman kalau digunakan untuk bekerja terlalu lama karena siku menggantung. Posisi yang demikian kurang tepat untuk  mengetik dan menulis karena membuat pundak cepat lelah. 

Sore tadi kursi kantor pesanan anak saya datang di antar oleh kurir. Dikemas dalam sebuah kotak kardus yang cukup besar. Beratnya kurang lebih 11 kilogram. Walaupun demikian ongkos kirimnya tergolong murah, karena saya memilih pengiriman menggunakan kargo. 

Segera kursi tersebut dirangkai dengan mengikuti buku petunjuk yang disertakan. Bukan hal yang sulit karena buku petunjuknya memberikan langkah-langkah yang cukup jelas. 

Senyum mengembang di bibir anak saya, karena kursi ini adalah impiannya sejak lama. Butuh waktu yang lumayan panjang untuk mendapatkannya. Beruntung lebaran sedikit mempercepat, karena ada uang 'galak gampi'l yang masih didapatkan meskipun anak saya sudah menginjak remaja. 

Tak hanya anak saya yang senang, tapi juga saya sebagai ibunya. Akhir-akhir ini sudah jarang sekali anak saya minta dibelikan sesuatu. Uang sakunya yang tak seberapa itu diolah sedemikian rupa sehingga bisa terkumpul untuk membeli barang-barang yang diinginkannya. Mulai dari dudukan laptop, mouse pad yang besar, bola volley, ponsel, hingga yang terbaru kursi kantor berwarna putih. 

Biasanya sebelum membeli suatu barang, dia menanyakan dahulu kepada saya. Karena uang yang digunakan adalah uangnya sendiri sayapun sekedar memberi saran dan bahan pertimbangan. Misalnya dari deretan barang yang diinginkan tersebut, mana yang paling mendesak untuk segera digunakan. 

Saya juga mengingatkan anak saya untuk selalu belajar membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Jangan sampai karena terjebak keinginan malah belanja barang yang tidak kita butuhkan, jatuhnya mubadzir dong. 

Anak saya juga gemar sekali menabung, kadang uang saku yang baru diterimanya langsung dimasukkan ke tabungan. Bukannya senang, saya malah memarahi anak saya jika terus-terusan seperti itu. Saya takut kalau dorongan untuk membeli suatu barang membuatnya menjadi anak yang pelit. 

Untunglah anaknya mau mengerti, bahwa ada saatnya uang itu dibelanjakan seperti membeli jajan untuk dirinya sendiri maupun dimakan bersama adik-adiknya dan ada saatnya uang itu ditabung. 

Anak saya yang dulunya sangat menggebu-gebu untuk menabung, akhir akhir ini sedikit lebih santai. Semua itu terjadi semenjak dia memiliki strategi untuk menabung. Dengan menerapkan strategi ini dia terlihat lebih santai namun targetnya tercapai. 

Berikut ini strategi menabung agar cepat membeli barang yang diinginkan tanpa rasa menggebu-gebu : 

1. Menentukan barang yang ingin dibeli dengan mempertimbangkan antara kebutuhan dan keinginan. 

2. Mengetahui harga barang yang ingin dibeli. Caranya dengan melihat harga barang tersebut melalui e-commerce sekaligus memperhatikan berapa ongkos kirimnya. 

3. Berdasarkan harga barang, kemudian dihitung berapa uang yang harus ditabung setiap harinya dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. 

4. Tertib mencatat agar target tidak meleset. 

5. Disiplin menabung sesuai target yang ditentukan. 

6. Sabar menunggu hingga uang yang dikumpulkan sesuai atau bahkan lebih dari harga barang yang diinginkan. 

Itulah strategi yang diterapkan anak saya selama ini sehingga dia bisa membeli barang-barang yang dia inginkan. Oh ya hampir lupa, saya belum bilang kalau anak saya adalah remaja laki-laki berusia 16 tahun. 

Jika melihat poin-poin di atas sepertinya ribet ya karena harus mencatat setiap hari berapa uang yang di tabung. 

Padahal kalau dilaksanakan tidak sesulit itu kok. Karena selama ini anak saya menggunakan 'celengen' atau tabungan target. Yaitu sebuah tabungan dari karton tebal atau kaleng yang dilapisi stiker di bagian badan tabungan. 

dokpri
dokpri

Pada stiker tersebut tertulis deretan angka yang menunjukkan nominal uang yang akan kita tabung setiap harinya. Ada yang bertuliskan angka dua untuk menunjukkan nominal dua ribu rupiah, lima untuk lima ribuan dan seterusnya. 

Di sisi lain stiker terdapat kolom nama, tanggal mulai menabung, target barang yang akan dibeli dan tanggal perkiraan target tabungan kita akan terpenuhi. 

dokpri
dokpri

Dengan adanya celengan target ini tidak usah menulis tanggal maupun nominal uang yang kita tabung. Cukup dengan mencoret angka yang tertera sesuai dengan jumlah uang yang kita masukkan. 

Terlihat sepele, ternyata deretan angka-angka dan nama barang yang tertulis di badan celengan ini cukup memotivasi untuk semangat menabung. 

Harga celengan ini juga sangat terjangkau, untuk ukuran yang kecil sekitar lima ribuan saja. Sedangkan yang besar tidak sampai 10 ribu. Salah satu pembuatnya adalah Ibu Wiwik Kurnia salah seorang pelaku UMKM dari Kediri. 

Celengan target hasil produksi beliau sudah banyak dipesan oleh distributor maupun konsumen dari berbagai kota di Jawa Timur, seperti Malang, Sidoarjo dan Surabaya. 

Anak saya sudah merasakan efektifnya menabung mengggunakan celengan target. Bagaimana dengan Anda, ingin mencoba?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun