Mohon tunggu...
retno Kusuma wardani
retno Kusuma wardani Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

apa adanya Blogger at www.lemaripojok.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kopi Merah Jambuwer, Nikmati Cita Rasa Kopi Unik di Kafe Tepi Sawah

30 April 2018   20:08 Diperbarui: 30 April 2018   20:15 2492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jambuwer adalah sebuah desa di kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Dari ibukota Kabupaten, yaitu kota Kepanjen jaraknya kurang lebih 20 km dan dapat ditempuh dalam 1 jam perjalanan. Sepanjang jalan adalah pemandangan hijau, diselingi beberapa kali tikungan dan belokan yang membawa sensasi tersendiri ketika menuju kesana.

Bermacam-macam pemandangan dapat kita nikmati dalam perjalanan menuju desa Jambuwer, ada persawahan, hutan sengon hamparan tebu dan lain-lain. Membuat perjalanan yang lumayan jaraknya dari kota Kepanjen ini tidak membosankan.

Ketika memasuki desa Jambuwer nampak area persawahan yang menghijau. Di kejauhan ada beberapa gazebo yang berjajar di tepi jalan. Saya yang mengira perjalanan menuju Kafe Kopi Merah Jambuwer masih agak jauh, namun tak terasa ternyata sudah sampai.

Beberapa baliho dan banner tampak menghiasi area kafe ini, nampak juga banner Malang Sejuta Kopi di depan gazebo utama. Mobil yang dikendarai Pak Suami masih terus saja berlalu, tidak berhenti di situ. Karena memang kami mencari tempat putar haluan mobil dulu, agar nanti pulang lebih gampang.

Memasuki gazebo utama kafe Kopi Merah Jambuwer, nampak beberapa toples berisi biji kopi, cangkir dengan dripper untuk membuat Vietnam Drip dan V-60 serta sebuah Rok Presso, yang bentuknya mengingatkan saya pada burung penguin.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Saya bergegas menghampiri Mas-mas yang berada di ruangan semacam dapur tempat untuk membuat kopi. Setelah memperkenalkan diri, saya mulai bertanya mengenai beberapa hal. Menurut Mas-mas yang belakangan saya ketahui bernama Mas Yon ini, warga cukup antusias dalam menyambut event Malang Sejuta Kopi ni. Setiap harinya 15-18 orang yang menikmati kopi gratis.

Ada dua macam penyajian kopi yang di gratiskan dari Kafe yang baru berdiri pertengahan bulan Maret ini. Yaitu kopi tubruk dan V-60. Seperti yang sudah saya duga sebelumnya, penikmat kopi murni tanpa gula dan tanpa campuran apapun di kafe ini jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan kopi dengan campuran gula maupun susu.

Saya kemudian memesan v-60 dan suami saya memesan kopi susu. Agak cemen juga saya, karena saya memesan v-60 dengan sedikit susu, maklum enggak kuat saya sama pahitnya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sambil menunggu pesanan, saya arahkan pandangan sekeliling. Di sisi kanan kiri dua gazebo utama ini ada beberapa gazebo kecil  berjajar-jajar yang masing-masing bejarak kurang lebih 5 meter. Di seberang jalan, nampak sebuah baliho dan frame untuk berfoto dengan bentuk laman Instagram. Baik di depan maupun belakang kafe terdapat sawah hijau membentang yang kala-kala ujung daun padinya bergerak-gerak karena tertiup angin, sejuk.

Model kafe yang berbentuk gazebo in membuat angin dengan leluasa untuk masuk sehingga meskipun disiang hari bolong tidak terasa gerah. Ditambah lagi, di bawah gazebo mengalir sungai kecil yang membuat suasana makin terasa sejuk.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Mas Teguh, datang ketika saya menikmati tegukan kedua v-60 saya. Beliau adalah salah satu penggagas berdirinya kafe Kopi Merah Jambuwer ini. Menurut beliau, Kafe Kopi Merah Jambuwer ini adalah milik gabungan kelompok tani kopi yang bernama Mekar Tani yang ada di desa Jambuwer. Luas kebun kopi di desa jambuwer ini sekitar 200 hektar. Apabila panen sedang bagus maka bisa menghasilkan biji kopi robusta kurang lebih 300 ton. Namun jumlah itu menjadi separuhnya jika cuaca sedang tidak mendukung.

  Obrolan beralih mengenai pengunjung Kafe. Biasanya kafe ini ramai pada sore hari, dimana orang-orang sudah bersantai setelah seharian bekerja.Tua, muda bahkan anak-anak adalah pengunjung setia kafe ini.  Bukan hanya para pria yang mengunjungi kafe ini. Sebagian besar adalah sekeluarga lengkap dengan anak-anak mereka. Banyak juga ibu-ibu yang datang ramai-ramai untuk ngopi dan tak melupakan selfie.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Keunikan Kopi merah Jambuwer bukan hanya pada rasa yang tidak ditemui di daerah lain, namun juga pada warna, dimana kopi akan berwarna kemerahan jika disajikan dengan metode V-60. Selain itu kopi yang digunakan betul betul kopi pilihan. Kelompok Tani memberikan penyuluhan kepada petani, bagaimana cara memilih kopi yang sudah siap untuk dipetik, sekaligus mengajarkan pula bagaimana cara memetik kopi yang baik agar kualitas kopi tetap terjaga.

Keunikan rasa Kopi Merah Jambuwer ini sudah teruji, terbukti pada tahun 2016 lalu menjadi juara 3 dalam Festival kopi Robusta Nusantara dalam kategori cita rasa kopi. Dan menjadi juara pertama pada festifal kopi 4 kawasan yang digelar di Amadanom, Dampit.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Ada dua macam pemrosesan kopi yang dihasilkan Oleh Gapoktan Mekar Tani ini yaitu Natural dan semi wash. Rasa yang membedakan keduanya adalah kopi dengan proses natural wash lebih tinggi tingkat aciditynya meskipun tipis, sehingga rasanya jadi semi arabika.

Kedepannya, semoga Kopi Merah Jambuwer semakin dikenal luas oleh masyarakat, bahkan bisa menyusul pendahulunya yang sudah mendunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun