Mohon tunggu...
Retna Pangesti
Retna Pangesti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog klinis

Bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penyalahguna NAPZA, Sadarkah?

28 September 2023   05:55 Diperbarui: 28 September 2023   06:27 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyalahguna NAPZA, Sadarkah?

Penyalahguna NAPZA dari waktu ke waktu semakin meningkat dan tentu membutuhkan pertolongan. Hasil penelitian dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menyebutkan, angka prevalensi meningkat dari 1,8% pada tahun 2019 menjadi 1,95% pada tahun 2021. Artinya, hampir 3,7 juta jiwa penduduk telah melakukan penyalahgunaan NAPZA.

Berbagai penanganan dan terapi dapat diberikan pada penyalahguna NAPZA. Salah satu pendekatannya adalah pendekatan Model  Transteoretis (Transtheoretical  Model). Model Transteoretis adalah sebuah model yang menggabungkan berbagai macam terapi yang sudah ada. Model Transteoretis menggunakan tahap-tahap perubahan dan proses-proses perubahan untuk memahami keadaan seseorang penyalahguna NAPZA dan sekaligus untuk memberi terapi pada perilaku bermasalahnya. Dengan begitu, seorang penyalahguna NAPZA dapat dipastikan berada pada salah satu tahap perubahan dari tahap-tahap perubahan.

Tahap Perubahan adalah waktu seseorang berada pada salah satu dari lima tahap-tahap perubahan menurut Model Transteoretis. Kelima tahap-tahap  perubahan tersebut yaitu, 1) Tahap pra-perenungan (precontemplation), seseorang tidak sadar akan masalahnya dan tidak mempunyai keinginan untuk berubah; 2) Tahap perenungan (contemplation), seseorang mulai sadar akan permasalahannya dan mulai memikirkan untuk mengubah perilaku masalahnya; 3) Tahap persiapan  (preparation), seseorang mulai mengambil keputusan untuk mengubah perilaku bermasalahnya dan berencana mengambil langkah-langkah untuk saat ini dan saat yang akan datang; 4) Tahap tindakan (action), seseorang sudah menerapkan perilaku yang baru dalam meninggalkan perilaku yang bermasalah; 5) Tahap pemeliharaan (maintenance), seseorang berusaha mempertahankan perilakunya yang sudah meninggalkan perilaku bermasalah tersebut dan berusaha untuk tidak menjadi kambuh.

Kondisi seorang penyalahguna NAPZA dapat beralih dari tahap satu ke tahap yang lainnya. Ada yang semula berada pada kondisi tahap perenungan berubah menjadi tahap tindakan. Artinya, dia sudah berubah untuk tidak menggunakan NAPZA.

Bisa juga ada yang dari tahap pemeliharaan (sudah tidak menggunakan NAPZA) beralih ke tahap perenungan. Artinya, dia mulai memakai NAPZA lagi setelah lama berhenti mengkonsumsi NAPZA. Yang lain mungkin dari tahap pra-perenungan beralih ke perenungan yang berarti dari kondisi yang tidak sadar akan bahaya NAPZA menjadi beralih ke tahap yang dia mulai merenungkan akan bahaya NAPZA dan menimbang-nimbang untung ruginya bila akan meninggalkan NAPZA.

Apa yang terjadi ketika seorang beralih dari satu tahap  ke tahap selanjutnya? Hal ini terjadi karena orang tersebut melakukan proses-proses perubahan. Proses-proses perubahan adalah aktivitas dan pengalaman yang melibatkan seseorang ketika berusaha untuk mengubah perilaku bermasalah.

Menurut Model Tranteoretis, adanya ratusan jenis terapi yang ada selama ini, dapat terwakili oleh 10 jenis proses-proses perubahan tersebut. Kesepuluh  proses-proses perubahan itu meliputi: 1) Peningkatan kesadaran (Consciousness raising), meningkatkan informasi mengenai diri dan masalah; 2) Re-evaluasi diri (Self-reevaluation), menilai bagaimana seseorang merasakan dan berpikir mengenai diri sendiri; 3) Pembebasan diri (Self-liberation), memilih dan bertanggung jawab pada tindakan dan keyakinan dalam kemampuannya untuk berubah; 4) Pengondisian tandingan (Counterconditioning), menggantikan alternatif kegiatan untuk perilaku bermasalah; 5) Kontrol stimulus (Stimulus control), menghindari atau mengatasi rangsangan yang memunculkan perilaku bermasalah; 6) Manajemen penguatan (Reinforcement management ), memberi penghargaan pada diri sendiri atau diberi penghargaan oleh orang lain karena telah berubah; 7) Hubungan menolong (Helping relationship),  terbuka dan percaya mengenai masalah dengan orang yang peduli; 8) Pemulihan dramatis (Dramatic relief), mengalami dan mengungkapkan perasaan mengenai masalah dan penyelesaiannya; 9. Reevaluasi lingkungan (Environmental reevaluation ) yaitu menilai bagaimana masalah seseorang akan mempengaruhi lingkungan; 10) Pembebasan sosial (Social liberation), meningkatkan alternatif untuk perilaku tidak bermasalah yang ada dalam masyarakat.

Model Transteoretis menghubungkan dua komponen perubahan yaitu komponen tahap-tahap perubahan dan komponen proses-proses perubahan. Penyalahguna NAPZA yang beralih atau berubah dari tahap pra-perenungan ke tahap perenungan akan terbuka untuk memakai proses perubahan peningkatan kesadaran (Consciousness raising) dengan cara misalnya mengamati kejadian-kejadian pada penyalahguna NAPZA, membaca buku tentang NAPZA, dan mendapat pendidikan/ceramah terkait NAPZA.

Pada pergerakan dari tahap pra-perenungan ke tahap perenungan ini, penyalahguna Napza mulai terbuka pada pengalaman pemulihan dramatis  yang menyentuh emosi (dramatis relief) dengan cara mengungkapkan masalah beserta penyelesaiannya yang mengarah pada menurunnya pengaruh negatif. Mereka lebih sadar akan diri dan pesoalannya, mengevaluasi ulang efek-efek yang terjadi pada diri sendiri (self-reevaluation), dan efeknya terhadap lingkungan (environmental reevaluation) dengan cara latihan empati.

Sifat/ranah pergerakan dari tahap pra-perenungan ke tahap perenungan di atas menggambarkan bahwa seseorang telah menggunakan proses-proses perubahan yang mempunyai sifat/ranah pengalaman, yang meliputi: kognitif, afektif, dan evaluatif (bukan bersifat/ranah perilaku) yang semakin meningkat. Beberapa proses-proses perubahan yang digunakan ini akan berlanjut ketika menginjak pada tahap selanjutnya/tahap persiapan.

Penyalahguna NAPZA yang beralih atau berubah dari tahap persiapan ke tahap tindakan sudah mengambil langkah-langkah kecil untuk meninggalkan NAPZA. Penyalahguna NAPZA pada  tahap tindakan berada pada tingkat yang paling tinggi dalam hal pemebasan diri dan kemauannya (Self-liberation). Pada Tahap tindakan yang berhasil juga berlanjut pada penggunaan yang efektif dari proses perubahan yang bersifat perilaku untuk mengubah rangsangan yang terkonsisi yang sering menjadi penyebab kambuh.

Penyalahguna NAPZA yang sudah meninggalkan penggunaan NAPZA berada pada tahap tindakan dan akan berlanjut ke tahap pemeliharaan. Kondisi pada tahap pemeliharaan sangat tergantung dari keberhasilan proses-proses perubahan yang digunakan sebelumnya. Penting adanya pengertian bahwa seseorang sedang menjadi apa yang diinginkannya.

Selama berada pada tahap tindakan, seseorang harus menggunakan proses-proses perubahan yang bersifat/pada ranah perilaku, misalnya: manajemen penguatan ( reinforcement management), yaitu bisa memberi penghargaan pada diri sendiri pada saat tidak menggunakan NAPZA; harus ada seorang mampu mendukung dan berarti baginya (helping relationship), seperti pemuka agama, professional atau teman setianya; menerapkan pengkondisian tandingan  (counterconditoning) dengan cara relaksasi atau olahraga; dan kontrol stumulus (stimulus  control ) dengan cara menghindari NAPZA  dan memilih makanan yang sehat, yang dilakukan secara terus menerus merupakan hal yang efektif (Prochaka  dkk., 1992).

Seorang penyalagguna NAPZA yang sudah meninggalkan NAPZA dan berada pada tahap pemeliharaan, proses-proses yang dipentingkan adalah lima proses-proses perubahan yang bersifat/ranah perilaku, yaitu:  pemebasan diri (Self-liberation),  : manajemen penguatan ( reinforcement management), hubungan menolong (helping relationship),  pengkondisian tandingan (counterconditoning), dan kontrol stumulus (stimulus  control)

Lantas mengapa seorang yang sudah berhenti menggunakan NAPZA dapat kembali lagi menggunakannya? Mengapa bisa terjadi kambuh? Hal itu terjadi karena proses-proses perubahan yang pernah dilakukan tidak dipertahankan dan dipelihara dengan serius. Bisa juga seseorang tersebut justru belum melakukan proses-proses perubahan yang seharusnya dilaksanakan.

Seorang penyalahguna NAPZA bisa saja beralih dari tahap pra-perenungan ke tahap pemeliharaan karena dipaksa tidak memakai NAPZA. Namun, mengapa setelah sekian lama dihukum atau direhabilitasi ternyata masih kambuh? Ketika berada pada tahap pemeliharaan, ternyata dia tidak mengalami atau menjalani proses-proses perubahan peningkatan kesadaran (Consciousness raising), pemulihan dramatis yang menyentuh emosi (dramatis relief), reevaluasi diri (Self-reevaluation), reevaluasi lingkungan (Environmental reevaluation ), dan pembebasan diri (Self-liberation). Hal ini terjadi ternyata karena keterpaksaan.

Dengan demikian, keberhasilan penanganan  terhadap penyalahguna NAPZA adalah terbentuknya suatu kesadaran, pemahaman, dan evaluasi yang mendasar dari penyalahguna tersebut tentang bahaya NAPZA dan kemauan untuk meninggalkannya. Kesadaran akan bahaya NAPZA merupakan hal yang mendasar yang perlu disadari dan menjadi dasar dari terapi selanjutnya.

Penyalahguna NAPZA yang telah sadar dan sudah mau meninggalkan NAPZA juga harus disertai dengan dukungan proses-proses perubahan yang melibatkan ranah perilaku/tindakan langsung. Hal ini agar penyalahguna NAPZA tidak mudah kambuh lagi.

Semoga dengan memahami dan mencermati tahap-tahap perubahan yang ada pada penyalahguna NAPZA dan memberikan terapi melalui pelaksanaan proses-proses perubahan yang tepat , akan mampu menangani  penyalahguna NAPZA    dengan berhasil dan  efektif.

Penulis : 

Dra. Suprihatiningsih Retna Pangesti, M.Si, Psikolog

Psikolog Klinis pada SLB Autisma Dian Ananah Sleman Yogyakarta

REFERENSI

Direktorat Kesehatan  Jiwa Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Kementrian Kesehatan Republik Indobesia. 2022.  Buku Saku Penatalaksanaan Kedaruratan Adiksi NAPZA

Pangesti, S,R . 2006.  Aplikasi Model Transteoretis ( Transtheoretical Model) pada Penyalahguna NAPZA ( Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya). Tesis S2. Yogyakarta: Psikologi UGM

Prochasca, J. Q. 1994. System of Psychotherapy : A Transtheoretical Analysis. Homewood,III: The Dorsey Press

Prochasca, J. Q., DiClemente, & Norcross, J. C. 1992 In Search of How People Change: Application to Addictive Behavior . American Psychologist, 47, No. 9, 1102-1114.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun