Mohon tunggu...
Retna Pangesti
Retna Pangesti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog klinis

Bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mewujudkan Keberfungsian Keluarga pada Keluarga yang Memiliki Anak Gangguan Spektrum Autism

23 November 2022   16:56 Diperbarui: 23 November 2022   17:00 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

MEWUJUDKAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA PADA KELUARGA YANG MEMILIKI  ANAK  GANGGUAN SPEKTRUM AUTISM 

 

Setiap orang tua mendambakan anak  sehat dan pintar yang nantinya mampu berprestasi dan membahagiakan orang tua. Namun pada kenyataannya ada orang tua yang dikaruniai anak yang spesial/khusus, salah satunya adalah anak dengan gangguan spektrum autism/autism spektrum disorder (ASD). Dalam International Classification of Disease revisi ke 10 (ICD-10) (World Health Organization, 2011) dan Diagnostic  and Statistical  Manual of Mental Disorders  edisi 5 (DSM-5) (American Psychiatric Association, 2013) : Autism Spektrum Disorder (ASD) / Gangguan Spektrum Autism merupakan gangguan neurodevelopmental dengan karakteristik  defisit kemampuan interaksi  dan komunikasi sosial di berbagai kontek sosial, seperti respon perilaku dan komunikasi sosial yang dibutuhkan untuk menjalin interaksi sosial, mengembangkan, mempertahankan, dan memahami suatu relasi. ,Kondisi ini disertai dengan adanya perilaku repetitif, minat dan aktivitas yang terbatas (Sadarjoen, dkk.,2021).

Saat ini jumlah anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini adalah anak autism (gangguan spektrum autism) di Indonesia terus meningkat .  Estimasi prevalensi anak ASD antara 4-5 /10.000 individu. Berdasarkan penelitian diperkirakan prevalensi meningkat menjadi  10-12/ 10.000 individu (Faradz,2013 dalam Nainggolan 2015).Kehadiran anak ASD dalam sebuah keluarga akan mengakibatkan perubahan yang cukup besar pada berbagai aspek kehidupan keluarga tersebut.  Stres yang dirasakan oleh keluarga khususnya orang tua dengan anak autism amat tinggi . Menurut Fisman, dkk.  (1989) orang tua dengan anak autis dilaporkan mempunyai tingkat stres dan depresi  yang lebih tinggi  dan keintiman perkawinan yang lebih rendah  dari pada orang tua dengan anak down sindrom (Dunn, dkk., 2001)

Keluarga adalah satuan terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak yang diikat dalam perkawinan. Namun seringkali ada anggota keluarga lainnya yang ikut mempengaruhi hubungan  seperti kakek, nenek, paman/bibi, pembantu,dll. (Martono, dkk., 1996). Dinamika dalam keluarga mempengaruhi kesehatan fisik maupun emosional para anggotanya, namun suatu penyakit mental kronis pada salah seorang anggota keluarga  dapat pula berdampak pada keberfungsian sistem keluarga secara keseluruhan. Keberfungsian keluarga merupakan fungsi utama keluarga sebagai media perkembangan biologis, sosial, dan psikologis serta pemeliharaan seluruh anggotanya. Keberfungsian keluarga  dapat  menjadi tolok ukur apakah suatu  keluarga itu sehat atau  patologis (Epstein, Bishop, & Levin, 1978  dalam Millati dan Muzdalifah, 2013).

Ada banyak model atau  teori mengenai keberfungsian keluarga , salah satu model pendekatan adalah McMaster Model of Family Functioning (MMFF). MMFF mendeskripsikan organisasional dan fungsional kelompok keluarga serta pola transaksional antar anggota keluarga  yang hal tersebut dapat membedakan antara keluarga yang sehat dan tidak sehat . Salah satu model MMFF adalah Family Assessment  Device (FAD), yaitu  tentang indikator  keberfungsian keluarga  yang disusun oleh Epstein, Baldwin dan Bishop ( 1983). FAD terdiri dari 7 dimensi , yaitu 6 dimensi pada MMFF dan ditambah 1 dimensi, yaitu fungsi umum . Dalam tulisan ini yang perlu digarisbawahi adalah adanya 6 dimensi keberfungsian keluarga  , yaitu: a).  pemecahan masalah: kemampuan memecahkan masalah dalam keluarga;  b). komunikasi: pertukaran informasi di antara anggota keluarga; c). peran: bagaimana peran setiap anggota keluarga; d). respon afektif: bagaimana respon setiap anggota keluarga dari keadaan yang dialaminya; e). keterlibatan afektif: keterlibatan anggota keluarga di dalam aktivitas setiap anggota keluarga; f). kontrol perilaku: standar perilaku masing masing anggota keluarga.

Keberfungsian keluarga nampak pada keluarga yang normal/sehat atau harmonis. Keluarga yang sehat (sehat jiwa)  diperlukan sebagai landasan yang kokoh dalam membina keluarga harmonis dalam kehidupan perkawinan dan dalam pengasuhan anak. Keluarga yang sehat diperlukan untuk meningkatkan ketahanan keluarga sehingga apabila terjadi masalah dapat diatasi dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan kegoncangan yang berarti atau stres  yang berkepanjangan.   Hal yang perlu dilakukan untuk membuat keluarga menjadi sehat dan berfungsi dengan baik , antara lain : a). saling menghargai peran masing masing , b). meluangkan waktu untuk kebersamaan seperti  makan atau rekreasi bersama, c). membiasakan untuk saling mendengarkan satu sama lain, d). dalam mengatasi masalah, jangan segan untuk mengemukakan segala ketakutan/kekawatiran dan harapannya kepada anggota keluarga yang lain, e). belajar untuk mengerti dan saling menghargai apa yang menjadi  kebutuhan pribadi dan kebutuhan sosial  anggota keluarga yang lain, f). menumbuhkan  rasa keterikatan, keadilan dan toleransi  serta  g).  saling  memberi perlindungan pada anggota keluarga. (Martono, dkk.1996)

Keberfungsian keluarga sangat penting dalam mendukung peran pengasuhan ibu, karena dengan tercapainya keberfungsian keluarga maka anggota keluarga dapat menyelesaikan masalah , mendukung satu sama lain, komunikasi dapat berjalan efektif, , dan saling menanggapi secara empatik suatu tantangan, , sehingga hal tersebut diharapkan dapat menghindari stres pengasuhan ibu yang mempunyai anak ASD. Hasil penelitan menunjukkan bahwa semakin tinggi keberfungsian keluarga  maka semakin rendah stres pengasuhan ibu yang memiliki anak ASD (Munawaroh dan Amalia, 2019). Di samping itu,  terdapat hubungan yang signifikan antara keberfungsian keluarga  dengan parenting self-effficacy ( penilaian diri  orangtua terhadap kompetensinya  dalam menjalankan perannya) pada ibu dengan anak ASD, artinya semakin tinggi tingkat keberfungsian keluarga maka semakin tinggi pula tingkat parenting self-effficacy pada ibu (Novita dan Siswati, 2021).

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa dalam menangani anak autism , sebuah keluarga perlu untuk memenuhi dimensi-dimensi dalam keberfungsian keluarga yang keberfungsian keluarga tersebut menjadi cerminan pada keluarga yang sehat jiwa. Ke 6 dimensi keberfungsian keluarga akan dapat terwujud dengan adanya upaya-upaya sebagai berikut:  Anggota keluarga sebaiknya  berdiskusi jika meghadapi masalah yang berkaitan  dengan anggota keluarganya yang mengalami gangguan perkembangan , dan upayakan dalam mengatasi semua masalah diikuti dengan rasa senang.   Banyaklah berbicara langsung dengan keluarga untuk menyatakan isi hati dan berterus terang satu terhadap yang lain, bahkan hal hal yang sensitive sekalipun yang didasari adanya saling percaya. Membagi tugas tugas pada setiap anggota keluarga secara adil , proporsional, dan semua merasa puas dengan kwajiban kewajiban yang sudah ditetapkan bersama. Berlajar untuk berlaku lemah lembut, berkasih sayang dan cinta terhadap anggota keluarga lain. Apabila seseorang di antara anggota keluarga berada dalam kesulitan maka yang lain harus ikut membantu secara iklhas,  sukarela, dan  tidak mementingkan diri sendiri (egosentris). Bentuklah aturan/standar yang jelas dalam keluarga yang harus dipegang teguh dan setiap anggota keluarga berusaha untuk tahu apa yang harus dilakukan bila ada masalah yang mendesak/ gawat,  sehingga segala sesuatu akan dapat berjalan dengan lancar.

Semoga dengan terpenuhinya ke 6 dimensi keberfungsian keluarga dalam sebuah keluarga , maka segala permasalahan yang ada pada anak autism dalam keluarga dapat ditangani dan diselesaikan dengan baik dan lancar, sehingga keluarga menjadi lebih tangguh dan bahagia

REFERENSI

Dunn, M. E., Burbine, T., Bowers, C.A., Stacy Tantleff-Dunn. (2001). Moderators of Stress in Parents of Children with Autism. Community Mental Health  Journal, 37, 1, 39-52

Epstein, N. B., Baldwin, L. M., & Bishop, D. S. (1983). The McMaster Family Assessment Device. Journal of Marital and Family  Therapy , 9,2,171-180.

Martono, L. H., dkk. (1996). Kesehatan Jiwa Keluarga. Jakarta:  PT Pustaka Antara 

Millati, S., & Muzdalifah, F. (2013). Keberfungsian Keluarga pada Keluarga dengan Pasien Skizofrenia Rawat Jalan di Jakarta. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 2, 2, 80-88.  

Munawaroh, L. & Amalia, S. (2019). Keberfungsian Keluarga dengan Stres Pengasuhan Ibu yang Memiliki Anak Autistic Spectrum Disorder (ASD), Jurnal Insight Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember, 15, 2, 249-271.

Nainggolan, J. A. (2015). Penyesuaian Diri  Orangtua dan Keberfungsian Keluarga yang Memiliki Anak Penyandang Autisme , Psikoborneo, 3, 3, 313-320

Novita, W., & Siswati. ( 2021). Hubungan antara Keberfungsian Keluarga dengan Parenting Self-Efficacy pada Ibu dengan Anak Autism Spectrum Disorder (ASD), Jurnal Empati, 10, 01, 40-46.

Sadarjoen,S.,S., dkk. (2021). Pedoman Nasional Pelayanan Psikologi Klinis . Yogyakarta: Penerbit IPK Indonesia.

Suprihatiningsih Retna Pangesti, lahir di Surakarta 2 Desember 1963. Kuliah S1 di fakultas Psikologi UGM, S2 Magister Sains Psikologi di UGM, tinggal di Sleman . Telah purna tugas sebagai PNS di RS Jiwa Grhasia DIY akhir 2021. Mulai praktek sebagai psikolog klinis di Sekolah Luar Biasa Autisma Dian Amanah sejak Agustus 2022.  

No  HP : 085600930597

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun