Mohon tunggu...
Retnandita SalvaRestuanisa
Retnandita SalvaRestuanisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Berusaha lebih baik untuk mencapai hasil yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hati-hati! Ternyata 5 Kebiasaan Ini Dapat Memicu Perilaku Korupsi

18 November 2022   05:17 Diperbarui: 18 November 2022   05:25 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pinterest/Piska Bobra

Hallo, Readers!! Sebagaimana diberitakan pada kompas.com, ternyata di tahun 2022 ini korupsi masih marak terjadi, lho! Dilansir dari website resmi KPK, dalam semester pertama tahun 2022, KPK telah melakukan 66 penyelidikan, 60 penyidikan, 71 penuntutan, 59 perkara inkracht, dan mengeksekusi putusan 51 perkara.  

Sebenarnya apa itu korupsi? Apa penyebab dan dampak terjadinya korupsi bagi Indonesia? Dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan berikut ini yuk!

Menurut pandangan hukum, Korupsi yang dicantumkan dalam UU RI No. 31 tahun 1999 menyebutkan bahwa Korupsi adalah Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. 

Menurut KBBI, korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah suatu tindakan yang bertujuan menguntungkan suatu pihak dengan merugikan pihak lainnya terutama terkait dengan negara kita. Berikut adalah macam macam korupsi

  • Kerugian Keuangan Negara
  • Suap Menyuap
  • Penggelapan dalam Jabatan
  • Pemerasan
  • Perbuatan Curang
  • Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
  • Gratifikasi
  • Kolusi

Lalu, apakah tindakan penyelewengan, penyalahgunaan kekuasaan, kesempatan atau sarana yang merugikan orang lain tetapi tidak merugikan negara bukanlah suatu tindakan korupsi? 

Menurut pandangan hukum, definisi korupsi adalah suatu perilaku yang merugikan negara. Namun, berdasarkan nilai moral yang berlaku pada kalangan masyarakat, perilaku yang menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lain juga dapat memicu timbulnya perilaku korupsi. 

Pemerintah juga berupaya untuk menanamkan sikap anti korupsi sejak dini dengan menyelenggarakan Pendidikan Anti Korupsi di setiap sekolah di Indonesia mulai dari jenjang SD sampai SMA. 

Perilaku sehari-hari yang tanpa kita sadari dapat merugikan orang lain juga dapat menstimulasi timbulnya perilaku korupsi. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dan berpikir sebelum bertindak. 

Kurangnya kesadaran dan keingintahuan masyarakat, terutama generasi Z terhadap masalah korupsi ini juga menjadi salah satu pemicu maraknya korupsi di Indonesia. 

Selain memperluas sosialisasi kepada publik, kita juga perlu membangun komitmen yang kuat terhadap diri sendiri untuk dapat membangun karakter diri yang baik guna membantu mengatasi masalah-masalah yang ada di Indonesia termasuk korupsi. Lalu, perilaku atau faktor-faktor apa sajakah yang perlu kita hindari agar tidak memicu  timbulnya perilaku korupsi pada diri kita?

1. Rendah Diri

Rendah Diri (Foto: Pinterest/lina nila)
Rendah Diri (Foto: Pinterest/lina nila)

Perilaku rendah diri atau yang familiar kita sebut dengan minder adalah salah satu perilaku yang tidak baik untuk ditanamkan pada diri sendiri. Perilaku ini dapat menghambat rasa percaya diri dalam bersosialisasi sehingga seseorang yang mengalaminya akan merasa sangat kurang di lingkungan sekitarnya. 

Perasaan tersebut dapat memicu timbulnya keinginan untuk melakukan segala hal meskipun itu buruk guna menambah kepercayaan dirinya dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar. 

Selain itu, perilaku ini juga dapat menghambat kesempatan kita untuk mengeksplor dan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang dibutuhkan sebagai bekal kehidupan. Sebab kurangnya pengalaman-pengalaman dan pengetahuan tersebut, maka peluang untuk dapat terpengaruh perilaku korupsi juga akan semakin besar. 

Cara untuk mengatasi rasa rendah diri ini yaitu dengan mencoba untuk percaya kepada diri sendiri bahwa dirimu itu hebat, menerima segala kelebihan dan kekurangan diri sendiri,  serta mencoba untuk memberikan space atau ruang untuk mengenal dirimu sendiri. Dengan begitu, kita dapat mengurangi rasa rendah diri yang ada pada diri kita.

2. Gaya Hidup Mewah

Foto: Pinterest/Jess Keys-The golden girl
Foto: Pinterest/Jess Keys-The golden girl

Dilansir dari etheses.lainkediri, gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur dibandingkan kepribadian. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya. 

Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu dan uangnya. Sedangkan, mewah adalah secara berlebihan atau identik dengan sesuatu yang serba lebih. 

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa gaya hidup mewah adalah pola hidup seseorang dengan menggunakan uang dan waktunya secara berlebihan. Seperti yang kita semua ketahui, bahwa sesuatu yang terlalu berlebihan tidak akan baik dampaknya, begitu juga dengan gaya hidup. 

Gaya hidup yang berlebihan dan menuruti hawa nafsu hanya akan membuat seseorang yang mengalaminya terasa berat hati dan akan menstimulasi timbulnya keinginan untuk memperoleh sesuatu hal secara lebih dan lebih lagi tanpa mengenal kata puas. 

Hal ini dapat memicu timbulnya perilaku korupsi yang dengan mudah dapat memenuhi segala kebutuhan gaya hidup seseorang tersebut. Oleh karena itu, terapkanlah gaya hidup sederhana pada diri kita. Jika kita terbiasa untuk hidup sederhana, maka dengan sendirinya kita akan merasa bersyukur atas semua nikmat dan pencapaian yang telah kita miliki dan tentunya dapat mencegah timbulnya perilaku korupsi.

3. Kurang Bersyukur

Foto: Pimterest/Luifer_VIP
Foto: Pimterest/Luifer_VIP

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tentu saja seharusnya kita dapat mengungkapkan rasa terimakasih kepada Sang Pencipta atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Bersyukur merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan terimakasih kepada-Nya. Kurangnya bersyukur akan menimbukan dampak negatif terutama bagi diri sendiri. 

Contohnya, jika kita sudah hidup berkecukupan, namun kita melihat orang lain yang lebih berkecukupan sehingga menjadi iri terhadap mereka padahal kita sudah memiliki kehidupan yang baik dan cukup, tetapi selalu ingin terlihat lebih dan lebih lagi. 

Terkadang, kita melupakan bahwa banyak juga orang yang tidak seberuntung kita yang saat ini masih mempunyai rumah, dapat makan makanan yang layak, mendapat pendidikan layak dan lainnya. 

Sangat banyak orang diluar sana yang bahkan tidak memiliki tempat untuk bernaung dari hujan dan badai, tidak dapat memakan makanan yang layak, bahkan tidak mendapat pendidikan. Kurangnya bersyukur juga dapat memicu timbulnya perilaku korupsi guna memenuhi ketidakpuasan orang tersebut sehingga dapat melakukan segala cara untuk mencapai standar yang ia tentukan. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk kita dapat bersyukur dan berterimakasih atas semua nikmat yang telah kita dapat. Dengan bersyukur, hidup juga akan lebih bahagia.

4. Menginginkan Hasil Optimum tanpa Usaha Yang Sebanding

Foto: Pinterest/verywellfamily.com
Foto: Pinterest/verywellfamily.com

Suatu pencapaian yang luar biasa, tentu akan dapat membuat kita bangga. Namun, apa jadinya jika pencapaian atau apresiasi yang kita dapatkan bukan hasil kerja keras dan jerih upaya diri kita sendiri? 

Sering kita temui, bahkan di sekolah terdapat kecurangan-kecurangan yang secara tidak sadar dapat menimbulkan dampak negatif, salah satu dampaknya yaitu menginginkan hasil yang optimum dengan cara instan sehingga hasil dan usaha tidak sebanding. 

Hal ini menjadi pemicu maraknya korupsi di Indonesia. Perilaku ini sangat berdampak terhadap masa depan bangsa apabila generasi muda terus melakukannya.

Contoh sederhananya adalah menyontek saat ujian, hal ini menunjukkan bahwa seseorang ingin mendapat hasil maksimal tanpa ingin melalui proses yang rumit. Padahal, suatu pencapaian akan lebih bernilai apabila kita telah melalui prosesnya dengan nyata. 

Jerih upaya dan kerja keras yang dikeluarkan untuk mencapai suatu hal yang kita inginkan haruslah sebanding dengan hasilnya sehingga pencapaian yang didapatkan akan lebih bermakna. 

Proses atau perjalanan yang dilewati dalam mencapai suatu hal juga dapat memberi kita banyak pengalaman akan pentingnya menghargai sesuatu sekecil apa pun. 

Dengan proses itu juga kita akan lebih bersyukur menerima suatu hal. Maka, jika kita menginginkan sesuatu untuk dicapai, lewati lah prosesnya sesulit apa pun itu, karena proses itulah yang dapat mengajarkan arti sukses.

5. Tidak Jujur

Foto: Pinterest/Piska Bobra
Foto: Pinterest/Piska Bobra

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), jujur artinya lurus hati; tidak berbohong; tidak curang. Sedangkan pengertian jujur secara istilah adalah sikap seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu atau pun fenomena tertentu dan menceritakan kejadian tersebut tanpa ada perubahan atau modifikasi sedikit pun yang benar-benar sesuai dengan fakta yang terjadi. 

Dapat disimpulkan, bahwa jujur adalah suatu sikap yang menjujung tinggi kebenaran dengan tidak berbuat curang, tidak berbohong dan selalu mengatakan sesuatu yang terjadi sesuai fakta yang ada tanpa dikurangi atau ditambahkan sedikit pun. 

Sebaliknya, tidak jujur adalah sikap yang tidak mencerminkan kebenaran dengan mengatakan sesuatu yang realitanya tidak terjadi. Sikap ini merupakan faktor besar timbulnya perilaku korupsi. Kebiasaan ini sangat merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. 

Lalu, bagaimana cara kita untuk menghindari perilaku ini? Perilaku ini juga ada kaitannya dengan 4 sikap sebelumnya. Langkah pertama untuk menghindari perilaku ini adalah mempercayai diri sendiri. 

Percaya pada diri sendiri merupakan hal paling sederhana yang dapat kita lakukan contohnya, mulai percaya pada kemampuan  kita sendiri dengan cara tidak menyontek saat ujian, percaya pada diri kita bahwa kita dapat melakukan hal yang baru bagi kita dan lainnya. 

Jika kita saja sulit untuk percaya pada diri kita sendiri, lantas bagaimana dengan orang lain? Kemampuan untuk percaya dengan orang lain dan orang lain percaya dengan kita pun juga akan sulit. Sikap tidak jujur ini banyak dilakukan oleh koruptor-koruptor diluar sana. 

Oleh karena itu, marilah bersama-sama untuk membiasakan diri berperilaku jujur. Seburuk apapun realita yang telah terjadi, alangkah baiknya kita jujur dan menerima semua peristiwa yang terjadi di lingkungan kita. Ingat, jujur itu hebat!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun