Mohon tunggu...
Maria resy
Maria resy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dalam Tumbuh Kembang Anak

29 April 2019   07:12 Diperbarui: 29 April 2019   07:28 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika seorang anak hadir dalam suatu keluarga, maka orang pertama yang akan dikenali oleh mereka adalah orangtua khususnya ibu. Ibu adalah orang yang mengandung anak tersebut selama 9 bulan di perutnya, maka secara otomatis anak akan memiliki ikatan batin yang kuat dengan ibunya. Orang kedua setelah ibu yang secara langsung dengan sang anak adalah ayah. 

Ayah adalah orang yang akan selalu melindungi sang anak dari segala bahaya. Keduanya saling berkolaborasi membentuk sebuah pola dalam mengasuh anaknya. Ada berbagai pola asuh dalam mengasuh anak, sehingga orangtua memiliki beberapa pilihan dalam memilih pola asuh yang mana yang akan diterapkan. 

Pola asuh ini dapat memberi pengaruh pada tumbuh kembang seorang anak, walaupun begitu tidak hanya pola asuh saja yang dapat memberi pengaruh melainkan faktor lain juga dapat memberi pengaruh seperti lingkungan tempat tinggal, sekolah, pengajar di sekolah dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan dibahas di lain waktu dan untuk sekarang akan dibahas mengenai faktor pertama terlebih dahulu yaitu pola asuh orang tua.


Pola asuh pertama yang biasa dikenal dengan sebutan 'Pola Asuh Otoriter'. Pola asuh otoriter merupakan cara mendidik anak dengan menggunakan kepemimpinan otoriter, kepemimpinan otoriter yaitu pemimpin menentukan semua kebijakan, langkah, dan tugas yang harus dijalankan. 

Sebagaimana diketahui pola asuh otoriter mencerminkan sikap orang tua yang bertindak keras dan cenderung diskriminatif. Pola asuh ini dapat memberi dampak positif dan negatif pada anak. Dampak positif yang didapatkan anak yaitu anak akan terbentuk menjadi anak yang disiplin dan akan selalu mengikuti peraturan yang ada, maka ia akan terhindar dari hukuman atau bahaya. 

Sedangkan dampak negatifnya yaitu anak akan merasa 'terkekang' atau 'terikat' oleh orangtua, khususnya ketika mereka memasuki masa remaja. Sebagai contoh sebut saja seorang anak perempuan dengan sebutan A. Ia lahir di keluarga yang sangat disiplin dari segala hal, sehingga mengharuskan A untuk turut mengikuti sifat disiplin itu. 

A dilarang untuk pulang malam, dilarang untuk berteman di si B, si C, harus menjaga keheningan saat di rumah, rambut selalu harus rapi baik itu dikepang atau sekedar disisir, dan lain-lain. Saat ia kecil, ia akan menikmati setiap kegiatan tersebut sebagai suatu rutinitas biasa namun, saat ia beranjak remaja ia akan merasa bosan dengan rutinitas tersebut. 

Rasa bosan tersebut dapat berkembang menjadi rasa ingin lepas dari rutinitas dan berubah menjadi rasa ingin memberontak. Seorang remaja yang memiliki rasa seperti ini dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya. (Ayun, 2017)


Pola asuh kedua disebut dengan 'Pola Asuh Demokratis'. Pola asus demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua. 

Dalam pola asuh demokratis ini terdapat dua arah komunikasi yaitu antara anak dan orangtua, jadi sang anak akan lebih terbuka untuk berkeluh kesah lalu orangtua akan mendengarkan dan begitupun sebaliknya. Selain itu, pola asuh ini membuat orangtua menjadi lebih komunikatif terhadap anak, yaitu jika anak berbuat salah dan dihukum, maka orangtua harus menjelaskan pada sang anak bahwa hal yang mereka lakukan adalah salah dan perlu untuk dihukum atau ditegur. 

Dampak positif dari pola asuh ini yaitu orangtua dan anak saling terlibat satu sama lain. Orangtua hadir sebagai teman yang selalu mendengarkan, memberi saran dan juga sebagai orangtua yang memberi tahu anak hal yang benar dan yang salah, menegur dan menghukum anak jika melakukan kesalahan. Begitu juga bagi sang anak, ia hadir sebagai seorang teman yang memberi saran, memberi pendapatnya pada orangtua dan juga sebagai seorang anak yang mematuhi segala aturan dari orangtuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun