Mohon tunggu...
Filsafat

Pandangan Islam Mengenai Ajaran Syi'ah

25 September 2018   10:10 Diperbarui: 25 September 2018   10:26 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Syi'ah secara bahasa berarti "pengikut", "pendukung", "partai",atau  "kelompok", sedangkan secara terminologis istilah ini dikaitkan dengan sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaan merujuk pada keturunan Nabi Muhammad  SAW . atau disebut sebagai ahl al-bait.poin penting dalam doktrin syi'ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama bersumber dari ahl al-bait . Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.

Menurut Ath-Thabathaba'I 1903-1981 M), istilah "Syi'ah" untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut 'Ali (Syi'ah 'Ali), pemompin pertama ahl al-aot pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut 'Ali yang disebut 'Syi'ah, diantaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqdad bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.

Mengenai kemunculan Syi'ah dalam sejarah, terdapat perbedaan penapat di kalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi'ah mulai muncul ke permukaan sejarah pada masa akhir pemerintahan bin Affan. Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan 'Ali bin Abi Thalib. Watt menyatakan bahwa Syi'ah muncul ketika berlangsung peperangan antara 'Ali dan Mu'awiyah, pasukan 'Ali diceritakan tepercah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikp 'Ali disebut 'Syi'ah dan kelompok lain meolak sikap 'Ali disebut Khawarij'.

Berbeda dengan pandangan di atas, kalangan Syi'ah berpenapat bahwa kemunculan Syi'h berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah) Nabi Muhammad SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, umar bin Khaththab, dan Utsman bin 'Affan karena dalam pandangan mereka hanya 'Ali bin Abi Thalib yang berhak menggantikan Nabi. Ketokohan 'Ali dalam pandangan Syi'ah berjalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi Muhamad SAW. pada masa hidupnya.Pada awal kenabian , ketika Muhammad diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabtnya, yang pertama-tama meerima adalah 'Ali bin Abi Thalib. Pada saat itu Nabi mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, 'Ali merupakan orang yang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa besar.

Bukti utama tentang sahnya 'Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Ki8humm. diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah,di padang pasir yang bernama Ghadir Khumm,nabi memilih 'Ali sebagai penggantinya dihadapan massa yang penuh sesak menyertai beliau .Pada peristiwa itu,nabi tidak hanya menetapkan 'Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-I 'ammali), tetapi juga menjadikan 'Ali sebagaimana Nabi sebagai pelindung (wali) mereka.

Berlawanan dengan harapan mereka, ketika Nabi wafat dan jasadnya masih terbarng belum dikuburkan, anggota keluarganya dan beberapa orang sahabat sibuk dengan persiapan penguburan dan upacara pemakamannya. Mereka melakukan itu tanpa berunding dengan ahl al-bait, keluarganya ataupun sahabat-sahabatnya yang sedang sibuk dengan upacara pemakaman, dan sedikitpun membutuhkan mereka.

Berdasarkan realitas itulah demikian pandangan kaum Syi'ah , kemudian muncul sikap dikalangan sebagian kaum muslim yang menentang kekhalifahan dan menolak kaum mayoritas dalam masalah kepercayaan-kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah 'Ali. Mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya. Inilah yang kemudian disebut dengan Syi'ah. Akan tetapi, lebih dari itu, seperti dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi'ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu Islam sehingga harus diwujudkan.

Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai kalangan Syi'ah merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah "perpecahan" dalam islam yang mencolok pada masa pemerintahan Utsman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib ,tepatnya setelah perang Shiffin. Adapun kaum Syi'ah, berdasarkan hadis-hadis yang mereka terima dari ahl al-bait, berpendapat bahwa perpecahan itu mulai ketika Nabi Muhammad SAW wafat dan kekhalifahan jatuh kepada Abu Bakar . Setelah itu,terbentuklah Syi'ah. Bagi mereka pada masa kepemimpinan Al-Khulafah Rr-rasyidun ,kelompok Syi'ah sudah ada. Tampaknya Syi'ah sebagai salah satu faksi politik Islam yang bergerak secara terang-terangan muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, Syi'ah sebagai doktrin yang diajarkan secara diam-diam oleh ahl al-bait muncul setelah wafatnya Nabi.

Syi'ah mendapatkan gambaran pengikut yang besar, terutama pada masa Dinasti Amawiyah. Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kasar dan kejam dinasti ini terhadap ahl al-bait. Diantara bentuk kekerasan itu adalah yang dilakukan penguasa bani Umayah. Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl al-bait di hadapan Dinasti Amawiyah dan Abasyah. Berkaitan dengan teologi, mereka mempunyai  lima rukun iman, yaitu tawhid (kepercayaan kepada keesaan Allah); nubuwwah (kepercayaan kepada kenabian); ma'ad (kepercayaan akan aanya hidup akhirat); imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan hak ahl al-bait); dan adl (keadilan illahi). Dalam Ekslikopedi Islam Indonesia, ditulis bahwa perbedan antara Sunni dan Syi'ah terletak pada doktrin Imamah. Selanjutnya, mekipun mempunyai landasan keimanan yang sama, Syi'ah tidak bisa memertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejarah, kelompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan yang terjadi di kalangan Syi'ah, terutama dipicu oleh masalah doktrin Imamah. Diantara sekte-sekte Syi'ah adalah Itsna Asyariah, Sab'iah, Zaidiah, dan Ghullat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun