Mohon tunggu...
Cerpen

The Best Adventure: Generasi solutif pembawa perubahan negeri.

3 November 2018   12:58 Diperbarui: 7 Desember 2018   10:49 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Hari ini, hari pertama saya membagikan pengalaman saya menjadi seorang pemandu wisata di wilayah timur Indonesia. Pada hari itu, saya membawa 6 orang penumpang, dan 1 orang supir. Kami hiking ke sebuah hutan konservasi  yang berjarak kurang lebih 35 Km. Salah satu penumpang saya adalah seorang ahli biologi. Namanya adalah fred.  Ia terlihat sangat menikmati perjalanan ini. Ia juga menjelaskan beberapa jenis pohon yang terdapat di hutan ini.Tak kalah menarik dengan fred, ada satu keluarga yang sedang bersantai. Tujuan mereka berlibur ke sini, tidak lain hanya untuk terapi asma anak mereka. Lukman, Prita dan Kevin adalah nama mereka. Lukman terlihat seperti orang yang tegap, cerdas dan percaya diri. Prita, seorang ibu yang sangat sibuk menjaga anaknya agar tetap sehat. Sedangkan Kevin, ia seorang anak yang ceria, tetapi dibalik keceriannya itu menyimpan penyakit yang cukup parah.Saat saya sedang menjelaskan wisata-wisata yang ada disini, ada seorang remaja yang sibuk mengambil gambar menggunakan kamera miliknya. Ia terlihat seperti anak yang manja. Lain halnya dengan Anggi, kanaya, orang berada disebelah Anggi tersebut terlihat biasa saja . Ia menikmati perjalanan, tetapi terlihat murung.

"Naik-naik kepuncak gunung, tinggi-tinggi sekali." suara kevin bernyanyi.

"Lihatlah disekeliling anda, hewan-hewan langka mulai berdatangan, kicauan burung mulai terdengar, suara monyet-monyet mulai berdatangan."

"Alangkah indah duniamu ini tuhan. Terima kasih, engkau telah memberikan kami nikmat alam seperti ini."

Setelah selesai berkeliling hutan,kami pulang pada pukul 5 sore. Tiba-tiba ditengah perjalanan, minibus kami mogok. Semua orang terlihat cemas, karena jarak penginapan masih 35 Km lagi. Saat itu ,jam menunjukkan pukul 17.30. Kami belum keluar dari hutan. Kami bingung mau kemana, jarak desa terdekat pun masih 6 Km lagi.

Karena bingung mau melakukan apa, akhirnya saya menelpon teman saya yang ada dikota. 

"Prita, bolehkah aku memakai ponselmu, baterai ponselku sudah habis."

"Baiklah, pakailah saja."

Dengan baterai ponsel seadanya, akhirnya ada yang menyanggupi permintaan saya. Mereka bilang akan sampai dalam 2 jam 15 menit. Tetapi mobil yang digunakan hanya bisa membawa 4 orang penumpang saja. Lalu saya juga menelepon penjaga hutan. Penjaga hanya punya 1 motor, dan hanya dapat membawa satu penumpang. Alhasil, saya memberitahu penumpang kalau hanya ada satu orang yang bisa pergi.

Untuk mengurangi rasa cemas, kami bercerita mengenai pengalaman kami. Kami tertawa terbahak-bahak. 

"Tenang semuanya, jika kita bersikap baik maka tidak terjadi apa-apa" ujarku kepada mereka.

"Yah benar apa yang ia katakan, apa sebaiknya kita menghibur diri dengan lelucon, setuju ?"

"Baiklah kami setuju denganmu lukman."

"Kenapa why selalu always?"

Semua terdiam memikirkan pertanyaan yang aneh itu.

"Karena because tak pernah never. Hahaha."

"Pertanyaan apa ini jawabannya saja sudah berbeda." 

Semua tertawa mendengar pertanyaan konyol dari lukman. Tiba-tiba, suara mengerikan datang dari hutan. Aku kaget mendengar suara itu. Tanpa berpikir lama, aku langsung menaikkan penumpang ke mobil. Entah kenapa fred minta izin keluar, aku tidak tahu alasannya, apa mungkin dia mau Bab ditengah hutan ?

Tak lama kemudian, terdengar suara dari arah hutan. 

"Prit... Prit... Prit"

Saya menyadari kalau suara peluit itu milik Fred. Akhirnya saya berlari kearah hutan dan benar, ternyata itu Fred bersama penjaga hutan. Fred terlihat sangat lelah. Kami membawanya kedalam mobil. Untung saja Penjaga hutan membawa obat yang dapat membuat Fred merasa lebih baik.

Tanpa meunggu lama, penjaga hutan menanyakan apa langkah kami selanjutnya. 

"Sebaiknya salah satu dari kita pergi bersama penjaga hutan untuk membawa barang yang diperlukan."

"Sebaiknya supir yang pergi bersama pak penjaga, ia bisa membawa alat alat yang diperlukan untuk memperbaiki mobil."

"Setuju."

Saya langsung menyuruh Supir untuk pergi bersama penjaga hutan mengambil alat-alat perbaikan mobil, beberapa obat serta makanan. Di dalam mobil, saya berusaha menghibur penumpang lain supaya tidak terlihat cemas.Saya memberikan nasi kotak yang hanya tersisa 2 buah kepada Kanaya dan Prita.

"Apa ini, aku tidak mau makan, lebih baik aku menunggu datangnya bala bantuan." ujar kanaya.

"Terserah kau mau makan atau tidak."

"Terima kasih pak, memang dari tadi anakku sudah lapar, semua makanannya sudah habis sejak tadi."

 Tiba-tiba, asma Kevin kambuh. Semua orang panik melihat kejadian ini. Lukman yang sedang makan, langsung berdiri dan memberi obat asma yang ia bawa kepada Kevin.

"Tunggu sebentar nak, ayah akan mengobatimu."

Keadaan kevin mulai membaik dan semua kembali tenang.

Setelah menunggu selama 30 menit, Her kembali. Ia membawa alat-alat yang diperlukan. Dengan sigap, ia langsung membetulkan minibus yang rusak. Perasaan penumpang kembali lega. Harapan yang hilang, perlahan-lahan muncul. 15 menit kemudian, mobil dari kota datang. Mobil itu membawa makanan dan obat-obatan untuk kami.

Hari semakin gelap.  Minibus juga belum selesai diperbaiki. Lukman mengambil inisiatif untuk mengabadikan momen malam itu. Dengan cepat, Anggi  langsung setuju. Kami berfoto bersama dan membuat beberapa video-video lucu. Sungguh momen yang tak terlupakan. 

Setelah mobil selesai diperbaiki, kami bersiap-siap untuk pulang. Atas ide dari Her, kami membuat 2 kelompok. Prita, Lukman dan Kevin berada di mobil. Mereka mengatakan kalau besok pagi mereka akan pergi ke Kompasianival. Sedangkan saya, Fred, Her, Anggi dan Kanaya berada di minibus. Kami pulang dengan arah yang berbeda.

"Kau tahu, ini pengalaman yang sangat berharga dalam hidupku. Mungkin aku tidak mendapatkannya ditempat lain."

Itulah cerita perjalanan kami yang sangat menyenangkan. Walaupun awalnya kami tidak saling kenal. Tetapi akhirnya kami bersatu untuk myelesaikan masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun