Mohon tunggu...
Resty
Resty Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat fiksi dan non-fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahagia Versiku: Berbagi dengan Cara Sendiri

31 Desember 2020   11:23 Diperbarui: 31 Desember 2020   11:41 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pengalaman saya, menuliskan isu mengenai kesetaraan gender tidaklah selalu mudah. Seperti yang saya katakan di awal, setiap orang memiliki pemikirannya sendiri. Sayangnya, kita masih berada dalam masyarakat patriarki yang memandang rendah perempuan. Maka, tidak heran jika banyak tentangan terhadap ide-ide kesetaraan gender. 

Salah satunya, ketika saya menuliskan mengenai kekerasan seksual dalam rumah tangga, dalam hal ini marital rape, saya mendapat beberapa komentar jahat dan merendahkan. Saya tentu merasa sedih saat membaca komentar-komentar tersebut. Namun, tidak membuat saya ciut dan berhenti. Justru, saya menulis lagi soal marital rape dan mendaftarkannya untuk mengikuti sebuah workshop bertema kebebasan sipil. Tulisan itu membuat saya lolos menjadi salah satu peserta.

Di dalam forum itu, saya tentu merasa bahagia bisa bertemu dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki pandangan sama dengan saya. Bukan hanya itu, saya bertemu dengan orang-orang luar biasa yang telah berkontribusi langsung di lapangan untuk menuju masyarakat yang lebih manusiawi. 

Dalam forum tersebut, setiap orang bisa dengan bebas berbagi pandangan dan dibalas dengan kedewasaan berpikir, baik jika itu persetujuan atau bukan. Saya bukan hanya banyak mendapat pengetahuan baru, namun juga belajar untuk lebih terbuka dan lebih sabar dalam memperjuangkan apa yang diyakini benar.

Saya yang sebenarnya lebih suka menulis dan menyendiri, akhirnya memutuskan untuk mengikuti forum-forum lainnya agar bisa berinteraksi dengan orang lain secara lisan. Salah satu forum yang sangat berkesan bagi saya adalah forum di mana perempuan saling berbagai pengalaman mereka saat memasuki masa pubertas. Pengalaman perempuan begitu beragam, mulai dari pengalaman soal menstruasi, kekerasan seksual, pengalaman body shaming, dan lain-lain. Saya merasa bahagia bisa saling menyantuni dalam forum seperti ini. Sesama perempuan bisa saling berbagai pengalaman pahit dan saling menguatkan.

Apa yang ingin saya sampaikan dari cerita di atas adalah bahwa kebahagiaan tidak hanya datang dari ambisi-ambisi besar. Kita juga tidak harus mengikuti kebahagiaan versi orang banyak, justru kitalah yang harus menentukan kebahagiaan kita sendiri, bahkan jika kebahagiaan itu dipandang remeh oleh orang lain. 

Saya mendapatkan kebahagiaan dengan cara lebih mengenali diri sendiri dan mulai menghargai hal-hal yang selama ini saya anggap kecil. Saya mulai mencoba berkontribusi dalam hal-hal yang saya anggap penting. Kontribusi itu tidaklah besar, namun saya belajar bahwa kita bisa berkontribusi sebesar kemampuan kita, dengan cara kita sendiri. Saya sendiri berkontribusi cara berbagi pandangan, memberi masukan, dan menyantuni sesama, baik itu melalui tulisan ataupun secara langsung.

Bagi saya, bisa berkontribusi dengan cara yang saya disenangi adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Mendapat apresiasi untuk tulisan saya juga adalah sebuah kebahagiaan besar. Terlebih ketika ada yang mengatakan bahwa tulisan saya memberi manfaat bagi mereka. Itu adalah sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai. 

Ada juga kebahagiaan bonus seperti ketika saya mendapat kiriman buku melalui JNE dari organisasi-organisasi yang pernah saya ikuti proyeknya. Kebahagiaan memang bisa datang dari mana saja dan dalam berbagai bentuk. Datangnya tidak harus dari ambisi besar, bentuknya pun tidak harus berupa materi. Untuk merasakan kebahagiaan, terkadang kita hanya perlu lebih membuka diri untuk melihat dan menghargai hal-hal di sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun