Sepertinya ada kelegaan semu seperti "setidaknya saya tidak sejahat ibu yang membuang bayinya."Â
Maka dari itu saya merasa kejadian-kejadian sseperti ini adalah ajang "mendosakan" orang lain dan "mensucikan" diri sendiri. Seolah mereka tak turut andil dalam pedihnya kasus aborsi dan pembuangan janin di mana-mana.
Saya meyakini bahwa salah satu alasan mengapa seks bebas dan aborsi begitu marak adalah kurangnya edukasi seks. Edukasi seks dianggap tabu, porno, dan tidak signifikan.Â
Padahal, jika saja edukasi seks menjadi salah satu hal yang dipandang penting, maka permasalahan-permalahan seperti seks bebas, aborsi illegal, pernikahan dini, dan lain-lain bisa berkurang.Â
Maka, para orang dewasa yang meliputi orang tua, guru, dan para pengambil kebijakan memiliki utang kepada pada anak muda yang tidak pernah mengecap pendidikan seks. Singkatnya, mereka turut ambil bagian dalam "dosa" ini.
Mari menilik sedikit tentang keadaan pendidikan seks di Indonesia, dimulai dari pembelajaran yang didapatkan di sekolah. Secara umum, satu-satunya pendidikan seks yang didapatkan di sekolah hanyalah sistem reproduksi. Pembelajaran ini sudah dapat dipastikan ada dalam berbagai buku teks pembelajaran.Â
Sayangnya, dari pengalaman saya, guru tidak begitu terbuka mengajarkan hal ini. Para siswa juga malah tertawa cekikikan ketika melihat gamabr-gambar organ reproduksi. Mungkin karena budaya yang terlanjur membangun pemikiran bahwa pembicaraan terkait seks itu tabu.
Lagipula, pembelajaran tentang oragan reproduksi di sekolah hanyalah sebagian dari pendidikan seks. Pendidikan seks harusnya diajarkan betahap sesuai umur dan juga menyeluruh.Â
Mereka yang tidak masuk ilmu eksakta akan melewatkan beberapa pembelajaran terkait sistem reproduksi di sekolah.Â
Terlebih lagi, seharusnya pendidikan seks dikaitkan dengan permasalahan sosial. Hal ini karena permasalahan aborsi lahir dari dan juga melahirkan permasalahan sosial sosial. Sementara pembelajaran sistem reproduksi yang didapat di sekolah sangatlah eksakta.
Bersyukurlah jika ada orang tua yang melek terhadap pendidikan seks dan mengajarkannya pada anak-anak mereka. Namun, dalam tingkat pendidikan Indonesia yang seperti ini, berapa banyak orang tua yang paham pendidikan seks dan tahu cara mengajarkannya pada anak-anak?Â