Mohon tunggu...
Resty
Resty Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat fiksi dan non-fiksi

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Drama Korea "Misaeng" dan Potret Perempuan dalam Dunia Kerja

19 September 2019   00:41 Diperbarui: 19 September 2019   20:28 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi film Misaeng | Asiawiki.com/Misaeng

***
Cerita singkat di atas adalah potongan cerita dari sebuah drama Korea berjudul Misaeng. Misaeng bukan drama baru, tayang pada tahun 2014. Namun saya baru menontonnya tahun ini, ketika hard disk teman tidak sengaja tertinggal di kamar kos saya. Meski terkadang dibuat jengkel oleh kecerobohannya, rasanya kali ini saya harus berterimakasih. 

Sebab Misaeng adalah salah satu drama yang bisa saya kecualikan dari drama-drama Korea lainnya. Perempuan dalam dunia kerja memang bukan topik utama yang diangkat dalam Misaeng. 

Tokoh perempuan di atas juga bukan tokoh utama, sebab tokoh utamanya adalah seorang laki-laki. Namun Misaeng dengan sangat epik memotret gambaran umum soal perempuan dalam dunia kerja.

Potongan cerita di atas menggambarkan bagaimana perempuan harus menghadapi stereotif di dunia kerja, bahwa mereka lemah dan membuat kerja tim menjadi lambat. Padahal, perempuan tersebut adalah kandidat terbaik dari semua karyawan baru yang mayoritas laki-laki. 

Hanya saja, memang selalu ada orang-orang yang menganggap bahwa laki-laki yang sedikit kurang kompeten lebih baik dibanding perempuan yang sangat kompeten. Spesifikasi mereka seolah tiba-tiba jadi kurang hanya karena terlahir sebagai perempuan.

Di potongan cerita lain, Misaeng juga mengangkat bagaimana perempuan mendapat pelecehan seksual dari rekan senior  di kantor mereka. Lalu ketika supervisor perempuan yang lain angkat bicara, pelaku akan mengelak. 

Orang-orang di kantor akan merasa bahwa hal seperti itu tidak seharusnya dijadikan permasalahan besar. Senior laki-laki yang melecehkan tidak akan mendapatkan konsekuensi apa-apa. Bagi saya, ini jelas merupakan nomalisasi pelecehan seksual. Suatu ancaman yang sangat besar bagi perempuan di dunia kerja.

Misaeng juga mengangkat sedikit cerita mengenai ibu yang bekerja. Terkadang para ibu pekerja mau-tidak mau berpikir untuk berhenti bekerja karena merasa kurang dekat dengan anak akibat terlalu sibuk. 

Suatu permasalahan yang pasti pernah dirasakan semua ibu yang sibuk bekerja. Sekaligus uatu permasalahan yang tentunya tidak dialami ayah, sebab laki-laki memang diharapkan untuk menjadi tulang punggung keluarga. 

Saya pribadi menyaksikan hal ini secara dekat sebab ibu saya adalah pekerja. Suatu hal yang sangat biasa saat ibu disalahkan lebih besar dibanding ayah ketika terjadi sesuatu pada anak. Hal yang sama juga terjadi jika istri bertengkar dengan suami. Istri menjadi pihak yang disalahkan karena dianggap kesibukannya membuat suami terlantar.

Bukan hanya ibu, saya juga memiliki beberapa teman yang berpikiran bahwa suatu saat ketika menikah, mereka akan berhenti bekerja sebab itu akan lebih baik bagi suami dan anak. Kata mereka, harga diri suami akan terancam dan merasa tidak dibutuhkan jika istri bisa mencari uang sendiri, apalagi jika memiliki pendapatan yang lebih tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun