Dewasa kini orang tua dihadapkan dengan tantangan yang sangatlah berat. Di era digital ini orang tua dituntut untuk sadar teknologi dan melek media. Teknologi yang kini berkembang pesat memudahkan berbagai kalangan untuk menggunkannya. Barang-barang digital dan akses internet, bukan lagi hal yang asing bagi seluruh kalangan umur, termasuk anak-anak yang sering terpapar oleh arus informasi di internet.
 Sejak terbukanya kebebasan informasi dan teknologi media, pertumbuhan media massa dan media baru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media komunikasi yang telah bermetamorfosis menjadi media digital itu perkembangannya semakin beragam, lebih gampangnya direpresentasikan oleh pertumbuhan smartphone dan sejenisnya Menurut Baran (2010:23), media berpengaruh terhadap budaya khalayak dengan ragam cara. Maka tidak heran jika kehidupan masyarakat kita saat ini tidak bisa terpisahkan oleh kehadiran teknologi media komunikasi.
Di internet memang hal positif dan negatifnya datang di waktu bersamaan. Misalnya, konten 17 ke atas, pornografi, atau kekerasan (yang tak patut dilihat anak-anak). Tidak salah jika internet membebasakan kita untuk mengakses segala kebutuhan kita, seperti hlanya akses informasi, berita, pembelajaran dan lainnya. Namun  tak menutup kemungkinan jika internet memberikan dampak negatif bagi pengguna, utamanya anak-anak.
Kebanyakan dari anak-anak memiliki rasa ingin tahu dan penasaran yang sangat besar terhadap apa yang baru mereka kenal atau temui. Bisa saja tanpa sengaja seorang anak membuka sebuah situs orang dewasa yang tidak layak mereka lihat. tentunya itu dapat berakibat buruk pada anak tersebut dan mungkin mempengaruhi perkembangannya. Selain itu dampak negatif lain adalah, anak bisa kecanduan internet atau game online yang akan membuat anak tersebut menjadi malas dan tidak mengenal waktu. Jadi seharusnya anak-anak diberikan pengawasan dari orang tua dalam menggunakan internet, sehingga anak dapat diarahkan ke-hal yang lebih positif dan dapat terhindar dari dampak negatif.
Sebagai orang tua tahukah kita bila anak kita mungkin sudah kecanduan gadget, berkeliaran membuka situs-situs dewasa atau bermain game yang berisi kekerasan dan pornografi serta hal-hal negatif lainnya yang bisa saja mengubah perilaku anak.
Lalu bagaimanakah kita sebagai orang tua untuk membatasi atau membimbinga anak kita, jawabannya adalah literasi media, yakni kemampuan untuk memahami apa, dan bagaimana media itu bekerja. Tujuannya, agar anak-anak menjadi sadar atau melek tentang cara tayangan media dibuat dan diakses. Literasi media juga disebut dengan melek media.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan orang tua dalam literasi  media tersebut antara lain:
Pertama, melakukan pendampingan dalam menonton acara televisi. Berikan pemahaman, bahwa adegan di film, atau di sinetron bukan adegan yang sesungguhnya dan hanya hiburan sehingga tidak layak ditiru. Jelaskan juga, bahwa adegan di film dibuat agar seru dan menegangkan agar penonton tidak bosan;
Kedua, batasi waktu nonton anak, yakni dalam sehari hanya sekitar 2-3 jam. Anak-anak juga jangan dibiarkan menonton acara-acara yang tidak sesuai dengan usianya;
Ketiga, meletakkan televisi di ruang keluarga (jangan di kamar anak);
Keempat, tanamkan pengetahuan tentang bagaimana sebuah tayangan  di media dibuat dan ditampilkan di televisi,  dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak;
Kelima, tanamkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari;Â
Keenam, lakukan dialog, berbicara dua arah dengan anak.
Peran orang tua di era digital ini memang cukup berat, oleh karena itu kita dituntut untuk melek media dan melek teknologi. Â Kerjasama suami istri sangat diperlukan, karena mendidik anak bukan tanggung jawab ibu saja atau ayah saja. Â Tetapkan bersama tujuan mendidik anak untuk apa, hasil survey menyebutkan banyak sekali orang tua yang tidak paham apa tujuan mereka mendidik anak. Ayah dan ibu pun harus memiliki kesamaan pandangan. Â Memiliki hubungan yang akrab dengan anak wajib hukumnya, sudah bukan jamannya lagi mendoktrinasi, bersikap otoriter kepada mereka, di jaman ini hubungan yang terbaik adalah menjadikan kita sebagai teman bagi anak-anak kita.
Dengan demikian tantangan yang dihadapi kita para orang tua sangatlah berat. Di era digital ini orang tua dituntut untuk sadar teknologi dan melek media. Jangan asal membelikan gadget untuk anak tanpa memberikan edukasi yang cukup mengenai manfaat dan dampak buruknya. Tahu saat yang tepat pada usia berapa anak membutuhkan gadget. Karena sangat tidak bijak menghadirkan gadget sebagai "pengasuh" bagi balita kita. Pastikan mereka mampu bertanggung jawab terlebih dahulu, barulah bergadget kemudian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H