Secara umum sebagian orang mengenal plankton hanya sebatas pada organisme mikroskopik baik yang berkarakteristik tanaman (fitoplankton) atau hewan (zooplankton). Peranan plankton tak hanya sebagai makanan bagi organisme akuatik, namun memiliki peranan yang lebih besar dari ukurannya. Kebutuhan akan oksigen di bumi tak hanya dipenuhi oleh pepohonan yang menghasilkan oksigen. Nyatanya, hampir 80% oksigen di bumi dihasilkan oleh plankton mampu memproduksi oksigen dari proses fotosintetis.
Plankton sebagai sumber nutrisi
Hmm… lantas pernahkah kita membayangkan plankton juga bisa menjadi sumber nutrisi bagi manusia?. Ternyata bangsa Aztec telah mengkonsumsi Spirulina sejak abad 14 – 16. Begitu pula dengan bangsa China sejak lebih dari 2000 tahun lalu telah mengkonsumsi  Arthospira, Nostoc, dan Aphanizamenon). Kebutuhan nutrisi manusia yang selama ini didapatkan dari protein nabati dan hewani dari tahun ke tahun akan semakin meningkat. Lonjakan jumlah penduduk dunia yang dikhawatirkan makin tak terkendali yang saat ini mencapai 7 miliar jiwa, harus diiringi dengan peningkatan kebutuhan pasokan nutrisi baik dari segi kuantitas dan kualitas. Jika tidak ada alternatif sumber pangan yang bernutrisi tinggi dapat menyebabkan kualitas sumberdaya manusia menurun akibat tak terpenuhinya kebutuhan gizi.
 Paradigma masyarakat saat ini masih menilai bahwa makan haruslah dengan makanan yang diolah dengan rasa enak dikonsumsi dan mengenyangkan. Padahal yang penting bukan hanya enak dilihat dan nikmat saat dimakan, namun makanan tersebut haruslah mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Nah beberapa perusahaan telah memproduksi massal produk suplemen nutrisi dan kesehatan yang memanfaatkan plankton, yaitu Chlorella sp dan Spirulina sp. Selain itu ternyata ada satu jenis lagi plankton yang diklaim ahli saintis menjadi sumber makanan ideal yaitu Euglena gracilis.
Untuk menjadikan plankton sebagai sumber nutrisi masa depan, ada baiknya kita mengenal kandungan gizi dari ketiga jenis plankton tersebut
Chlorella sp
Spirulina sp
Euglena gracilis
Protein : 60,5%
Karbohidrat : Â 26%
Lemak : 2%
Protein :50 – 61 %
Karbohidrat : 13 – 16%
Lemak : 6 – 7%
Protein : 39 – 61 %
Karbohidrat : 14 – 18%
Lemak : 14 - 20%
Vitamin : A, B1, B2, B6, B12, C & E, niasin, asam pantotenat
Vitamin : A, B1, B2, B3, B12, C
Asam pantotenat
Vitamins  : α -carotene, β -carotene, biotin, B1, B2, B6, B12, C, D, E, asam folat, K1, niasin, asam pantotenat
Mineral : Asam folat, kalsium, fosfor, iodium, magnesium, besi,
Mineral : Asam folat, kalsium, kalium, natrium, fosfor, magnesium, zat besi, zinc, mangan dan selenium
Mineral : Kalsium, besi, magnesium, mangan, fosfor, potassium, sodium, zinc
Asam amino : Lysin, Histidin, Arginin, Treonin, Serin, Prolin, Alanin, Asam glutamate, Triptofan, Leusin, Valin,
Asam amino : isoleucine, leucine, lysine, tryptofan, alanine, arginine, asam glutamic, histidine, tyrosin,
Asam amino : palin, leucin, isoleusin, alanine, arganin, lisin, asam aspartate, asam glutama, tirosin, tryptophan, glisin, serin, sistin
Manfaat mengkonsumsi produk pangan berbasis plankton
Saat ini produk yang memanfaatkan plankton diproduksi secara massal dalam bentuk tablet, kapsul, minuman kaleng, permen, serbuk dan dicampur dalam pangan lain untuk meningkatkan nilai nutrisi dan rasanya. Berbagai manfaat yang akan kita dapatkan dari rutin mengkonsumsi salah satu dari ketiga plankton diatas mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh sehingga dapat menyediakan energi bagi tubuh, mampu mengaktifkan sel – sel penting untuk mengeluarkan senyawa toksik dari dalam tubuh, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menekan kolesterol dan tekanan darah tinggi,  kandungan antioksidan tinggi, mengurangi resiko terkena penyakit kanker dan jantung, memperbaiki sistem pencernaan,dan merawat kesehatan kulit.
Prospek Masa Depan
Indonesia merupakan negara tropis, garis pantai terpanjang kedua di dunia dan sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka berpotensi besar sebagai negara dalam memproduksi plankton sebagai alternatif pangan. Menurut van Harmelen dan Oonk (2006) memaparkan bahwa wilayah negara dengan suhu di atas 150C cenderung merupakan negara yang cocok untuk memproduksi plankton. Selain itu dalam membudidayakan plankton memiliki waktu panen yang relatif cepat dibandingan tanaman lain dan teknologi budidaya plankton harus dikuasai dengan baik.Â
Kendala yang dihadapi saat ini masih minimnya peran pemerintah dan swasta untuk mengembangkan produksi plankton untuk alternatif kebutuhan dalam negeri. Â Tak hanya itu, animo masyarakat untuk beralih ke pangan alternatif masih sangatlah rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk mulai merintis industri produk pangan berbasis plankton agar menghasilkan produk pangan yang bergizi tinggi, murah, dan dapat dikonsumsi masyarakat. Prospek di masa depan, produk pangan berbasis plankton tidak hanya dalam bentuk tablet dan serbuk tapi menjadi produk pangan inovatif seperti dicampur dalam mie instan, permen, dan komoditas utama lain untuk meningkatkan nilai gizi dalam kehidupan masyarakat Indonesia (Azimatun Nur, 2015) .Â