Mohon tunggu...
Restu Putri Astuti
Restu Putri Astuti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mereka tidak peduli dengan banyaknya pengetahuanmu, tapi seberapa besar kepedulianmu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

WFD dan EMS, Momok Budidaya Udang Vanname

15 November 2015   20:55 Diperbarui: 15 November 2015   20:55 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Pesatnya budidaya udang yang menjadi tumpuan utama kehidupan lebih dari 6 juta penduduk di wilayah pesisir Indonesia berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan. Sistem intensif budidaya udang vanname membuat rentannya udang terserang penyakit akibat menurunnya daya dukung lingkungan. Tidak dapat dipungkiri  penurunan daya dukung lingkungan karena rendahnya pengelolaan kegiatan budidaya perikanan yang berasaskan aspek keberlanjutan. Seperti halnya produksi budidaya udang vanname Thailand  yang mengalami stagnasi dan cenderung turun akibat terkena efek EMS (Early Mortality Syndrom) turun dari 250,000 MT pada 2013 menjadi 220,000 MT  pada tahun 2014.  Penyakit EMS (Early Mortality Syndrom) menjadi momok bagi pembudidaya udang karena bisa menyebabkan kematian hingga 100% pada udang budidaya berusia 20-30 hari. Hasil penelitian Donald Lightner, ahli patologi udang dari University of Arizona telah mengidentifikasi patogen penyebab EMS yaitu  sebuah galur unik dari bakteri Vibrio parahaemolyticus. Hingga saat ini penanganan penyakit EMS masih dalam tahap riset lebih lanjut.

Sebelum merebaknya penyakit EMS, terlebih dulu ditemukan penyakit WFD (White Faeces Diseases) atau penyakit kotoran putih. Penyakit WFD ini menyebabkan nafsu makan udang menurun, plankton drop dan pakan banyak tersisa. Lalu terlihat kotoran putih mengambang di petakan tambak budidaya. WFD menyerang pada saat DOC (Day of Culture) 60 hari ke atas. Penyakit WFD disebabkan kurang bijaknya pelaku pembudidaya udang dalam mencapai pertumbuhan udang sesuai target sehingga pemberian pakan dilakukan berlebihan. Tentu berlebihnya pakan menyebabkan tingginya bahan organik di perairan sehingga memicu pesatnya berbagai sumber penyakit untuk tumbuh.

Seperti dikutip dari website bluppbkarawang.com pada acara workshop pengendalian budidaya udang, mulai munculnya WFD di Indonesia perlu mewaspadai merebaknya penyakit EMS walaupun kedua penyakit tersebut belum mampu dibuktikan secara nyata memiliki keterkaitan. Sidrotun Naim S. Si, M. Mar. ST, Ph D ahli penyakit udang menjelaskan bahwa serangan penyakit pada umumnya diawali dengan menurunnya kualitas lingkungan budidaya diantaranya meningkatnya konsentrasi Total Amonia Nitrogen (TAN) dan alkalinitas, tingkat kecerahan yang lebih rendah serta adanya suksesi plankton dari Cyanophyta menjadi jenis Dinoflagellate dan Ciliata/Protozoa.  Sedangkan secara mikrobiologi tambak yang terserang WFD memiliki jumlah vibrio koloni hijau yang lebih tinggi dibandingkan tambak normal. Penyebab WFD diduga kuat disebabkan oleh kombinasi serangan parasit Gregarin dan bakteri vibrio.  Pengendalian yang diupayakan adalah dengan aplikasi probiotik Bacillus spp., aplikasi vitamin C serta deteksi dini berdasarkan kualitas air dan mikroba

Guna mengantisipasi penyakit WFD maupun EMS adalah dengan adanya pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi kualitas lingkungan dan kesehatan udang. Alangkah baiknya jika dalam satu kawasan budidaya udang vanname memiliki fasilitas laboratorium. Laboratorium yang terdiri dari terampilnya kompetensi sumberdaya manusia, ketersedian peralatan dan bahan uji serta standar metode uji  analisa kualitas air maupun kesehatan udangTentu saja hal ini akan memberikan alternatif penanganan berdasarkan data uji dari laboratorium. Selain itu didukung dengan komitmen pembudidaya udang yang mampu menerapkan standar Good Aquaculture Practices (GAP). Pada akhirnya tercapailah kegiatan budidaya perikanan yang berkelanjutan.

 

 

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun