Banyak orang mengira pekerjaan menulis di Indonesia adalah pekerjaan yang paling tidak menguntungkan secara materi. Persepsi itu muncul karena memang industri perbukuan dan kepenulisan belum sebergiat seperti di luar negeri.
Maklum tingkat melek literasi masyarakat Indonesia masih rendah jika dibandingkan masyarakat luar. Banyak penulis buku hidup miskin karena hasil jerih payah kerja pikirannya tidak bisa memberinya penghidupan yang layak.
Tapi apakah kerja menulis memang sebegitu parahnya sehingga tidak bisa menghasilkan. Jika presentasenya satu berbanding 10 dari tingkat penulis yang berhasil hidup dengan layak, mengapa kita tidak mencoba mencapai dari level yang satu.
Jika hanya ada 20 persen saja penulis yang karyanya bisa best seller, mengapa kita tidak mencoba untuk mencapai derajat yang 20 persen itu.
Apa yang membuat suatu karya bisa menjual dan laku dijual? Pertanyaan penting ini pada akhirnya akan muncul setelah karya itu dibuat. Tapi kini bagi seorang penulis, ia sudah harus bisa membaca kepada siapa buku yang ia kerjakan ini nantinya akan dibaca. Itu target market yang harus sudah penulis bayangkan bahkan jauh sebelum buku itu ditulis.
FLP Bogor pada Minggu (23/12/2018) lalu menghadirkan sesi pelatihan bagi angkatan Pramuda sebagai syarat menjadi anggota. Pelatihan yang disuguhkan yakni bagaimana menulis bisa membuat orang jadi punya finansial yang cukup.
Ternyata banyak yang bisa dilakukan seorang penulis melalui aktivitas ngeblog di dunia maya. Di era digital dan media sosial seperti sekarang ini aktivitas menulis di internet sangatlah menjanjikan.
Bayaran bagi seorang content writer, copywriter, influencer, reviewer produk di internet bisa menjadi pintu bagi seorang penulis mendapatkan uang.
"Anda tinggal memiliki domain atau alamat blog, lalu konsisten menulis," ujarnya.
Ia menyarankan kepada peserta untuk mempelajari lebih lanjut pola penulisan di media digital. Seperti menguasai keyword, SEO, distribusi media sosial.
Bukan itu saja, jejaring komunitas sesama blogger, menurutnya, juga perlu dicari dan dijaga.
"Karena dari situ biasanya saya dapat info-info sayembara, atau bahkan job-job menulis," beber Sekum FLP Pusat itu.
Beberapa kali Sri mendapatkan juara di sejumlah kontes menulis. Hadianya bisa untuk modal bekerja memperbarui situsnya.
Bahkan di satu acara ia pernah mendapatkan doorprize laptop. "Rejeki anak kali ya," ucapnya.
Tips yang paling utama dari seorang blogger, kata dia, hanyalah konsisten menulis. Diutamakan menulis yang mencerahkan sesuai dengan interest masing-masing.
"Karena saya banyak tertarik di dunia pendidikan anak, maka banyak tulisan-tulisan dan reviewer atas produk dikaitkan dengan interest saya itu," jelasnya.
Pada sesi kedua, materi dibawakan oleh mantan Ketua FLP Ciputat Rochmad Widodo. Ia menyampaikan materi digital marketing. Sebagai orang yang telah luas pengalaman di dunia industri buku, kepenulisan, dan marketing, Mas Dodo panggilan akrabnya menekankan pada prinsip dasar marketing.
Ia menyebutnya 4P, yakni Product, Price, Place, Promotion. Empat elemen itu menjadi jalan bagi sebuah produk laris di pasaran.
"Digital itu hanya alat, tapi kita harus tahu ke mana dan bagaimana produk itu harus dijual," ujarnya.
Mengapa ada buku mahal yang laris dan buku murah hanya tergeletak berserakan begitu saja di toko buku?
Jawabannya adalah ada pada nilaai suatu produk itu tadi. bagaimana suatu tulisan di media sosial bisa mempengaruhi banyak orang sehingga menjadi viral?
Semua menurutnya memang berdasarkan konsep marketing. Ditulis dan disebarkan dalam waktu yang tepat. Sehingga, kata Widodo, jikalau ingin memilih dua kutub profesi dalam menulis pilih dengan meyakinkan dan tempih resikonya.
"Mau dimulai dengan menulis (berdasarkan) idealisme, atau mau (dimulai) dari penulis industri, keduanya punya resiko masing-masing," jelasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H