Saya lebih banyak berdiskusi dengannya masalah proses kreatif ketimbang passionnya saat ini sebagai Poet Musician, karena saya memang kurang kompeten dalam hal musik. Oleh karenya saat ia mulai berbicara musik saya lebih banyak mendengarnya. Mungkin seandainya Aras Layung yang di posisi saya, dia yang akan berdiskusi hebat masalah musikalisasi puisi.
Pada hari ketiga saya melihat performancenya dalam tajuk Sastra & Rock. Lalu melihat staminannya yang saya tahu karena sering curhat di kamar sedang kurang enak badan, ia betul-betul all out. Energik. Usianya yang saya taksir sudah tak bisa lagi jingkrak-jingkrak layaknya anak muda, ternyata meleset. Musikalisasi rock puisinya sempurna. “Yang kecil di bumi dibesarkan langit…”. Waw.
Yang nyangkut di kepala saya hanya itu, selebihnya, di luar 2208, di luar 2324, di luar ulah Firman Venayaksa dan Matdon, di luar kelakuan Rahmad Heldy, saya kembali pada lautan dan perempuan. Pantai Sulamadaha, Kampung Tubo, Benteng Kalamata, Clubbing Laguna. Ternate membikin saya mabuk. Hahaha. Kitorang mau pigi minum guraka di pinggir pantai…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H