Apa itu ada? Apa itu benar? Apa itu definisi?
Penulis berpikir dan yakin bahwa definisi adalah batas yang bisa membatasi.
Menurut jumhur filsuf yang masyhur dengan karya-karyanya, ada adalah apapun yang bisa diterima oleh rasio (akal) manusia dan dirasakan panca indra manusia.
Menurut teori kebenaran yang dikemukakan banyak filsuf (salah satunya John Locke), benar adalah apapun yang memenuhi 3 syarat, yaitu koheren (konsisten atau tidak kontradiktif), korespondentif (pernyataan dan kenyataan sesuai), dan pragmatis (punya manfaat atau nilai praktis).
Tuhan itu ada?
Pasti, karena matahari lebih besar dari bumi, langit pertama banding langit kedua seperti jarum di tengah gurun, langit kedua banding langit ketiga seperti jarum di tengah gurun, dan seterusnya ada Allah yang mendefinisikan diriNya ada di Arsy yang dipikul 8 malaikat hamalatul arsy. Bukti dalil (petunjuk) tertera.
> "dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka" (QS.69:17).
> Imam Thabrani mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: "Aku diizinkan Allah SWT menjelaskan salah satu sifat Malaikat pemikul 'Arasy. Kedua kakinya berada di bumi paling bawah, di atasnya ada 'Arasy, dan jarak antara ujung telinga sampai pundaknya sejauh terbangnya burung selama 700 tahun. Mereka selalu bertasbih : سُبْحَانَكَ حَيْثُمَا كُنْتَ "
(HR. Thabrani).
Tuhan itu benar?
Keberadaan Allah SWT memenuhi 3 syarat teori kebenaran, Allah SWT anugerahkan manusia intelektualitas yang diatur oleh Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan bahkan di dunia yg tidak ada kebenaran absolut alias semua cuman teori dan hukum sesaat yang bisa diperbaharui oleh teori dan hukum lainnya yang lebih akurat.
Makanya kalau mau cari keadilan dan kebebaran absolut, ya adanya cuman di akhirat.
Mati itu keharusan universal, jadi harus dibawa enjoy, dinikmati dan dipersiapkan.
Terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berpikir (Ulil albab) dalam QS.Ali-Imran ayat 190-191.
Logika filsafat sejatinya menuntun manusia untuk mengenal Tuhannya, ketika tidak berarti ada yang salah dengan kerangka berpikir filsafatnya yang tidak spekulatif, tidak rasional, kurang radikal dan kurang dilandasi kepercayaan bahwa kebutuhan primer manusia adalah mempercayai sesuatu (Bahkan ateis adalah sebuah kepercayaan bahwa ia mempercayai ketidakadaannya Tuhan).
Wallaahu a'lam, wastaghfirullaah. (RK 020722)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H