Mohon tunggu...
Restu Hidayat
Restu Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin

Coffe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Tabaruk: Cium Tangan Ustadz di Indonesia

21 Juni 2024   09:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   09:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi tabaruk, yang dalam konteks budaya Islam di Indonesia sering diwujudkan dalam bentuk mencium tangan seorang ustadz atau kyai, tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Tabaruk sendiri berasal dari kata "barakah" yang berarti berkah. Mencium tangan ustadz atau kyai dianggap sebagai bentuk penghormatan dan cara untuk mendapatkan berkah dari seorang yang dianggap memiliki ilmu agama yang tinggi.

Dalam berbagai acara keagamaan, mulai dari pengajian rutin hingga perayaan hari besar Islam, praktik mencium tangan ustadz bisa dengan mudah ditemukan. Hal ini tidak hanya terjadi di desa-desa atau pesantren, tetapi juga di kota-kota besar. Banyak masyarakat percaya bahwa dengan mencium tangan ustadz, mereka mendapatkan keberkahan dan doa dari sang ustadz, yang diyakini dapat membawa kebaikan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menghormati Ilmu dan Guru

Ustadz Ahmad Junaidi, seorang tokoh agama di Jakarta, menjelaskan bahwa tradisi ini berakar pada ajaran Islam yang menekankan penghormatan kepada orang-orang berilmu. "Dalam Islam, kita diajarkan untuk menghormati ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama. Mencium tangan adalah salah satu cara menunjukkan rasa hormat dan cinta kepada mereka," ujarnya.

Selain itu, menurut Ustadz Ahmad, tradisi ini juga mengajarkan tentang pentingnya adab dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. "Adab dalam berinteraksi, terutama dengan guru dan orang tua, sangat ditekankan dalam Islam. Ini adalah salah satu cara kita mempraktikkan nilai-nilai tersebut," tambahnya.

Pandangan Berbeda di Tengah Masyarakat

Meskipun banyak yang mendukung, tradisi mencium tangan ustadz tidak luput dari kritik. Beberapa pihak berpendapat bahwa praktik ini bisa berpotensi menimbulkan sikap berlebihan dalam penghormatan yang mendekati pemujaan individu, sesuatu yang dilarang dalam Islam. Mereka juga menyoroti bahwa esensi dari tabaruk seharusnya lebih ditekankan pada peningkatan kualitas ibadah dan amal, bukan sekadar ritual fisik.

"Saya menghargai tradisi ini sebagai bagian dari budaya kita, namun kita juga harus bijak dalam memaknainya. Jangan sampai kita lebih fokus pada ritualnya daripada pada tujuan utama yaitu mendekatkan diri kepada Allah," ujar Dr. Hanafi, seorang akademisi di bidang studi Islam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun