Mohon tunggu...
Restu Dewanto
Restu Dewanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Kabar Bumi?

19 September 2016   13:33 Diperbarui: 19 September 2016   13:35 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Surat Untuk Bumi Indonesia

Semarang, 16 September 2016

Sudah sekitar beribu ribu tahun lamanya bumi  bertahan dan berevolusi. Dalam kurun waktu tersebut juga banyak hal yang sudah kau lewati. Mulai dari gunung meletus, gempa, tsunami, hingga evolusi manusia. Banyak yang sudah kau berikan kepada manusia sampai sekarang. Bahkan yang kau berikan kepada kami masih berlimpah ruah. Tetapi, semua itu seakan tinggal cerita. Sekarang banyak sekali manusia manusia yang egois, memikirkan diri sendiri dan golongannya. Kaum kami sendiri pun sampai harus bertengkar satu sama lain demi mendapatkan sumber daya yang masih tersisa.

Meskipun masih ada golongan yang mempertahankan sumber daya, itupun belum sebanding dengan apa yang diambil darimu. mereka dengan seenaknya membangun dan merusak di lahan yang masih hijau. Mebongkar hutan yang masih perawan, mencemari laut dengan oli, dan mencemari langit dengan polusi asap. Sudah terlalu banyak sampah yang dihasilkan dari pabrik, mall, dan gedung gedung lainnya. Semua itu aku rasakan disini, Indonesia.

Sampai saat ini, sudah diupayakan agar sumber daya dan keindahan bumi tidak kembali diambil dan dirusak oleh orang tak bertanggung jawab. Aku pun tak habis pikir, apa yang akan mereka lakukan setelah mengambil dan menghabiskan semua sumber daya alam yang tersedia? Mungkin mereka akan mulai berpikir kembali akan dampak yang akan terjadi, setelah mereka menghabiskan sumber daya alam tentunya.

Semua ini tidak akan terjadi pada Bumi Indonesia tercinta jika sifat ego dan kerakusan pada diri manusia tidak terlalu digunakan. Pasti kita akan terus menerus menikmati keindahan alam mu. Sungai yang jernih, laut yang bersih, hutan yang hijau, dan taman yang sejuk. Alangkah indahnya jika kau masih dalam keadaan subur.

Kami masih mengupayakan untuk menyelamatkan sisa sisa sumber daya mu dari tangan tangan penuh hasrat. Hasrat untuk menang, hasrat untuk menguasai, dan hasrat untuk memiliki. Memiliki dengan cara yang salah, menguasai dengan seenaknya, menang dalam penguasaan tidak berarti menang dalam kehidupan. Sebenarnya banyak cara yang benar dalam menguasai dan memiliiki sumber daya.

Maafkan kami bumi, meskipun kami telah banyak melakukan hal hal keji kepadamu, kuharap kamu tidak marah dan mengambek. Karena jika mengambek, akan sangat panjang urusannya. Pertahankanlah apa yang bisa kamu pertahankan. Bertahanlah lebih lama lagi. Kami disini juga mempertahankan dan memperjuangkan apa yang bisa kamu pertahankan dan perjuangkan. Kami juga berusaha untuk memperbarahui sumber daya mu. Memperbaharui dan memperbaiki apa yang telah kami lakukan di masa lampau. Dan juga, kami tak lupa untuk mengambil satu hari dalam setahun untuk merayakan Hari Bumi. Agar kaum kami selalu teringat dengan perjuangan yang telah kau lakukan.

Mungkin inilah curahan hati yang dapat kusampaikan kepadamu bumi. Curahan hati yang mewakili ratusan, ribuan, hingga jutaan umat manusia dalam memperjuangkanmu. Kami pun tak habis pikir lagi, mengapa mereka dengan senang dan sukarela jika diadakan pembangunan gedung gedung pencakar langit dan mall. Serta mendirikan pabrik yang dapat membuat polusi di langit. Tak luput juga dalam permasalahan di laut dan di dalam tanah. Semua itu dilakukan kepadamu tanpa sedikitpun kamu mengeluh resah. Tanpa satupun kamu marah kepada kami. Tetapi kamu malah menerima dengan lapang dada begitu saja. Perasaanku saat ini tak bisa dibendung lagi. Ingin rasanya aku memperingati setiap hari dengan Hari Bumi.

Kawanmu tercinta,Restu De

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun