Puasa sunnah di bulan Rajab merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan oleh banyak ulama tasawuf. Menurut al-Qushayri dalam Al-Risalah al-Qushayriyyah, puasa Rajab memiliki kedudukan khusus dalam membersihkan hati dari kekotoran duniawi. Puasa di bulan Rajab dianggap sebagai sarana untuk memperkuat kesabaran dan pengendalian diri, serta sebagai upaya untuk mengurangi keterikatan pada hal-hal material dan memperbanyak fokus kepada Allah.
* Dzikir dan Salat Malam
Amalan dzikir dan salat malam (tahajjud) selama bulan Rajab memiliki tempat yang sangat penting dalam ajaran tasawuf. Menurut Ibnu Arabi dalam Al-Futuhat al-Makkiyyah, dzikir adalah sarana untuk mengingat Allah secara terus-menerus, yang dapat membawa seorang salik menuju kesucian jiwa dan meningkatkan kesadaran batin. Salat malam juga dianjurkan sebagai bentuk kedekatan spiritual dengan Allah, terutama ketika seorang hamba terjaga di malam hari, merasakan kehadiran-Nya dalam keheningan malam.
* Doa dan Istighfar
Bulan Rajab juga merupakan waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak doa dan istighfar (memohon ampunan). Para sufi percaya bahwa doa yang dipanjatkan pada bulan Rajab akan lebih mudah diterima oleh Allah karena bulan ini dianggap penuh dengan rahmat dan pengampunan. Oleh karena itu, salik dianjurkan untuk memperbanyak permohonan ampunan atas dosa-dosa masa lalu dan memohon agar diberikan taufik dan hidayah untuk semakin dekat dengan Allah.
3.Bulan Rajab Sebagai Gerbang Menuju Pencerahan Spiritual (Makrifat)
Salah satu tema utama dalam ajaran tasawuf adalah pencapaian ma'rifah (pengetahuan batin atau makrifat), yaitu pengetahuan yang tidak hanya bersifat intelektual tetapi juga pengalaman langsung tentang realitas ilahi. Bulan Rajab dianggap sebagai bulan yang memfasilitasi perjalanan menuju makrifat ini. Dalam tradisi tasawuf, seorang salik harus melalui proses pembersihan hati dan jiwa untuk bisa mengenal Tuhan secara lebih dalam. Bulan Rajab, dengan keistimewaannya, dianggap sebagai pintu gerbang untuk memulai proses spiritual yang lebih tinggi yang berlanjut hingga bulan-bulan berikutnya seperti Sya'ban dan Ramadhan.
Sebagai contoh, dalam ajaran al-Ghazali, bulan Rajab dipandang sebagai waktu yang sangat baik untuk memulai perjalanan spiritual. Proses ini dimulai dengan tazkiyah dan berlanjut dengan pencapaian ma'rifah melalui ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran batin. Seiring dengan amalan-amalan tersebut, seorang salik diharapkan dapat mencapai pencerahan batin yang lebih mendalam, yang pada gilirannya membawanya lebih dekat dengan Allah.
4.Refleksi Sejarah dan Spiritualitas: Isra' Mi'raj
Bulan Rajab juga memiliki dimensi historis yang sangat penting dalam sejarah Islam, yakni peristiwa Isra' Mi'raj, yaitu perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian naik ke langit. Dalam tasawuf, peristiwa ini dipandang sebagai simbol dari perjalanan batin seorang hamba yang terus mendekat kepada Allah. Peristiwa Isra' Mi'raj mengajarkan bahwa setiap hamba dapat melakukan perjalanan spiritual menuju kedekatan dengan Tuhan, meskipun dalam bentuk yang berbeda. Oleh karena itu, bulan Rajab juga menjadi waktu untuk merefleksikan perjalanan spiritual ini, baik melalui ibadah ritual maupun dengan mendalamkan kesadaran batin.
5.Dampak Bulan Rajab terhadap Transformasi Spiritual