Dan pada hari itu, hatiku sangat hancur berkeping-keping, perasaan ini sangatlah rapuh, pun mataku berkaca-kaca.
Keesokan harinya aku pergi ke rumah sahabatku, ternyata dia sedang senyam-senyum sendiri melihat handpond yang ia genggam, mungkin nai sedang bahagia chatan dengan pacarnya, dan pula entah siapa pacarnya?, tapi aku bersyukur karena nai bahagia dengannya walaupun melalui chat.
Seketika, aku langsung keingat diriku sendiri, yang masih mempunyai masalah hati, serta belum terselesaikan permasalahannya, hingga aku menangis di hadapan nai.
"Kamu dateng-dateng kok nangis ra? Coba ceritain ada masalah apa? Tanya sahabatku.
"Aku kesal dengan Kevin, dia sekarang mengabariku nai, tapi sekali dia bales di chatan, dia malah lama ngebalesnya" ucapku sambil menangis di pangkuannya.
"Mungkin kevin lagi sibuk ra, jadi lama ngebalesnya, kamu jangan pesimis makanya" ujar nai, sambil  menenangkanku.
"Mengapa harus sibuk? Apakah ia sesibuk itu? Sampai-sampai mencampakanku?, dia masih bersamaku dan masih mempunyai status pacaran denganku, sesibuk-sibuknya orang pasti ada istirahatnya. Secapek-capeknya orang pasti ada waktu luangnya". Ujarku dengan nada kesal.
Walaupun kevin sibuk, kan setidaknya ia mengabariku, dan jika kevin memang benar-benar sibuk, aku gak papa kevin tidak mengabariku sama sekali, tetapi satukali aja dia ngabarin kepadaku, mungkin aku tidak akan menghiraukannya.
"Hey ra, kamu harus ngertiin dia, kamu jangan mikir hal yang aneh-aneh deh" ucap nai sambil nunjuk-nunjuk kepadaku dengan nada yang agak ngegas.
"Kamu gak bakalan ngerti di posisiku nai!, pacarmukan sering ngabarin kamu setiap hari!" jawabku sambil melotot kepada nai.
"Makanya kamu jangan egois!, kalau kamu begini, kevin gak bakalan mau lagi sama kamu, camkan itu!" ujar nai dengan nada yang keras.