Akhir-akhir ini, saya menghabiskan waktu untuk membaca buku Perang-Perang Terhebat Sepanjang Sejarah karya Oryza Aditama dan H Kenzou Alvarendra.
Saya menemukan ada satu perang yang sudah tidak asing ditelinga saya (bahkan kalian), yaitu perang Troya. Perang Troya merupakan salah satu perang terbesar di Eropa Kuno yang sangat melegenda. Perang yang dahsyat ini diawali dari kedua belah pihak Aliansi Yunani (Sparta) dan Kerajaan Troya yang memperebutkan seorang wanita bernama Helene (konon ia adalah wanita tercantik saat itu) yang merupakan istri dari Menelaos salah satu penguasa Sparta. Perang yang berlangsung kurang lebih 10 tahun ini, melibatkan panglima-panglima perang ternama dari kedua belah pihak disorot. Salah satu diantaranya, Odysseus (Odyssey) dari aliansi Yunani.
Berbeda dari panglima lainnya, Odysseus memiliki tingkat kecerdikan yang tinggi menurut saya alias banyak akal. Sebagai informasi, Odysseus merupakan salah satu dari sekian banyak pria yang (dulu) ingin melamar Helene. Namun, Odysseus memilih berhenti ditengah jalan karena ia lebih tertarik untuk meminang sepupu Helena, yaitu Penelope. Akhirnya, Odysseus berhasil mendapatkan hati Penelope dan keduanya dikaruniai seorang putra dari pernikahan mereka.Â
Namun, karena terikat pada sebuah sumpah suci bahwa siapapun yang hendak mempersunting Helene (walaupun tidak terpilih), harus bersedia membantu Helene dan suaminya kelak apabila ada pihak yang mengacaukan rumah tangga mereka. Atas sumpah itulah, Odysseus mau tidak mau, harus ikut terjun dalam perang tersebut.
- Berpura-pura gila ketika diajak ikut berperang
Hidup Odysseus yang bahagia bersama anak dan isterinya menjadi salah satu alasan mengapa dia menolak untuk ikut berperang. Ditambah, ada sebuah ramalan yang mengatakan bahwa ketika dia ikut berperang maka, dia baru bisa pulang 20 tahun setelah perang Troya selesai. Inilah yang membuat Odysseus berpura-pura gila untuk mengelabui ajakan berperang tersebut, dia bertingkah membajak sawah dan menaburkan garam ke tanah ladangnya.
Melihat drama gila Odysseus tersebut, salah seorang rombongan aliansi Yunani bernama Palamedes yang dikenal cerdas, tidak tertipu dengan aksi Odysseus tersebut. Palamedes mengambil putra Odysseus dan menaruhnya tepat di jalur yang akan dilewati Odysseus bersama kuda yang ia pakai untuk membajak sawah. Melihat hal itu, Odysseus segera menghindar agar tidak mengenai anaknya. Kebohongan Odysseus itu pun terbongkar.
- Surat palsu Odysseus, pembalasan dendam pada Palamedes
Odysseus yang menyimpan dendam terhadap Palamedes karena berhasil membongkar aksi tipuan Odysseus tersebut dengan membahayakan putranya mulai merancang untuk membuat surat palsu seakan dari Raja Troya (lawan mereka) dan beberapa keping emas yang dimasukkan kedalam tenda Palamedes. Alhasil, Palamedes dituduh bekerja sama dengan pihak Troya dan akhirnya Palamedes dijatuhi hukuman mati.
- Menginjakan kaki diatas perisainya
Setelah aliansi Yunani tiba di tanah Troya, mereka semua takut untuk turun terlebih dahulu dari kapal karena, ada sebuah ramalan yang mengatakan siapa yang pertama kali menginjakkan kaki di tanah Troya, dia akan mati dalam peperangan. Melihat hal ini, Odysseus yang cerdik melemparkan perisainya ke tanah lalu turun dari kapal dan melompat tepat keatas perisai tersebut. Seluruh pasukan yang melihat Odysseus turun dahulu, kemudian bersemangat melompat dan langsung menyerang Troya. Alhasil, Protesilaos pasukan pertama yang turun, mati ditangan panglima perang Troya.
Saya menemukan sebuah kisah lain yang cukup menarik yaitu, ketika kematian Achilles seorang panglima hebat, tewas akibat bidikan panah pangeran Troya. Semua peralatan perangnya diberikan kepada prajurit terhebat yaitu Odysseus. Mengetahui hal ini, Aias yang merupakan salah satu prajurit Sparta, merasa tidak terima dan berencana membunuh Odysseus. Namun, rencananya gagal dan Aiaas memilih untuk bunuh diri. Kematian Aias membuat para pemimpin Sparta muak dan memilih untuk meninggalkan mayatnya begitu saja. Tetapi, karena kebaikan hati Odysseus, dia menginginkan jenazah Aias agar dikubur dengan layak karena Aias sudah banyak berjasa dalam perang ini. Akhirnya, jenazah Aias dapat dikubur dengan layak.
- Kuda Troya, Ide Cemerlang Odysseus
Suatu malam, Odysseus berencana memasuki benteng Troya untuk mencuri patung dewi Athena yang melindungi pasukan Troya. Sekembalinya dari benteng tersebut, Odyssey menyadari bahwa kondisi benteng tersebut sangat rapuh dan hanya kokoh dilapisan bentengnya saja. Namun, bagaimana cara agar pasukan mereka bisa menembus benteng tersebut?
Ide cemerlang Odyssey pun muncul. Ia mendapat ide untuk membuat sebuah monumen kuda kayu yang sangat besar dan mengisinya dengan para prajurit terbaik Yunani (Sparta) kemudian, meninggalkan monumen tersebut dipinggir pantai. Lalu, sisa pasukan bersembunyi seakan-akan mereka telah pergi mundur dan menyerah. Mendengar hal itu, pasukan Troya membawa masuk kuda kayu (yang telah diisi pasukan sparta) kedalam benteng mereka dan merayakan kemenangan tersebut dengan berpesta, menari, bernyanyi, dan makan sepuasnya. Dan setelah lewat tengah malam, pasukan Troya menjadi mabuk dan dan terlelap dalam heningnya malam. Disaat itulah, Odysseus memutuskan untuk memerintahkan pasukan sparta keluar dari kuda kayu tersebut, menyerang dan membumi-hanguskan benteng Troya.Â
Alhasil, perang yang menghabiskan waktu 10 tahun tersebut, selesai dalam waktu hanya satu malam saja. Itu semua, karena ide cerdik Odyssey.
Hmm, setelah membaca mengenai kisah Odyssey ini, saya mengerti bahwa kekuatan fisik itu memang penting tetapi, bukan berarti tidak melibatkan peran otak didalamnya. Kuat fisik dan cerdik, bisa jadi sama seperti Odyssey.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H