Mohon tunggu...
Veronica Rompies
Veronica Rompies Mohon Tunggu... Wiraswasta - hobi ngomong, omongannya ditulis. haha.

Lulus tahun 1998 dari Universitas Darma Persada, Jakarta jurusan Sastra Inggris D3. Memulai bisnis furniture sejak tahun 2000 di Jepara, hingga saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Curhat Seorang "Ex-Ahoker"

12 Mei 2017   01:13 Diperbarui: 12 Mei 2017   01:54 111635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cukup mengertikah para Ahoker, tentang perjuangan yang dimaksud Ahok?  Apakah ia meminta para pendukungnya berjuang  untuk mengintervensi hukum dengan demo menuntut agar ia dibebaskan?  Demo yang membuat macet dan menyusahkan warga Jakarta yang sangat dibela dan dicintainya itu?  Lalu berusaha merusak pagar penjara Cipinang?  Itukah perjuangan yang diharapkan Ahok?  Apakah kita benar ingin menyetarakan Ahok layaknya para pemimpin demo berjilid-jilid itu?  

Buka mata.  Ajak lah kembali logika untuk sedikit mengusir letupan emosi kemarahan dan kesedihan.  Berjuanglah terus sebagaimana Ahok berjuang dengan gagah berani, melawan arus, demi bersihnya sistem pemerintahan di negerinya tercinta.  Apa yang sudah benar-benar kita lakukan dalam mendukung perjuangan Ahok?  Membuat SIM dengan cara instant?  Buang sampah nasi kotak di jalanan?  Merusak fasilitas umum?  Membuat macet jalan dengan demo, layaknya pendemo berjilid  yang telah berhasil menghentikan sepak terjang Ahok?  Mengganggunya bekerja dengan antrian untuk berfoto bersamanya?  Hey, sudahi semua itu. Sadarkah kita, ini bukan tentang Ahok, bukan tentang perjuangan Ahok.  Ini sudah menjadi ego sekelompok orang yang merasa mendukung perjuangan Ahok.

Ahok memperjuangkan sistem pemerintahan yang jujur dan bersih, dengan bekerja keras, gagah berani melawan banyak kelompok yang memelihara kebusukan.  Ia memperjuangkan apa yang menjadi hak warga Jakarta, hak anak sekolah, hak orang sakit, hak penghuni rusun, hak manusia yang tak layak hidup di bantaran kali, hak warga mendapatkan taman-taman yang indah dan udara minim polusi, hak warga pembayar pajak untuk mendapatkan segala fasilitas itu tanpa uangnya dicuri maling yang bermulut manis yang tidak pernah kenyang walau telah rakus bertahun-tahun lamanya.

Apakah kita sudah benar-benar mendukung Ahok untuk perjuangan itu?  Ataukah kita hanya mampu membuat tagar #Ahok_You_Never_Walk_Alone, tapi membiarkan dia berjuang sendirian, kita hanya menikmati hasilnya?  Jangan-jangan kita sendiri justru juga telah menghalangi perjuangannya dengan juga korupsi di levelnya masing-masing, atau mendukung korupsi dengan segala bentuknya?  Mengotori taman, jalan, dan sungai yang sudah dibersihkan Ahok melalui pasukan oranye?  Merusak fasilitas umum?  Parkir sembarangan?  Tidak bayar pajak?  

Jadikanlah pengorbanan Ahok tidak sia-sia, dengan meneladani caranya bekerja dan teladanilah pengabdiannya pada tanah airnya.  Ia berbuat, bukan hanya bicara.  Ia bekerja, bukan hanya merengek-rengek.  Ia berani melawan korupsi, bukan hanya berteriak mendukung pemberantasan korupsi tapi saat tertangkap razia SIM malah berharap polisi bisa diajak lewat jalan damai.  Hormatilah system birokrasi yang bersih, bukan menyiapkan sogokan saat akan melamar jadi pns.  Dalam setiap keseharian kita, tidak sulit untuk menemukan hal-hal yang dapat dijadikan dukungan untuk hal besar yang diperjuangkan Ahok.  Membuang sampah pada tempatnya saja masih sulit, tapi merasa sebagai pejuang pendukung Ahok.  

Hentikan, hentikanlah demo pemaksaan bebaskan Ahok.  Ia sangat menghargai system perundangan yang berlaku. Ia sudah menetapkan untuk banding terhadap putusan Hakim.  Kita tidak boleh mengintervensi, memaksa dengan cara apapun untuk pembebasan Ahok.  Biarkan system bekerja. Jika setelah banding, Ahok tetap diputuskan bersalah dengan vonis hukuman penjara, biarkanlah ia menjalani itu dengan gagah berani.  Dua tahun adalah harga yang sangat murah yang akan dibayarkan Ahok, jika itu menghasilkan ribuan, bahkan ratusan ribu benih-benih Ahok baru yang akan meneruskan perjuangannya.  

Berhentilah menjadi Ahoker, tapi jadilah Ahok-Ahok lain sehingga akan semakin banyak bibit-bibit abdi negara di negeri ini.  Mulailah menanamkan kejujuran pada diri sendiri, kemudian didik dan tularkan anak-anak kita, adik, murid, generasi penerus kita dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Ahok: kejujuran, pengabdian, dan kerja keras.  Jika mungkin, masuklah ke sistem pemerintahan, karena Ahok sendiripun tidak bisa melakukan perubahan apapun jika ia bukan bagian dari sistem.  

Hanya dengan cara itu, api perjuangan yang dikobarkan Ahok tidak akan padam, sekuat apapun angin mencoba memadamkannya, bahkan semakin berkobar.  Para pencuri takan lagi mampu mencuri, karena mencuri uang rakyat tidak mudah jika banyak Ahok-Ahok lain yang tumbuh,  karena untuk mencuri uang rakyat diperlukan kesepakatan banyak orang, termasuk persetujuan yang dicuri.  

Ini perjuangan yang panjang, Kawan.  Namun sangat menjanjikan kemenangan.  Tauladan yang diberikan Ahok, terlalu kecil jika hanya dimaknai untuk Jakarta.  Kita Indonesia.  Jadikanlah perjuangan dan pengorbanan Ahok sebuah momentum untuk NKRI yang lebih baik, bersih, dan bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun