Mohon tunggu...
RESTI MULYATI
RESTI MULYATI Mohon Tunggu... -

Saya anak pertama di keluarga saya. kami bukan dari orang berlebih, tapi ketika suatu saat kami di hina... maka saat itu lah semangat kami justru takkan padam dan semakin menyala.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

hakikat perkembangan anak didik

19 Oktober 2010   08:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:18 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

HAKIKAT PERKEMBANGAN ANAK DIDIK

Oleh      : Resti Mulyati

Universitas Sebelas Maret-Program PGSD

NIM       : K7110557

Perkembangan vs Pertumbuhan

Sebagai calon pendidik, tentunya kita harus paham betul akan perkembangan dan pertumbuhan anak didik. Banyak yang mengira bahwa perkembangan dan pertumbuhan memiliki arti sama. Memang sekilas terlihat sama, namun pada hakikatnya kedua hal tersebut memimiliki maksud yang berbeda.

Perkembangan menurut Santrock dan Yussen (1992) ialah pola perubahan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlangsung sepanjang hayat.

Perkembangan lebih menunjuk pada proses yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat di ulang kembali. Mungkin ada yang berpendapat bahwa setiap perubahan berarti perkembangan. Namun hal tersebut tidak dapat dipastikan. Perubahan dalam proses belajar bukan berarti perkembangan. Misalkan seorang anak bermain sepak bola sepanjang hari hingga ia pintar bermain sepak bola. Hal ini tidak dapat dikatakan sebagai perkembangan, namun suatu perubahan karena proses belajar.

Lebih lanjut, perkembangan didefinisikan sebagai pola perubahan organisme atau individu baik dalam struktur maupun fungsi yang terjadi secara teratur dan terorganisasi serta berlangsung sepanjang hayat.

Menurut saya, perkembangan lebih merujuk pada aspek psikologi atau kejiwaan dan rohaniah, seperti pola piker manusia yang cenderung berkembang dari waktu ke waktu. Nah, jika demikian maksud dari perkembangan, maka bagaimana dengan pertumbuhan?

Pertumbuhan lebih mengacu pada perubahan-perubahan yang bersifat evolusi (menuju kearah yang lebih sempurna) dan lebih mengacu pada aspek jasmaniah seperti berubahnya struktur tulang, gigi, tinggi dan berat badan, proporsi badan, semakin sempurnanya syaraf, dan sejenisnya. Dengan demikian, pengertian pertumbuhan lebih bersifat kuantitatif dan terbatas pada pola perubahan fisik yang dialami individu sebagai proses pematangan.

Memang pada dasarnya, perkembangan dan pertumbuhan tidak dapat dipisahkan dan saling berkesinambungan meski memiliki arti dan maksud berbeda.

Anak Sebagai Suatu Totalitas

Dalam objek psikologi perkambangan, anak dianggap sebagai suatu totalitas. Ada 3 konsep anak sebagai suatu totalitas:

1.       Anak adalah makhluk hidupyang merupakan suatu aspek kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya,

2.       Dalam kehidupan dan perkembangan anak, keseluruhan aspek anak saling terjalin satu sama lain,

3.       Anak berbeda dengan orang dewasa tidak hanya dalam hal fisik, namun secara keseluruhan.

Anak juga dipandang sebagai suatu individu. Istilah individu berasal dari kata undividied yang berarti tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Lebih lanjut bahwa anak sebagai suatu totalitas mengandung arti bahwa terdapat saling keterjalinan atau keterkaitan antara seluruh aspek dalam diri anak.

Reaksi psikis anak selalu disertai dengan reaksi fisiknya, begitu pula sebaliknya. Missal pada saat marah pada temannya, anak akan begitu marah tetapi begitu lupa hal itu, dia akan kembali seperti semula pada temannya dan benar-benar melupakan masalah itu. Hal ini tentu berbeda dengan orang dewasa yang tidak mudah melupakan permasalahannya dengan orang lain dan kembali seperti sedia kala.

Anak bukanlah miniature orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan orang dewasa. Secara fisik, anak sedang mengalami pertumbuhan yang pesat, sebaliknya orang dewasa fisiknya sudah relative tidak berkembang lagi. Anak lebih didominasi oleh pola pikir yang egosentrik, sedang orang dewasa sudah lebih mampu berpikir empatik dan social.

Perkembangan sebagai proses holistic-biologis, social, psikologis

Perkembangan juga merupakan suatu proses yang sifatnya menyeluruh (holistic). Artinya, perkembangan terjadi tidak hanya aspek tertentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin (interwoven) satu sama lain.

Secara garis besar, perkembangan individu dapat dikelompokkan dalam tiga domain; proses biologis, kognitif, dan psikososial. Ketiga proses perkembangan tersebut merupakan sesuatu yang terpadu dan saling berpengaruh satu sama lain.

Proses biologis atau perkembangan fisik mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot, struktur  tulang, system syaraf, dan sejenisnya. Perubahan dalam menggunakan tubuh atau keterampilan motorik dan perkembangan seksual juga termasuk dalam domain ini. Tetepi domain ini tidak mencakup perubahan fisik karena kecelakaan dan sakit.

Proses kognitif melibatkan perubahan-perubahan dalam kemampuan dalam pola pikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan , dari lingkungannya. Meskipun sulit dipisahkan namun perlu dibedakan antara perubahan kognitif dengan perubahan dalam arti belajar. Perkembangan  kognitif mengacu pada perubahan-perubahan penting dalam pola dan kemampuan berpikir serta kemahiran berbahasa dan terjadi dalam kurun waktu yang relative lama, tetapi belajar cenderung lebih terbatas pada perubahan sebagai hasil dari suatu peristiwa yang relative spesifik dan terjadi dalam waktu singkat.

Proses psikososial melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi, dan kepribadian individu serta cara yang bersangkutan berhubungan dengan orang lain. Erarti, perkembangan identitas diri dan cara berinteraksi dengan orang lain termasuk dalam domain ini. Perkembangan hubungan pertemanan di antara anak merefleksikan proses-proses social dalam perkembangan anak.

Setelah dijelaskan tadi, tentunya kita mendapat gambaran tentang keterkaitan ketiga proses tersebut. Missal, anak yang terhambat perkembangan otaknya akan mengalami kesulitan dalam berpikir dan berinteraksi dengan temannya.

Faktor Kematangan dan Pengalaman dalam Perkembangan Anak

Kematangan (maturation) adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya (Santrock dan Yussen, 1992). Kematangan dianggap sebagai suatu pembawaan(nature), yakni warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir. Sedang pengalaman (experience) merupakan peristiwa-peristiwa yang di alami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan (nurture), yakni sebagai pengalaman-pengalaman environmental yang diperoleh individu dalam kehidupannya.

Ada dua pandangan tentang unsure pengalaman, yaitu maturasional dan environmentalists. Menurut pandangan maturasional, pada dsasrnya individu berkembang dalam cara yang terpola secara genetic, kecuali terganggu atau terhambat oleh faktor lingkungan yang bersifat merusak. Kaum maturasional mengakui bahwakondisi lingkungan yang ekstrim dapat mengganggu proses perkembangan anak, tetapi mereka mengakui bahwa kecenderungan-kecenderungan dasar pertumbuhan anak dan perkembangan individu telah berpola secara genetik.

Sebaliknya, kaum environmentalists menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Unsur genetik individu sekedar mewariskan potensi dasar, tetapi hal itu tumbuh dan berkembang sangat tergantung pada makanan, gizi, perawatan medis, latihan, dan pendidikan yang diberikan oleh lingkungan. Secara singkat, lingkungan dianggap sebagai factor yang paling berpengaruh dalam perkembangan anak.

Menentukan kontribusi pembawaan dan lingkungan terhadap pertumbuhan sangat sulit dilakukan. Kualitas aspek pertumbuhan dan perkembangan yang sama bias dihasilkan dari campuran unsur genetic dan keadaan lingkungan yang berbeda. Jadi, kedua hal ini saling berpengaruh dan berkesinambungan saru sama lain.

Kontinuitas vs Diskontinuitas Perkembangan

Ada sebagian ahli yang menganggap bahwa perkembangan merupakan suatu yang berkesinambungan (continue), namun sebagian lain menganggap tidak berkesinambungan (discontinue). Para ahli yang menekankan bahwa perkembangan saling berkesinambungan menjelaskan bahwa perkembangan itu merupakan perubahan kumulatif yang berlangsung secara bertahap dari masa konsepsi sampai meninggal dunia. Perkembangan bersifat bertahap dan merupakan akumulasi dari perilaku dan kualitas pribadi yang sama yang sudah diperoleh sebelumnya. Jadi, model perkembangan ini menekankan pada perubahan kuantitatif, yakni hal-hal sederhana yang telah ada berkembang secara bertahahap menjadi hal yang lebih kompleks.

Sedang yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak berkesinambungan menekankan bahwa proses perkembangan individu melibatkan tahapan- tahapan yang berbeda.

Nah, demikian tulisan saya kali ini. Kalau ada yang kurang, maaf ya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun