Mohon tunggu...
Resti Lestari
Resti Lestari Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis

Saya memiliki hobi menulis, salah satu tulisan saya tersedia di gramedia dengan judul jika kita tidak terlahir sebagai perempuan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tidak Ada yang Tidak Mungkin di Dunia Ini

20 Juli 2023   13:57 Diperbarui: 20 Juli 2023   14:02 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto diambil dari galeri (Dokpri)
Foto diambil dari galeri (Dokpri)

Assalamualaikum Warahmatullahi wabaraqatuh.

Alhamdulillah, saya bisa memberanikan diri untuk menuliskan sepenggal kisah saya di kompasiana.com, dengan tidak bermaksud apa pun sehingga saya harap bisa menjadi contoh bagi yang lain perihal tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Menjadi penulis? Saya memang hobi menulis sejak sd. Apa pun keseharian yang terjadi saya tulis di buku diary. Tapi belum terbesitpun untuk menjadi penulis pada saat itu. Sebagai introver akut, maka hal yang paling mudah untuk mengekpresikan segala rasa yaitu dengan menuangkan dalam tulisan, tanpa harus bicara. 

Tulisan pertama saya yaitu artikel yang berhasil di tempel di mading smp kala itu. Saya sedikit lupa, kalau tidak salah judulnya, "Siapa bilang matematika itu sulit?" Yang alhamdulillah berhasil menarik perhatian murid yang lain. Tulisan kedua yaitu cerpen. Memang, itu ialah tugas bahasa indoensia, tapi waktu itu Ibu Yayah, selaku guru bahasa Indonesia menyebut tulisan saya bagus dan beliau meminta izin kepada saya untuk menempelkan tulisan cerpen saya ke mading. Walaupun saat SD sempat mengikuti lomba puisi antarsekolah dan berhasil menjadi juara 3 kala itu, tetapi masih belum terpikirkan apapun. 

Beralih ke SMA, Saya masuh aktif menulis dengan memenangkan beberapa kejuaraan, seperti cipta puisi dan sempat menulis cerpen dan novel keseharian. Tapi sama, pada saat itu saya masih belum terpikirkan untuk menjadi seorang penulis.

Hingga akhirnya Allah menguji kehidupan saya. Jalan kesuksesan saya berkelok, berbeda dengan yang lain. Saya tidak lulus PTN, padahal saya sangat ingin kuliah. Tapi karena terkendala biaya, itu mengharuskan saya untuk gapyear selama setahun dan melanjutkan kuliah di swasta. Awalnya malu karena hanya di swasta, karena tujuan utama saya yaitu melanjutkan di perguruan tinggi negeri atau kedinasan. Tapi faktanya, menjadi juara umum dari jenjng SD sampai SMA tidak menjamin diterima oleh PTN. Tetap saja, takdir di atas segalanya.

Titik balik hidup saya terjadi ketika saya mulai lulus dari SMA. Di mana saya harus kerja di luar kota di saat teman-teman kuliah. Di mana saya harus berjuang menghidupi biaya kuliah saya. Di mana saya harus mencari pundi rupiah untuk membayar biaya semester. Di situ saya tertampar dengan keadaan yang mana masih banyak orang lain yang lebih layak menempuh pendidikan tinggi tetapi mereka tidak bisa.

Saya resign dari pekerjaan saya karena saya berniat kuliah di kampung halaman dengan beasiswa. Tetapi, Allah terus menguji saya dengan nama saya yang tertera di kelas karyawan dan otomatis gugur sebagai pendaftar beasiswa. Dengan bermodal nekad dan yakin, bismillah saya jalani dengan ikhlas. 

Banyak yang meragukan langkah saya.

"Rumah saja mau rubuh. Yakin mau nguliahkan anak?"

"Awas, nanti terhenti di tengah jalan,"

Ucapan menyakitkan selalu datang dan sampai sekarang pun masih datang.

Ada orang yang berjasa di balik semua perjalanan saya. Ayah saya yang rela mencari hutang demi membiayai kuliah saya, ibu saya yang rela makan seadanya (yang penting ada nasi tanpa lauk) demi membagi uang dengan kehidupan saya. Dan mentor saya, Bang Aswan, seorang ustaz dan penulis di Kota Bandung, beliau yang meyakinkan saya soal mimpi. Beliau yang memperkenalkan saya perihal penulis. Sampai akhirnya Allah kasih saya jalan. 

Saya sembari mengajar di salah satu bimbingan belajar dari semester 2 kuliah, yang mana itu cukup untuk membiayai uang semester saya. Alhamdulillah, saya diberikan keluarga baru yang sangat baik dengan murid didik yang sangat menghormati saya. Saya juga mulai belajar kepenulisan dengan benar. Walaupun secara otodidak. 

Satu tulisan saya berhasil dipinang oleh salah satu penerbit indie berupa cerpen dan dibukukan secara antologi. Saya juga aktif mencari lomba menulis untuk mengasah kepenulisan saya. Berkali-kali saya gagal. Tapi saya tidak ingin menyerah. Saya terus mencoba dan pada akhirnya saya bisa mejulis buku solo yang terbit secara indie. Saya ingat. Hanya ada 2 orang yang membeli. Tapi saya tidak menyerah. Kejadian tersebut berbarengan dengan merenov rumah orangtua saya yang kata orang nyaris rubuh. 

Jika saya mengingatnya, masih tampak jelas bagaimana kondisi rumah orangtua saya dulu. Bilik yang sudah rapuh, kayu yang sudah bolong, kaca yang sudah pecah, mungkin karena itulah orang-orang meragukan langkah saya saat kuliah. 

Tapi saya tidak menyerah. Orang tua saya tidak menyerah. Hingga akhirnya, saya mendapatkan beasiswa full dari kampus sampai lulus, orangtua saya mendapatkan bantuan pembangunan rumah dari pemerintah dan saya terus menulis beberapa buku hingga akhirnya 2022 Januari tepatnya, salah satu naskah saya berhasil tembut di penerbit mayor. Buku itu berjudul jika kita tidak terlahir sebagai perempuan yang bisa didapat di seluruh gramedia. Saya juga sudah lulus kuliah. Sementara rumah sudah terbangun walau tinggal finishing. Tapi itu bisa menyicil.

Alhamdulillah. Alhamdulillah. MasyaAllah. MasyaAllah. Kisah ini sudah terjadi beberapa tahun silam. Tapi, tetes air mata saya masih terjatuh. Setiap kata yang saya tulis masih bisa membuat air mata saya kembali jatuh. 

Saya memang bukan penulis terkenal. Karya saya baru dimulai. Saya juga bukan orang sukses. Saya ialah orang yang tidak takut akan bermimpi. Saya yakin, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Saya yakin, akan selalu ada jalan bagi siapa saja yang mau berusaha. Saya yakin, kesuksesan milik siapa pun yang berjuang. Jadi, untuk kamu, jangan pernah menyerah :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun