"Kalau kamu ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkualitas, jangan mencari di pasar apalagi di tulang loak. Tapi datang dan pesan langsung ke tukang pandai besi. Begitupun cinta. Kalau kamu ingin mendapatkan cinta yang mulia, minta dan pesan langsung sama yang Menciptakan."Â
Tepat di bulan Mei, saat usiaku 17. Kau bilang aku sudah dewasa, dan harus mulai waspada dengan sebongkah makhluk yang bernama 'cinta'. Begitu sorot mata mu menunjukkan kekhawatiran yang berlebih.
Atau ketika kita diskusi perihal jodoh. Suatu ketika bapak pernah bilang, "Siapapun dan bagaimanapun. Yang memiliki agama dan akhlak yang bagus, itu yang harus kau perjuangkan.. Bapak mu ini laki-laki, jadi bapak tahu bagaimana laki-laki. Cari yang bisa melindungi dan membahagiakan kamu melebihi perlindungan dan kebahagiaan yang bapak berikan. Tapi jangan pernah kamu ganti posisi bapak di hatimu."Â
Ah bapak memang tak pernah menuntut lebih. Aku paham pak, sangat wajar jika hati mu berkecamuk rasa khawatir, takut, dan harap. Semata-mata untuk kebaikan anak mu.
Dalam pesan-pesan mu itu, dalam doa-doa mu untuk ku, aku paham, kau hanya ingin memastikan karena kau tak akan selamanya menguatkan ku untuk tetap tegak dan kokoh.
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al-Isra':23-24)
"Meski ada seorang pangeran yg menemani hidupku, tapi dirimu, Ayah, tetap raja yg bertahta di hatiku."
Terimakasih pak.
Aku mencintai mu. Semoga hidayah dan lindunganNya senantiasa bersamamu.