[caption caption="sumber foto: https://hampirsore.wordpress.com"][/caption]
Sudah tiga jam yang keenam kalinya dalam minggu ini. Aku, lagi, berdiri di depan pintumu. Mengharap kau menurunkan egomu. Tapi kau tetap bergeming di dalam sana.
Sudah tiga jam yang keenam kalinya dalam minggu ini. Hujan panas menerpa raga ini. Namun kau masih di sana, tidur berselimut dengan nyaman.
Aku tahu kau tak buta. Tapi hatimu yang tak melihat. Aku tahu kau tega. Membuang dengan mudah kenangan kita. Menghapus semua cerita kita. Hanya saja aku yang masih tak terima.
Aku tak yakin bisa hidup tanpamu. Menjalani hari tanpa menatapmu. Menghilangkan memori kebersamaan kita dulu.
Aku tak yakin bisa menghirup udara. Selama tak ada kau yang memandang penuh cinta. Aku masih tak mengerti apa yang salah. Sehingga kau memutuskan berpisah. Adakah sesuatu yang mengganjal di hatimu? Jelaskan dan beritahu aku!
Ini hari ke tujuh. Aku bergeming di tempat tidurku. Sama sekali tak bisa menggerakkan badan. Tapi wangi makanan menggangguku. Sup ayam kesukaanku. Sup yang biasa kau buat untukku. Adakah tadi malam kau mendatangiku?
Aku memaksa tubuhku mendekati meja makan. Ada secarik kertas di sana.
"Jangan terlalu larut dalam sedih. Makanlah. Katanya makanan bisa memengaruhi mood. Love, MB"
Sudah sembilan tahun kami berteman. Dan entah mengapa, ini adalah masakan terenaknya.
***
Â
N.B: Terinspirasi dari sebuah lagu yang saya lupa lagi judulnya :D
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H