Mohon tunggu...
Resti Agis
Resti Agis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Pendidikan dalam Mencegah Radikalisme di Kalangan Remaja

13 Juni 2024   17:34 Diperbarui: 13 Juni 2024   17:50 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Radikalisme adalah perilaku menggunakan kekerasan dalam mensikapi perbedaan, memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Fenomena ini tidak hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga mengancam stabilitas dan keamanan negara. Salah satu cara yang efektif untuk menangkal radikalisme adalah melalui pendidikan. Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku remaja agar lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan.

Pendidikan memberikan pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai keberagaman budaya, agama, dan nilai-nilai kemanusiaan. Kurikulum yang inklusif dan mengajarkan tentang pluralisme dapat membantu remaja memahami dan menghargai perbedaan. Ini penting untuk membangun sikap toleran dan mencegah munculnya prasangka serta kebencian terhadap kelompok lain.

Selain itu, pendidikan juga harus menekankan pentingnya berpikir kritis. Remaja yang mampu berpikir kritis tidak akan mudah terpengaruh oleh ideologi radikal yang seringkali menyebarkan informasi yang tidak akurat atau manipulatif. Kemampuan untuk menganalisis informasi dan mengevaluasi sumber-sumber berita dapat menjadi benteng yang kuat terhadap penyebaran paham radikal.

Peran guru dan lingkungan sekolah juga sangat penting dalam mencegah radikalisme. Guru harus menjadi teladan dalam sikap dan perilaku yang toleran. Lingkungan sekolah yang kondusif, inklusif, dan bebas dari diskriminasi dapat membantu menciptakan suasana yang mendukung pengembangan sikap positif di kalangan remaja. Program-program ekstrakurikuler yang mempromosikan kerjasama dan empati antar siswa juga dapat memperkuat ikatan sosial dan mengurangi potensi radikalisasi.

Tidak kalah pentingnya adalah keterlibatan orang tua dan komunitas dalam mendukung upaya pencegahan radikalisme. Pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan sekitar. Orang tua harus aktif dalam mengawasi dan mendampingi anak-anak mereka, memberikan pemahaman tentang pentingnya toleransi, dan menanamkan nilai-nilai positif. Komunitas juga dapat berperan dengan menciptakan kegiatan yang mempererat hubungan antarwarga, sehingga tercipta rasa kebersamaan dan persatuan.

Dalam era digital seperti sekarang, media sosial juga menjadi medan yang perlu diperhatikan. Penyebaran konten radikal seringkali terjadi melalui platform online. Oleh karena itu, literasi digital harus menjadi bagian integral dari pendidikan. Remaja perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan media sosial secara bijak, mengidentifikasi konten yang berbahaya, dan melaporkannya kepada pihak yang berwenang.

Secara keseluruhan, pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mencegah radikalisme di kalangan remaja. Dengan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak, kita dapat menciptakan generasi muda yang toleran, kritis, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat dan negara. Mencegah radikalisme bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga pendidikan saja, tetapi juga merupakan tugas kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun