Mohon tunggu...
Restia
Restia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengurangi Jejak Karbon: Langkahku Menjaga Lingkungan Dengan Mengelola Limbah Domestik

6 Februari 2024   12:40 Diperbarui: 6 Februari 2024   12:44 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Animasi limbah domestik (sumber: pixabay.com)

Dalam era modern ini, kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan semakin meningkat dalam masyarakat. Salah satu aspek yang paling berdampak adalah jejak karbon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, termasuk di dalamnya pengelolaan limbah domestik baik organik maupun non-organik. Dalam artikel ini, saya akan memaparkan beberapa cara efektif yang saya lakukan untuk mengelola limbah domestik di rumah guna mengurangi jejak karbon serta menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat.

Pemilahan Limbah

Saya senantiasa  memilah limbah menjadi fraksi yang berbeda, seperti limbah organik (sisa makanan), dan limbah non-organik seperti kertas, plastik, kaca, logam, dan limbah berbahaya (seperti baterai, cat, dan elektronik). Keduanya jenis limbah tersebut dibedakan agar dapat diolah kembali sesuai jenis dan manfaatnya masing-masing.

Penggunaan Kembali

Saya senantiasa menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai, seperti kemasan, botol, dan tas belanja, untuk mengurangi konsumsi barang baru yang memerlukan energi dalam proses produksinya.

Daur Ulang Limbah

Pengelolaan limbah organik dapat menjadi langkah besar dalam mengurangi jejak karbon kita. Saya biasa membuat pupuk organik atau kompos dari sisa-sisa makanan seperti sayuran yang sudah layu dan cenderung menguning daunnya, kemudian juga sisa kulit buah, ampas teh, kertas tak terpakai, dan terkadang saya tambahkan berbagai dedaunan kering yang gugur mengotori lingkungan rumah. Kompos adalah solusi alami yang dapat mengurai limbah organik menjadi pupuk yang berguna, sambil mengurangi jumlah sampah yang ada di lingkungan rumah. Dengan membuat kompos, kita tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga mengurangi emisi metana yang dihasilkan dari pembusukan sampah organik di tempat pembuangan sampah.

Untuk sampah non-organik, biasanya saya olah kembali menjadi sebuah karya seni, yaitu kerajinan tangan yang memiliki nilai jual dan dapat mendukung ekonomi keluarga. Limbah seperti botol plastik bisa dijadikan hiasan atau pajangan, dan plastik bekas bungkus kopi dan detergen sachet bisa dijadikan tas, tikar, dan banyak lagi dengan cara dianyam dan dibuat dengan teknik tertentu. Hasilnya karya tersebut bisa digunakan sendiri dan bahkan bisa dijual. 

Meski begitu, saya juga tetap membatasi penggunaan plastik sekali pakai. mengurangi penggunaan plastik sekali pakai juga merupakan langkah yang penting. Karena plastik adalah salah satu bahan yang paling sulit diurai oleh lingkungan, dan produksinya juga membutuhkan banyak energi fosil. Dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, kita dapat mengurangi jejak karbon kita secara signifikan.

Mengelola limbah elektronik dengan bijak juga merupakan bagian penting dari mengurangi jejak karbon. Elektronik yang tidak lagi terpakai seringkali berakhir di tempat pembuangan sampah dan melepaskan berbagai bahan kimia berbahaya ke lingkungan. Untuk itu, saya senantiasa memperbaiki peralatan elektronik yang rusak guna menghindari hal tersebut. Apabila peralatan elektronik tersebut sudah benar-benar tidak bisa diperbaiki, saya biasa tidak akan membiarkannya terbengkalai dirumah, melainkan menjualnya ke tukang loak agar limbah elektronik tersebut bisa di daur ulang atau bahkan dimusnahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun