Lihat saja gelombang perlawanan yang juga disuarakan para pendukung penguasa yang menentang wacana 'people power'. Oposisi memang memiliki massa, tapi petahana juga punya. Jika yang satu turun ke jalan merebut kekuasaan, siapa yang bisa menjamin kelompok satunya tidak ikutan pasang badan guna mempertahankan kekuasaan?
Inilah yang tidak dipikirkan segelintir elite politik dan pendukung oposisi. Mereka lebih sibuk memaki SBY yang enggan menuruti kemauan mereka itu, bahkan menudingnya tidak sepenuh hati mendukung Prabowo-Sandi.
Ini kesalahan berpikir lainnya. Tidak setuju dengan gerakan inkonstitusional bukan berarti berkhianat. Toh, sepanjang perhelatan demokrasi, Demokrat sudah habis-habisan bertarung untuk memenangkan kandidat 02. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bahkan harus bolak-balik Indonesia-Singapura untuk berkampanye, lantaran ibundanya tengah terbaring sakit.
Jika boleh dibandingkan, mungkin dukungan Demokrat terhadap Prabowo-Sandi inilah yang benar-benar tulus dan menyeluruh. Pasalnya, mereka tidak seperti parpol koalisi lain, yang sudah lebih dulu mendapat 'kardus' sebagai bekal kampanye.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H